Jumat, 11 April 2014

Paradoks: Senja di Ufuk Timur

Aku
Seseorang yang tersesat di jalan yang benar
Mungkin satu-satunya yang tersesat di sini

Tersesat di jalan yang penuh cabang ini
Tersesat di kota yang penuh keramaian ini
Tersesat di tengah hiruk pikuk ini

Aku rindu, merindu akan setiap waktu
Yang mungkin telah terlewat
Dan tak mungkin bergerak

Seorang pengecut yang tersesat
Sosok yang ada di dalam cermin sana
Dan aku tak berontak

Aku lemah, aku lelah
Aku rindu cinta
Aku rindu rasa

Lidah berpilin di ‘tiap ujung telinga
Tangan halus di tepi karang jalanan
Aku tersesat di saat semua menghilang

Ingin ku bertahan
Dan aku mampu
Namun hati tetap meradang

Sakit bukan lagi halangan
Luka bukan lagi tantangan
Hanya sebuah kenangan

Seakan tak mampu melangkah
Seakan tak sanggup menatap masa depan
Tetap terpaut masa silam

Bagai langit yang temaram
Kala senja menjelang

Senja di ufuk timur yang membayang

Dan aku masih mencoba bergerak
Maju melangkah di sana
Merangkak, menggapai segala yang ada

Ingin ku pulang membuang
Lupakan sesat yang bertulang
Namun masa tiada terkenang

Senjaku di ufuk timur
Temaram fajarku telah berganti
di atas langit
semasa senja di ufuk timur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar