Sabtu, 15 November 2014

Harapan dalam Kebersamaan, untuk Memerdayakan


1.  Pengamen: Penengah keadan (Pr)
2.  Penjual Koran: Idealis, Pemimpi(Rk)
3.  Anak Sekolahan: Peragu, Pemimmpi (Nr)
4.  Setan 1: Provokator, Pemadam Harapan (Ls)
5.  Setan 2:: Pengritik, Pemadam Harapan (Hr)
6.  Setan 3: Pesimist, Pemadam Harapan (Er)
7.  Setan 4: Penyombong, Pemadam Harapan (Dn)
8.  Pejabat dan Eksekutif 1&2: Peremeh Keadaan (Yg, dan Hs)
9.  Malaikat 1, 2 & 3: Pembangkit Harapan (Yw, Ul, Am)

Pr: (Masuk , menyanyikan 1 bait lagu Tanah Air Beta atau Reff. Merawat Indonesia) Bahwasanya, manusia berada dalam kesia-sian, kecuali mereka yang beriman, mengerjakan kebaikan, dan yang saling mengingatkan tentang kebenaran dan kesabaran.
Rk: (Masuk setengah berlari) Wahai kawan……coba dengarlah! Dengarlah panggilan perjungan untuk bangsa, Perjuangan untuk wujudkan mimpi kita, mimpi semua.
Nr: (Masuk biasa) Ah, kukira......perjuangan bangsa telah lama berakhir, Sobat! Bersama gaung Sukarno pada proklamasinya, 68 tahun yang lalu!
Rk: (Menghampiri) Oh, tidak kawan. Bukankah Sukarno pernah berkata, Beri aku sepuluh pemuda, maka akan aku goncangkan dunia,
Nr: Jadi, kamu ingin menjadi satu dari sepuluh pemuda itu?
Rk: Tidak, kawan......akulah yang akan menjadi Sukarno itu sendiri, mewarisi semangat juangnya. Semangat juang negarawan, menjadi pahlawan meski tiada dikenang.
Dn: Tidak mungkin......(Berteriak dari luar) Tak mungkin mimpi itu nyata dengan semua kondisimu! Pungguk cukup merindukan perdu saja! Pungguk kok rindu dipeluk bintang!
Hr: Hahaha.....coba tengok keadaanmu, Kawan!... ...keadaan kita!... .. begitu penuh lubang dan luka yang menganga!
Ls: Bagaimana bisa, orang seperti kamu, orang seperti kita, menjadi pahlawan bangsa
Er: Lihat... kita hanya mampu berjalan sampai di sini.
Dn: Dan apa yang bisa dilakukan oleh orang seperti kita?
Rk: Ah, tidak! Langkah kita masih amat jauh kawan! Langkah untuk menjadi negarawan ‘tuk merawat keberdayaan bangsa! Juangkan mimpi ‘tiap insan!
Ls: Kalian itu hanya Penjual Koran, dan anak sekolahan yang papa
Hr: yang hanya bisa membual tentang mimpi...Tanpa ada perwujudan
Pr: (menyanyi Reff I can’t be perfect 1 kali)
Hr: Lihat! Pengamen saja tahu bahwa kita tidak sempurna (sambil berjalan mendekati Pri dan Duduk di sampingnya)
Er: Dan tahu... kita hanya bisa duduk...diam...melihat...dan mendengarkan (Menyusul Hr)
Nr: Tapi... akan kemana Indonesia bila pemuda nya berprinsip seperti ini?
Rk: Kita, perlu bangkit dalam kebersamaan..... kita perlu bergerak dalam perjuangan..... dan kita perlu bersama, untuk memberdayakan.....
Dn: Namun sebelumnya kita juga perlu makan.....Tanpa makan kita tak bisa berdiri, tanpa makan kita tak bisa berpikir, tanpa makan kita tak bisa melanjutkan mimpi.
Ls: Dan kita perlu uang untuk makan....kita perlu uang untuk hidup...Uang memang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang!
Rk: Tidak! Impian kita ini haruslah menyala, dengan segala yang kita miliki, meski itu retak-retak. Sebab impian adalah kenyataan di masa depan.
Nr: Aku tahu, meski jauh dalam hati...mimpi ini hanya ingin wujudkan mimpi semua orang
(Diam sejenak
Hs: (Berjalan masuk) Hai, orang besar! Lihatlah! Ada tontonan indah di sini! Tontonan yang pasti tak ingin kau lewatkan
Yg: (Masuk) Tontonan apakah gerangan, wahai yang mengaku wakil bangsa! Seindah apa hingga kau rela meninggalkan permainan uang kita>
Hs: Lihatlah! Dengarlah! Bualan mimpi dari para orang miskin ini! Tak sadarkah mereka, tak ada tempat bagi mereka.
Yg: Biarlah, biarkan saja mereka dengan angan kosong mereka. Tinggalkan saja!
Hs: Aku tiada tahan wahai orang besar! Untuk menghampiri mereka di sini, mendengar bualan mereka, dan melihat mimpi-mimpi mereka jatuh dan yang tersisa hanya kosong belaka.
Yg: Ah, aku saja bosan dengan orang-orang seperti mereka yang bertebaran di negeri ini.
Hs: Sudahlah, mari kita pergi. Masih banyak permainan uang yang harus kita lakukan. Kita tinggalkan saja mereka dengan bualan mimpinya.
(Yg&Hs melangkah keluar, suasana diam sejenak)
Ls: Lihat! Lihatlah orang yang seharusnya ikut membangun negeri ini! Mereka melupakan kita! Mereka hanya peduli dengan uang mereka! Masihkah kau tak sadar? (Menyusul Hs)
Dn: Bahwa mimpimu hanyalah bualan, dan dengan keadaanmu ini kau tak akan mampu menjadi apapun
Pr: (Lagu sedih)
Am: Harapan itu masih ada, Sobat!
Yw: Ya, harapan itu masih ada! Ia masih tetap bersemai di sini, di dalam hati ini.
Ul: Dan harapan kita masih akan terus bersemi, lalu ia akan mengakar kuat dalam sanubari
Am: Kita hanya harus percaya saja, kawanku!
Yw: Percaya pada mimpi-mimpi kita, pada sahabat-sahabat kita, pada orang yang kita sayangi
Ul: Dan percaya pada Tuhan kita, Allah Yang Mahakuasa
Hr: Kalian tahu apa tentang percaya! Tahu apa tentang semua kenyataan di dunia!
Am: Kita memang tak tahu apa-apa, namun tak berati kita tak bisa melakukan apa-apa
Yw: Mari kawan, mari kita bangkit bersama. Hidupkan harapmu, nyalakan asa mu, kuatkan jiwamu
Ul: Lalu biarkan mimpimu terbang, lepaskan beban, dan berlarilah, genggam anganmu
Am: Kita di sini akan terus bersama, sebab mimpi besar hanya akan nyata bersama orang-orang yang besar yang berjuang bersama
Yw: Dan tak ada yang tak mungkin di dunia ini bila Allah bersama kita

Usahakan sudah sampai di pinggir panggung
 
Ul: Jadi, tegarkan jiwamu, tegakkan ragamu, kuatkan imanmu.
Am: Langkahkan kakimu, gerakkan tanganmu, bebaskan pikirmu.
Yw: Dengarkan hatimu, raih mimpimu, dan kita perindah dunia
Ul: Kini, biarkan para pembunuh harapan berkicau sesuka mereka. Namun, jangan biarkan mereka racuni hatimu.
Yw: Kini, hanya ada kamu,dan para sahabatmu yang akan mengawal mimpi-mimpi kita. Mimpi dan harapan ‘tuk mengawal dunia menuju gerbang keindahannya
Am: Bahkan bila kamu yakin, orang-orang besar akan sadar...bahwa keadaan bukan untuk ditangisi atau ditertawakan. Tapi untuk diselamatkan dan dihidupkan.
Hs: Sebab, yang terpenting bukanlah mimpi kita, namun bagaimana mimpi kita bisa mewujudkan mimpi-mimpi yang lain
Yg: Mimpi-mimpi yang akan mewarnai dunia.
Dn: Dan mungkin, juga akan mampu membungkam cemooh kesombongan
Ls: Jadikan luka bagai kenangan
Hr: Ubah kritikan jadi cambukan
Er: Dan akan sanggup bangkitkan semangat dalam jiwa manusia.
Rk: Ya, aku tahu......mungkin semua ini akan mustahil bila aku sendiri. Namun aku yakin kawanku, bila kita bersama, dengan segala yang kita punya, mimpi apa pun akan jadi nyata.
Nr: Bukan hanya mimpi kita, namun juga mimpi bangsa.
Yg: Bangsa kita tak butuh mimpi besar, wahai pemuda.
Hs: Bangsa kita cukup dengan mimpi kecil, namun dimiliki oleh semuanya.
Pr: Yakni mimpi untuk merawat Indonesia, harapan dalam kebersamaan, untuk memberdayakan.
(Song End)

Pri: (Epilog)

Psycho #1

Udah lama nggak, bikin postingan. Akhirnya kangen juga. Kali ini ane bakal nulis ulang cerpen lama ane. Boleh dibilang horror, sih.....meski ane mnggolongkannya ke dalam drama tragis. Karena cerpen inilah ane sadar aliran fiksi ane. Yup, aliran fiksi yang gelap dan tragis. Langsung aje dah. Berharap ane bisa enteng setelah memposting tulisan gujis ini.

Psycho #1
           
            Sosok wanita itu tersenyum padaku. Di tengah himpitan dunia yang begitu tajam ini mustahil senyum itu merupakan senyuman yang tulus. Namun, mengapa senyum itu tertuju padaku? Yang aku yakin jika aku bercermin akan nampak sosok tokoh wayang bernama Buto Cakil di sana.

            Wanita itu kembali tersenyum padaku. Ah... seandainya terjadi hujan racun, pastilah akan menjadi madu. Bukan......maksudnya bukan berubah jadi hujan madu, tapi racun itulah yang akan menjadi madu. Tapi aku masih ragu, akankah ia nyata?

            “Yes, Boy! I’m real, and I really do love you. I wish you can be my boyfriend. You want it too, don’t you?”

            Agh....tertambah bahasa asing. Sesaat aku merasa seakan masuk ke dalam lorong waktu dan terlempar ke masa Eropa menguasai dunia timur. Dan wanita itu ialah jelita eropa yang sedang berjalan menikmati lanskap alam yang begitu megah di alam timur. Lalu ia bertemu pemuda kotor yang dalam pandangannya pastilah seperti sosok putra dewa. Padahal tak lebih dari sosok iblis.

           “Umm..... cinta..... Kau bilang cinta..... tapi apa kau tahu arti cinta itu sendiri?” tanyaku sangsi.

           “Well, yes. Sepertinya kau masih tak suka dengan gaya bahasaku. Baiklah aku akan bercakap dengan menggunakan bahasamu.”

            Kami terdiam sejenak.

            “Jadi, kau sendiri yang pernah bilang, bahwa cinta bukanlah rasa untuk ingin memiliki, menyayangi, membelai, dan memandangi, namun cinta adalah rasa untuk melindungi. Dan cinta yang sejati ialah cinta yang beralas, berdinding, berpilar, beratapkan kecintaan dan keridlaan pada Yang Mahacinta. Aku ingin belajar itu darimu. Dan aku ingin menjadi sosok yang akan selalu kau lindungi.”

            “Ah, bisa apa aku melindungimu? Aku bahkan tak mampu melindungi diriku sendiri darimu dan godaanmu.”

            “Hegh, kau berkata seolah-olah kau ini cinderella pria dan aku pengeran wanita. Jujurlah, apa yang membuatmu tak bisa menerimaku? Apa yang membuatmu tak memiliki rasa cinta yang sangat kau mengerti artinya itu?”

            Aku diam. Dia menunggu.

            “Yah, tak ada.......,” jawabku enteng.

            “Tak ada bagaimana maksudmu?”

            “Entahlah.”

            “Please, jangan bercanda. Aku telah tersesat jauh. Aku telah banyak mengenal pria dan aku telah sering memberi cintaku pada mereka. Dan cintaku itu adalah seluruh hidupku. Jiwaku dan ragaku. Lalu mereka pergi dan habislah cintaku. Kemudian kau datang dan mengisi pundi cintaku kembali. Jadi, salahkah aku bila mencintaimu dan berharap kita saling bersatu, saling mencintai? Aku yakin kau juga begitu bukan?”

            “Huft..... Kau ini..... Mengapa kau bisa mencintaiku? Mengapa kau juga yakin aku mencintaimu pula?”

            “Kau bilang aku indah, sedang kebanyakan pria mengatakan aku ini cantik. Kau melihatku dengan cara berbeda dengan manusia yang lain. Dan dari tatapanmu yang sayu, mendayu, dalam, teduh, dan melindungi. Seakan kau ingin berkata bahwa kau akan melindungiku, layaknya ucapanmu bahwa cinta adalah untuk melindungi.”

            “Benar juga..... Memang kau ini indah. Kau juga wanita yang memerlukan perlindungan......”aku berhenti sejenak, memikirkan sesuatu.
“Jadi, maukah kau kemari untuk membuktikan cintamu?”

            “Ah..... akhirnya kau mengerti. Baiklah. Aku datang untukmu. Aku padamu. Kuserahkan seluruhku padamu.........,”

            “Seluruhmu padaku?”

            Aku terhenyak. Kata-kata itu tiba-tiba berubah menjadi ribuan anak panah beracun yang menghujam jantungku. Aku sudah menduga wanita itu akan berkata seperti itu, tapi aku menafikkan diri. Namun aku tak menunjukkn keterkejutanku.

            Wanita itu semakin dekat denganku.....dan aku pun semakin yakin dengan keputusanku yang akan kuambil. Wanita itu semakin dekat menyerahkan diri padaku. Sedangkan aku......
            “Kau salah. Seharusnya kau tak menyerahkan seluruhmu padaku. Cinta bukan penyerahan diri pada sesama makhluk, namun kepada Sang Pemilik Makhluk. Kau masih salah mengerti.”

            Wanita itu berhenti tepat di depanku. Menatapku tak percaya. Wajahnya menahan sakit yang teramat sangat.
            “Mengapa? Mengapa kau lakukan ini padaku?”
            Aku menatapnya dingin.

            “Bukan aku, kau sendiri yang melakukannya. Kau bilang mencintaiku, sementara aku tak mencintai siapa pun selain Tuhanku. Seharusnya jika kau mencintaiku, kau juga mencintai Tuhanku, dan menyerahkan seluruh dirimu kepada-Nya, bukan kepadaku.”

            Wanita itu merintih.
“Jadi, hanya karena itukah kau tega menusukkan belati itu padaku?”

            Aku terdiam. Menatap matanya kosong.
            “Kau berbohong padaku dan tidak mencintai Tuhanku. Aku hanya akan mencintai orang yang juga mencintai Tuhannya, dan ia hanya akan memberikan dirinya pada Tuhan yang dicintainya. Bukan  padaku. Sedangkan kau tidak begitu. Kau berkata bahwa kau mencintaiku dan bersedia meninggalkan jalan sesatmu. Tapi kau malah ingin kembali menyerahkan dirimu, hidupmu, dan seluruhmu padaku. Seperti yang kau lakukan pada pria-pria lain sebelumku. Kau pikir aku suka?”

            “Tapi.....tapi.....bukankah masih ada kesempatan bagiku untuk kembali ke jalan-Nya? Mengapa kau tak memberi kesempatan itu padaku?”

            “Benar, memang ada. Tapi kau juga telah membuangnya tadi. Wanita sepertimu akan sulit untuk benar-benar kembali ke jalan-Nya setelah terlalu lama berkubang dalam lumpur. Sebentar kau bersamaku, setelah bosan kau pasti akan berpaling dan kembali lagi ke kubangan lumpurmu. Jadi, maafkan aku.......dan selamat tinggal. Aku hanya ingin membersihkan dunia ini dari orang-orang sepertimu.”

            Aku menancapkan belatiku lebih dalam di dadanya. Lalu wanita itu limbung. Ia mengerjap, meniti tali antara kehidupan dan kematian. Matanya membelalak, antara menahan sakit dan mungkin, memandangku marah. Seiring waktu ia semakin melemah. Akhirnya ia berhenti dan terkulai lemas di depan kakiku, dengan mata terbuka dan mulut ternganga. Kucabut belatiku dari dadanya. Darah hitam terpancar keluar dari luka itu. Kubersihkan belati suciku dengan gaun merah yang dipakai wanita itu.

Aku memandangnya sejenak. Tapi lalu kutinggalkan juga akhirnya dengan darah hitam menggenanginya. Rasa kecewa menyelimutiku, tapi tak kusangkal ada rasa puas di sana. Satu jiwa kotor telah hilang, dan jiwa yang lain telah menunggu untuk dibersihkan.


۞        ۞        ۞

Senin, 13 Oktober 2014

Makalah Tingkah Laku Ikan Big Eye Tuna (Thunnus obesus)

BAB I
PENDAHULUAN

A.     LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki 17.504 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km, yang merupakan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Ditambah lagi, wilayah laut Indonesia yang lebih luas dibanding daratannya, yakni sekitar 73,1 % dari total wilayah Indonesia, membuat kekayaan laut di Indonesia sangat banyak. Kekayaan laut tersebut mulai dari sumber daya yang bisa diperbaharui seperti perikanan, terumbu karang, mangrove, rumput laut, hingga sumber daya yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak bumi, gas bumi, barang tambang, mineral, serta energi kelautan seperti gelombang dan angin. Di antara aspek perikanan yang memberi kontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia tersebut adalah perikanan tuna, salah satunya Tuna Mata Besar (Thunnus obesus).
Tuna Mata Besar (Thunnus obesus) atau lebih dikenal dengan Bigeye Tuna adalah salah satu anggota Famili Scombridae dan merupakan salah satu komoditi ekspor perikanan tuna yang paling utama di Indonesia selain Tuna Sirip Kuning atau Madidihang (Thunnus albacares) dan Tuna Sirip Biru Selatan (Thunnus maccoyii). Ekspor Tuna Mata Besar pada umumnya dalam bentuk segar dan beku.
Pemanfaatan sumber daya tuna, terutama Tuna Mata Besar sendiri di perairan Samudera Hindia dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (2005) mencatat bahwa ada sekitar 6.547 unit kapal tuna longline di Indonesia pada tahun 2003. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan pada tahun 2002 yang hanya berjumlah 2.264 unit. Diduga jumlah kapal tuna longline yang beroperasi di seluruh perairan Indonesia sekitar 1.400 unit, dimana kira-kira 1,200 beroperasi di Samudera Hindia (Pusat Perikanan Tangkap, 2002 dalam Nugraha, 2009).

B.     RUMUSAN MASALAH
Fokus permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain:
1.      Bagaimana anatomi dan morfologi ikan tuna mata besar (bigeye tuna)?
2.      Bagaimana tingkah laku dan kebiasaan hidup ikan tuna mata besar (bigeye tuna)?
3.      Bagaimana penangkapan ikan tuna mata besar (bigeye tuna) dilakukan dan alat tangkap apa saja yang digunakan?

C.     TUJUAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah:
1.      Untuk mengetahui anatomi dan morfologi ikan tuna mata besar (bigeye tuna).
2.      Untuk mengetahui tingkah laku dan kebiasaan hidup ikan tuna mata besar (bigeye tuna).
3.      Untuk mengetahui cara-cara penangkapan ikan tuna mata besar (bigeye tuna) beserta alat tangkap yang digunakan.




BAB II
PEMBAHASAN

A.     IKAN  TUNA MATA BESAR (BIGEYE TUNA)
Dalam taksonomi, bigeye tuna memiliki klasifikasi sebagai berikut:
Phylum              : Chordata
     Subphylum   : Vertebrata
Superclass              : Gnathostomata
Class                  : Osteichthyes
Subclass        : Actinopterygii
Order                 : Percomorphii
     Suborder       : Scombroidei
Family               : Scombridae
     Subfamily     : Scombrinae
Genus                : Thunnus
Species              : Thunnus obesus

Bigeye Tuna (Thunnus obesus) termasuk dalam jenis tuna besar. Bentuk tubuhnya memanjang langsing seperti torpedo. Sirip dada cukup panjang pada individu yang besar dan menjadi sangat panjang pada individu yang kecil. Tapisan insang 20-30 pada busur insang pertama. Dua sirip punggung, sirip punggung kedua diikuti 8-10 jari-jari sirip tambahan. Dua buah lidah (cuping) di antara kedua sirip perutnya. Jari-jari sirip tambahan berjumlah 7-10 di belakang sirip dubur. Sisik-sisiknya halus dan kecil. Pada korselet tumbuh sisik-sisik agak besar dan tebal tetapi tidak begitu nyata. Pangkal ekornya langsing, lunas kuat diapit dua lunas kecil pada ujung belakangnya.
Tuna mata besar memiliki warna bagian atas tubuh hitam keabu-abuan, sedangkan bagian bawah perut berwarna putih. Garis sisinya seperti sabuk berwarna biru membujur sepanjang badan. Sirip punggung pertama berwarna kuning terang, sirip punggung kedua dan sirip dubur berwarna kuning muda. Ikan Tuna Mata Besar memiliki jari-jari sirip tambahan (finlet) berwarna kuning terang, dan hitam pada ujungnya.
Spesies ini mencapai panjang total maksimum 250 cm dengan panjang cagak rata-rata per individunya lebih dari 180 cm. Berat maksimumnya 210 kg (pada usia yang pernah dilaporkan 11 tahun). Pada tahun 1957 pernah dilaporkan di Cabo Blanco, Peru sepanjang 263 cm dengan berat 197,3 kg. Sedangkan pada tahun 1977 di Samudera Atlantik, tepatnya Maryland, USA seberat 170,3 kg dengan panjang cagak 206 cm. Ukuran panjang cagak normal tertangkap antara 40 cm dan 170 cm. Kematangan tampaknya dicapai pada 100 sampai 130 cm di Pasifik Timur dan di Samuder Hindia, dan di sekitar 130 cm di Pasifik Tengah.
Ciri-ciri luar tuna mata besar yang lain adalah:
a.    Sirip ekor mempunyai lekukan yang dangkal pada pusat celah sirip ekor;
b.    Pada ikan dewasa, matanya relatif besar dibandingkan dengan tuna-tuna yang lain;
c.    Profil badan seluruh bagian dorsal dan ventral melengkung secara merata;
d.   Sirip dada pada ikan dewasa adalah ¼ - 1/3 kali fork length;
e.    Sirip dada pada anak ikan tuna lebih panjang dan selalu melewati belakang sebuah garis yang digambar di antara tepi-tepi anterior sirip punggung kedua dan sirip anal;
f.     Ikan-ikan tuna mata besar dengan ukuran lebih dari 75 cm (10 kg) mempunyai sirip dada yang lebih panjang dari pada ikan tuna sirip kuning dari ukuran-ukuran yang sebanding.


B.     TINGKAH LAKU DAN KEBIASAAN HIDUP IKAN
1.        Distribusi, Habitat dan Tingkah Laku Renang
Dilansir dari situs www.fishbase.org, lingkungan hidup atau habitat ikan tuna mata besar berada pada kedalaman 0 – 250 m, biasanya 0 – 50 m. Ikan ini juga termasuk ikan pelagis oseanik yang melakukan migrasi ke berbagai perairan samudera. Hidupnya terutama di perairan subtropis, yakni pada lintang 45° LU - 43° LS, serta 180° BB – 180° BT, yang berada pada kisaran suhu 13° - 29° C.
Sedangkan suhu perairan yang optimum bagi ikan tuna mata besar adalah berada pada rentang 17° - 22° C. Hal ini berkaitan dengan kisaran suhu termoklin yang tetap. Bahkan, di perairan Pasifik tropis bagian barat dan tengah, konsentrasi utama Thunnus obesus berkaitan erat dengan perubahan musim dan iklim pada suhu permukaan dan termoklin. Kelompok juvenil dan dewasa kecil dari tuna ini membetuk schooling di permukaan dalam kelompok yang sejenis atau bersama-sama dengan tuna sirip kuning dan/atau cakalang. Gerombolan tersebut dapat berasosiasi dengan benda-benda yang mengambang. Pembentukan gerombolan (schooling) ini biasanya terjadi saat tuna mata besar melakukan migrasi.
Distribusi tuna mata besar di dunia sendiri tersebar di Atlantik, Indian dan Pasifik terutama di perairan tropis dan subtropis, kecuali di daerah Mediterania. Di Indonesia, daerah penyebaran tuna, termasuk tna mata besar, secara horisontal meliputi perairan barat dan selatan Sumatera, selatan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, Laut Banda dan sekitarnya, Laut Sulawesi dan perairan barat Papua. Ikan betina dewasa lebih banyak ditemukan di perairan tropis. Sementara itu, ikan tuna dewasa ditemukan setiap tahun di daerah sekitar barat dan tengah Samudera Hindia, meskipun juga jarang di bagian timur pada April hingga Desember. Laju tangkap di Samudera Hindia ini sangat rendah pada kedalaman kurang dari 100 m dan meningkat pada kedalaman lebih dari 200 m.
Distribusi ikan tuna di laut sangat ditentukan oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal meliputi jenis (genetis), umur dan ukuran, serta tingkah laku (behaviour). Perbedaan genetis ini menyebabkan perbedaan dalam struktur morfologis, respon fisiologis dan daya adaptasi terhadap lingkungan. Faktor eksternal yang merupakan faktor lingkungan, di antaranya adalah parameter oseanografis seperti suhu, salinitas, densitas dan kedalaman lapisan termoklin, arus dan sirkulasi massa air, oksigen dan kelimpahan makanan. Suhu dan kedalaman termoklin menjadi faktor utama distribusi vertikal dan horisontal dari tuna mata besar.
Selain itu, salah satu faktor yang menyebabkan penyebaran ikan ini dapat meliputi wilayah geografis yang cukup luas adalah kecepatan renangnya yang mencapai 50 km/jam, serta kemampuannya dalam penyebaran dan migrasi lintas samudera. Ikan tuna mata besar juga memiliki pola tingkah laku renang yang khas berdasarkan kedalaman. Pada malam hari, ikan ini berenang pada lapisan permukaan hingga kedalaman kira-kira 50 m, sedangkan pada siang hari tuna mata besar mampu menyelam hingga kedalaman 500 m.

2.        Reproduksi dan Kebiasaan Makan
Dilansir dari situs resmi FAO (Food and Agriculture Organization) A.S, di Pasifik timur beberapa pemijahan telah dicatat pada lintang 10° LU dan 10° LS sepanjang tahun, dengan puncak dari April hingga September di belahan bumi utara dan antara Januari dan Maret di belahan bumi selatan. Disebutkan bahwa Kume (1967) menemukan korelasi antara terjadinya ketidakaktifan tuna mata besar secara seksual dengan penurunan suhu permukaan di bawah 23° atau 24° C. Tuna ini bertelur setidaknya dua kali setahun, jumlah telur per pemijahan diperkirakan 2,9 juta hingga 6,3 juta.
Di Samudera Pasifik, ukuran minimum tuna mata besar pertama kali matang seksual sekitar 100 cm. Sedangkan di Pasifik bagian barat ikan betina 50% bereproduksi dengan ukuran pertama matang seksual adalah 135 cm dan ukuran minimum matang seksual adalah 102 cm. Sedangkan di Samudera Hindia, panjang tubuh (Fork Length) saat matang 50% betina maupun jantan diperkirakan 88,08 dan 86, 85 cm. Dimana rasio kelamin bervariasi setiap bulan dengan selang kelas ikan tuna ukuran kecil (81-115 cm) lebih banyak ikan betina, dan pada ukuran besar (125-155 cm) terdiri dari ikan jantan.
Adapun kebiasaan tuna mata besar dalam mencari makanan adalah dengan cara bergerombol (schooling) yang terdiri dari ikan-ikan dengan ukuran tubuh relatif sama. Pencarian makan tersebut dilakukan baik di siang hari maupun di malam hari, namun lebih aktif di siang hari, sehingga penangkapan di siang hari lebih berhasil dibanding saat penangkapan di malam hari. Pada malam hari, tuna mata besar juga berenang di lapisan tengah untuk menghindari kompetisi makanan. Dalam upaya penangkapan mangsa, ikan ini menggunakan gerakan hebat dalam kolom air. Pergerakan ikan tuna naik turun di kolom air tersebut juga disesuaikan dengan ketersediaan makanan. Tuna mata besar sendiri tergolong karnivora yang makanannya mencakup berbagai jenis ikan, cumi dan udang-udangan. Sedangkan predator utamanya adalah billfish besar dan paus bergigi.

C.     PENANGKAPAN TUNA MATA BESAR
Pada penangkapan tuna mata besar dalam skala Internasional, Jepang menempati urutan pertama, diikuti oleh Republik Korea dengan perbedaan yang jauh lebih tinggi. Secara global, penangkapan tuna jenis ini meningkat dari sekitar 164.000 ton di tahun 1974 hingga mencapai 201.000 ton persegi pada tahun 1980, dan mencapai puncaknya sebesar 214000 ton pada tahun 1977 (FAO, 1981). Dari tahun 1981 diperkirakan terjadi penurunan menjadi sekitar 167.000 ton (FAO, 1983). Di Samudera Hindia, penangkapan tuna mata besar didominasi oleh armada Jepang hingga akhir tahun 60-an, tapi kemudian operasi kapal dari Republik Korea menjadi lebih berperan, dan telah menyumbang lebih dari 60% dari hasil tangkapan di akhir 70-an.
Teknik memancing yang paling penting adalah dengan alat tangkap longline (rawai tuna) yang terdiri dari sekitar 400 rangkaian (terdiri dari 5 branch line, dan masing-masing dengan kail berumpan) dan memperluas hingga mencapai 130 km. Spesies yang biasa digunakan sebagai umpan meliputi (dalam bentuk beku) Yellowtail Pasifik (Cololabis saira), Chub mackerel (Scomber japonicus), jack mackerel (Trachurus) dan cumi-cumi. Operasi pada waktu siang dan malam umumnya dilakukan sepanjang tahun, tetapi ada variasi kelimpahan musiman yang jelas nampak dalam perubahan effort. Pada tahun 70-an, longline untuk perairan dalam memasang 10 sampai 15 branch line per rangkaian longline. Jenis baru dari alat tangkap ini secara teoritis mampu memancing sampai pada kedalaman 300 m, dimana biasanya hanya mencapai 170 m dengan alat tangkap longline tradisional.
Tingkat tangkapan meningkat selama sekitar 3 tahun dan kemudian menurun ke tingkat selanjutnya, hal ini menunjukkan bahwa hanya sebagian dari sumber daya tuna mata besar yang dieksploitasi. Tuna mata besar dieksploitasi dalam jumlah yang meningkat sebagai tangkapan lain pada penangkapan pole and line di musim semi dan musim panas di barat laut Pasifik, dan pada purse seine di Pasifik timur, dimana keduanya dioperasikan untuk menangkap cakalang dan yellowfin tuna sebagai tangkapan utama.
Di perairan Samudera Hindia, penangkapan tuna mata besar dengan tuna longline meliputi selatan Jawa Timur, Bali sampai Nusa tenggara. Sebagian dari kapal tuna longline sudah beroperasi hingga sebelah selatan lintang 13° LS atau mencapai wilayah perairan laut bebas (sudah di luar ZEE Indonesia). Daerah-daerah penangkapan tuna mata besar di Indonesia  antara lain Laut Banda, Laut Maluku, dan perairan selatan Jawa terus menuju timur serta perairan selatan dan barat Sumatera.
Dalam penangkapan tuna mata besar, baik dengan longline maupun pole and line, umpan menjadi salah satu faktor penting dalam mendukung keberhasilan proses penangkapan. Syarat umpan yang baik adalah mempunyai sisik mengkilat, tidak berlendir, warna punggung gelap kebiruan sedang bagian perut keperakan, tubuh masih utuh dan sisiknya melekat kuat pada kulit, serta mempunya panjang 15 – 20 cm.
Penangkapan tuna di Indonesia pada umumnya dilakukan pada musim-musim tertentu yang berbeda-beda pada tiap daerah. Di Ambon, puncak musim penangkapan terjadi pada bulan Februari-April dan September-Oktober, Ternate pada bulan April-Juni dan September-Oktober, Sorong pada bulan Februari-Juni, Bitung (Aertembaga) pada bulan Maret-Mei dan Agustus-November, barat Sumatera pada bulan September-Desember, serta selatan Jawa antara Mei-Oktober.




BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan mengenai tuna mata besar bisa ditarik kesimpulan bahwa tuna mata besar (big eye tuna) termasuk dalam famili Scombridae dengan nama ilmiah Thunnus obesus. Secara morfologi bigeye tuna memiliki bentuk tubuhnya seperti torpedo dengan sirip dada yang panjang, finlet berjumlah 8-10 setelah sirip punggung dan 7-10 di belakang sirip yang berwarna kuning terang dan hitam pada ujungnya. Sirip punggung pertama berwarna kuning terang, sirip punggung kedua dan sirip dubur berwarna kuning muda. Bigeye Tuna bisa mencapai panjang 250 cm dengan berat maksimumnya 210 kg (pada usia yang pernah dilaporkan 11 tahun).
Spesies Thunnus hidup di perairan subtropis, yakni pada lintang 45° LU - 43° LS, serta 180° BB – 180° BT, yang berada pada kisaran suhu 13° - 29° C dengan suhu optimum 17° - 22° C pada kedalaman 0 – 250 m. Sedangkan distribusi tuna mata besar di dunia sendiri tersebar di Atlantik, Indian dan Pasifik terutama di perairan tropis dan subtropis, kecuali di daerah Mediterania. Di Indonesia, penyebaran meliputi perairan barat dan selatan Sumatera, selatan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, Laut Banda dan sekitarnya, Laut Sulawesi dan perairan barat Papua. Faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah faktor internal (jenis/genetis, umur dan ukuran, tingkah laku/behaviour), dan faktor eksternal (suhu, salinitas, densitas dan kedalaman lapisan termoklin, arus dan sirkulasi massa air, oksigen dan kelimpahan makanan).
Waktu pemijahan tuna mata besar terjadi dari April hingga September di belahan bumi utara dan antara Januari dan Maret di belahan bumi selatan. Tuna ini bertelur setidaknya dua kali setahun, jumlah telur per pemijahan diperkirakan 2,9 juta hingga 6,3 juta. Ukuran minimum tuna mata besar pertama kali matang seksual umumnya sekitar 100 cm.
Tuna mata besar tergolong karnivora yang memakan berbagai jenis ikan, cumi dan udang-udangan dan mencari makanan dengan cara bergerombol (schooling) yang terdiri dari ikan-ikan dengan ukuran tubuh relatif sama. Pencarian makan tersebut dilakukan baik di siang hari maupun di malam hari, namun lebih aktif di siang hari, sehingga penangkapan di siang hari lebih berhasil dibanding saat penangkapan di malam hari. Sedangkan predator utamanya adalah billfish besar dan paus bergigi.

B.     Saran
Pengetahuan mengenai tuna mata besar atau bigeye tuna (Thunnus obesus) sangat perlu dikembangkan terutama dalam hal penyebaran atau distribusinya. Sebab dari informasi distribusi dapat diketahui pergeseran tingkat hook rate dari bulan ke bulan atau dari tahun ke tahun. Hook rate adalah jumlah ikan yang tertangkap pada setiap 100 mata pancing terpasang. Semakin besar nilai hook rate, semakin banyak jumlah penangkapan di wilayah tersebut.




DAFTAR RUJUKAN

Ariyanto, Yosep Heri. 2000. Studi tentang Laju Pancing dan Pola Musim Penangkapan Tuna Mata Besar (Thunnus obesus) di Perairan Selatan Jawa-Sumbawa, Samudera Hindia (Studi Kasus PT. Sari Segara Utama, Benoa-Bali). Skripsi. Insitut Pertanian Bogor. Bogor
Faizah, Ria. 2010. Biologi Reproduksi Ikan Tuna Mata Besar (Thunnus obesus) di Perairan Samudera Hindia. Tesis. Insitut Pertanian Bogor. Bogor
FAO. 2013. Thunnus obesus (Lowe, 1839). http://www.fao.org/fishery/species/2498/en. Diakses pada tanggal 03 Desember 2013, pukul 04:50 WIB
Fishbase. 2013. Thunnus obesus (Lowe, 1839). http://www.fishbase.org/summary/Thunnus-obesus.html. Diakses pada tanggal 03 Desember 2013, pukul 06:25 WIB
Murdaniel, Rama Putri Sri. 2007. Pengendalian Kualitas Ikan Tuna untuk Tujuan Ekspor di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zacham Jakarta. Skripsi. Insitut Pertanian Bogor. Bogor

Nugraha, Budi. 2009. Studi tentang Genetika Populasi Ikan Tuna Mata Besar (Thunnus obesus) Hasil Tangkapan Tuna Longline yang Didaratkan di Benoa. Tesis. Insitut Pertanian Bogor. Bogor