Kamis, 14 Januari 2016

Artikel Laporan Praktek Kerja Magang



SISTEM NAVIGASI KAPAL MINI PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) TASIK AGUNG, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

Internship Working Practice about Navigation System of Mini Purse Seine Fishing Vessel in Tasik Agung Coastal Fishing Port (PPP), Rembang Regency, Central Java

Eri Doni[1], Dewa Gede Raka Wiadnya[2]

ABSTRAK


Alat tangkap mini purse seine adalah alat tangkap yang paling banyak digunakan di PPP Tasik Agung, yaitu salah satu pelabuhan di Kabupaten Rembang. Kabupaten Rembang memiliki jumlah produksi perikanan tangkap terbesar di Jawa Tengah tahun 2008 – 2012. Dalam setiap operasi penangkapan, kapal mini purse seine melaksanakan kegiatan navigasi yaitu rangkaian kegiatan untuk mengarahkan kapal dari satu tempat ke tempat lain melalui penentuan posisi dan penetapan jalur pelayaran. Kegiatan ini sangat penting dilaksanakan agar diperoleh jalur pelayaran yang aman dan ekonomis. Oleh karena itu untuk mengetahui dan mempelajari sistem navigasi pada kapal mini purse seine secara langsung di lapang, dilaksanakan praktek kerja di kantor PPP Tasik Agung dan di kapal mini purse seine KM. Karunia Illahi 7 dengan menggunakan metode partisipasi aktif, observasi, dan wawancara. Dari hasil praktek kerja diketahui bahwa peralatan navigasi yang digunakan adalah lampu navigasi, kompas, receiver GPS, fishfinder, dan radio SSB. Kegiatan navigasi yang dilakukan adalah menentukan arah gerak kapal sejak pemberangkatan, perpindahan lokasi tangkapan, hingga pelayaran kembali ke pelabuhan dengan berpedoman pada GPS sebagai alat navigasi utama. Selain itu juga dilaksanakan komunikasi dengan nelayan lain melalui radio SSB untuk memperoleh informasi lokasi tangkapan terbaik. Adapun jenis ikan yang tertangkap adalah Layang (Decapterus sp.) sebagai tangkapan utama, serta Selar (Selaroides leptolepis), Tongkol (Auxis sp.), Tengiri (Scomberomous lineatus), Layur (Trichiurus lepturus), dan Cumi-cumi (Loligo sp.) sebagai tangkapan by-catch.

Kata Kunci: Sistem Navigasi, Kapal Mini Purse Seine, PPP Tasik Agung

ABSTRACT

Mini purse seine is the most used fishing tools in PPP Tasik Agung, which is one of fishing ports in Rembang Regency. Rembang Regency has the biggest total production of catching fisheries in Central Java at 2008 – 2012. In every catching operation, mini purse seine vessel do navigation activities which are series of activities to direct ship from one place to another place by position and fairway determination. The activites are very important to done so the ship will get safe and economical fairway. Therefore, to understand and learn about navigation system in mini purse seine vessel directly in field, the working practice is done in the Offfice of PPP Tasik Agung and in mini purse seine vessel, KM. Karunia Illahi 7, by active participation, observation, and interview method. From the result, we know that the vessel use navigation lamp, compass, GPS receiver, fishfinder, and radio SSB as navigational aids. The navigation activities on the vessel are determaining the direction of vessel from departure, movement of operation site, until returning to the fishing port which is guided by GPS as main navigational aids and communicate with other fishermen to get information about the best operation site. The fish species of obtaining yield are Layang (Decapterus sp.) as main catch, along with Selar (Selaroides leptolepis)Tongkol (Auxis sp.), Tengiri (Scomberomous lineatus), Layur (Trichiurus lepturus), and Squid (Loligo sp.) as by-catch.

Keywords: Navigation System, Mini Purse Seine Fishing Vessel, PPP Tasik Agung


A.    PENDAHULUAN

Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tasik Agung merupakan salah satu pelabuhan di Kabupaten Rembang, yaitu kabupaten dengan jumlah produksi perikanan tangkap terbesar di Provinsi Jawa Tengah dibandingkan dengan kabupaten lainnya, yaitu rata-rata dari tahun 2008 – 2012 sebesar 47.012 ton/tahun berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah tahun 2014 (Bayyinah, et al. 2014). Menurut Nugraha, et al (2014) alat tangkap yang ada di PPP Tasik Agung, Rembang adalah purse seine, mini purse seine, cantrang dan bottom long line. Alat tangkap mini purse seine merupakan alat tangkap dominan yang digunakan dengan jumlah 477 unit yang terbagi dalam dua kelas ukuran kapal, yaitu 424 unit pada kapal berukuran 21 – 30 GT dan 53 unit pada kapal berukuran 11 – 20 GT.
Dalam setiap operasi penangkapan, kapal mini purse seine menerapkan sistem navigasi yaitu kegiatan untuk mempelajari dan menetapkan jalur yang akan ditempuh kapal serta mengarahkan kapal dari satu tempat ke tempat lain melalui penentuan posisi kapal. Menurut Anggrahini (2012) dalam Wahab (2014), navigasi dapat diartikan sebagai pengetahuan sekaligus seni memindahkan kapal dari satu tempat ke tempat lain di muka bumi sesuai rencana. Kegiatan navigasi pada kapal penangkap ikan antara lain penetapan rencana operasi, penentuan rute atau jalur ke daerah penangkapan, penetapan lokasi dan pelaksanaan operasi penangkapan, penentuan rute kembali, dan pembuatan laporan kegiatan atau pencatatan log book. Apabila rangkaian kegiatan navigasi tersebut dilaksanakan dengan tepat dan efisien maka akan diperoleh jalur pelayaran yang aman dan hasil tangkapan yang optimal dengan biaya operasional yang ekonomis. Hal ini dikarenakan jalur pelayaran sangat dipengaruhi oleh kondisi laut. Sebagai contoh, kondisi arus, angin, dan ombak dapat mempengaruhi cepat lambatnya waktu pelayaran. Di sisi lain, waktu pelayaran juga akan mempengaruhi konsumsi bahan bakar dan biaya perawatan kapal yang selanjutnya akan mempengaruhi biaya operasional kapal.
Oleh karena itu, untuk mengetahui secara langsung di lapangan mengenai bagaimana sistem navigasi dilaksanakan di kapal penangkap ikan, penulis melaksanakan Praktek Kerja Magang di Pelabuhan Pendaratan Pantai (PPP) Tasik Agung, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah dengan mengikuti kegiatan operasi penangkapan ikan kapal mini purse seine.

B.    METODE PRAKTEK KERJA MAGANG

Pelaksanaan Praktek Kerja Magang di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tasik Agung, Rembang dilakukan dalam dua jenis kegiatan, yaitu kegiatan di kantor pelabuhan dan kegiatan di lapang.

1.      Kegiatan di Kantor Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tasik Agung

Kegiatan Praktek Kerja Magang di Kantor PPP Tasik Agung, Rembang dilaksanakan selama 12 hari dengan waktu 9 jam per hari, yaitu dari pukul 07:00 – 16:00. Metode pelaksanaan yang diterapkan adalah pertisipasi aktif, observasi, dan wawancara.
Metode partisipasi aktif untuk kegiatan Praktek Kerja Magang di kantor pelabuhan dilaksanakan dengan membantu dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di kantor pelabuhan. Sedangkan metode observasi dilaksanakan untuk menghimpun data-data penunjang dengan obyek observasi berupa kondisi fisik pelabuhan dan lingkungan di sekitarnya, kegiatan perikanan yang ada di TPI dan sekitar pelabuhan, dan kapal-kapal yang berlabuh di Pelabuhan Tasik Agung, terutama kapal mini purse seine.
Metode wawancara dilakukan untuk memperjelas ataupun menambah informasi yang telah diperoleh melalui metode partisipasi aktif dan observasi. Pihak-pihak yang menjadi narasumber dalam metode ini antara lain pegawai pelabuhan, nelayan, dan petugas di TPI. Selain itu, wawancara juga dilakukan dengan pembimbing lapang melalui forum sharing dan diskusi.

2.     Kegiatan di Lapang

Kegiatan Praktikum Kerja Magang yang dilaksanakan di lapang merupakan rangkaian kegiatan melaut yang dilakukan sebanyak 11 hari, yaitu 2 hari untuk persiapan dan 2 hari untuk kegiatan pasca melaut selama 8 jam per hari (08:00 – 16:00) serta 7 hari untuk kegiatan melaut itu sendiri yang dilaksanakan dalam waktu 24 jam per hari. Seperti halnya kegiatan di kantor pelabuhan, kegiatan di lapang juga menerapkan metode partisipasi aktif, observasi, dan wawancara.
Metode partisipasi aktif untuk kegiatan Praktek Kerja Magang di lapang dilaksanakan dengan mengikuti kegiatan awak kapal berkaitan dengan navigasi kapal, seperti persiapan untuk keperluan navigasi sebelum pemberangkatan kapal, penentuan lokasi penangkapan yang akan dituju, pelaksanaan kegiatan navigasi selama kapal berlayar, pengoperasian alat-alat navigasi, serta pencatatan laporan (log book) kegiatan.
Tahap observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan partisipasi aktif. Hal-hal yang menjadi objek observasi antara lain kondisi kapal dan alat tangkap secara umum, kegiatan navigasi di kapal mini purse seine beserta urutan kerjanya, cara penggunaan dan perawatan alat-alat navigasi, serta jenis dan jumlah hasil tangkapan yang diperoleh.
Sedangkan metode wawancara dilakukan untuk memperjelas informasi maupun untuk mendapatkan data atau informasi yang belum diperoleh dari kegiatan partisipasi aktif dan observasi. Metode wawancara dilaksanakan melalui sesi tanya jawab dengan kapten kapal, nakhoda, dan awak kapal lainnya.

C.    HASIL PRAKTEK KERJA MAGANG

1.      Kondisi Pelabuhan

PPP Tasik Agung, Rembang merupakan hasil peningkatan status dari Pangkalan Pendaratan Ikan Tasik Agung, Rembang, sesuai Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor 12/MEN/2004 tentang Peningkatan Status Pangkalan Pendaratan Ikan menjadi Pelabuhan Perikanan Pantai pada Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung.
Kawasan PPP Tasik Agung sendiri terletak di Desa Tasikagung, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah pada koordinat 6° 30’ - 7° 30’ LS dan 111° 00’ - 111° 30’ BT. Sedangkan kantor Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tasik Agung, Rembang terletak pada alamat Jl. Dorang, No. 2, Desa Tasik Agung, Kabupaten Rembang pada titik koordinat 6° 42' 13” LS dan 111° 20' 14" BT. Secara geografis, wilayah PPP Tasik Agung, Rembang berbatasan dengan:
·       Sebelah Utara: Laut Jawa
·       Sebelah Timur: Taman Wisata Dampo Awang Beach
·       Sebelah Barat: Sungai Karanggenen
·       Sebelah Selatan: Permukiman Warga Desa Sumberejo
Secara struktural, PPP Tasik Agung, Rembang dipimpin oleh seorang Kepala Pelabuhan yang langsung membawahi Kepala Sub-Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi Tata Pelayanan dan Kesyahbandaran, Kepala Seksi Tata Pengusahaan, dan Kelompok Jabatan Fungsional. Pegawai di Kantor PPP Tasik Agung, Rembang yang termasuk dalam Kelompok Jabatan Fungsional berjumlah 10 orang, yaitu 4 orang PNS, 2 tenaga kontrak, dan 4 tenaga honorer.
PPP Tasik Agung, Rembang memiliki fasilitas pelabuhan yang digolongkan dalam 3 kelompok, yaitu fasilitas pokok, fasilitas fungsional, dan fasilitas penunjang. Fasilitas Pokok yang terdapat di PPP Tasik Agung, Rembang adalah tanah pelabuhan, dermaga/jetty, kolam pelabuhan, turap, jalan komplek, dan drainase. Adapun fasilitas fungsional di PPP Tasik Agung pada umumnya merupakan sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan penangkapan, seperti kantor PPP Tasik Agung, kompleks kantor pengawasan dan keamanan, Tempat Pelelangan Ikan (TPI), gedung Cold Storage, Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Nelayan (SPBN), instalasi listrik, dan sarana transportasi. Fasilitas penunjang yang dimiliki PPP Tasik Agung adalah gedung Paguyuban Nelayan Mina Barokah, gedung Pelayanan Terpadu yang digunakan untuk pelayanan SLO, SPB, POL AIR, TNI AL, dan perhubungan laut, gedung pertokoan, warung makan, MCK, dan Mushola.

2.     Kondisi Umum Kapal dan Alat Tangkap

Kapal mini purse seine yang digunakan untuk kegiatan Praktek Kerja Magang di lapang adalah Kapal Motor (KM) Karunia Illahi 7 dengan pemilik Bapak H. Munaji dan di bawah tanggung jawab (kewenangan) Bapak Sopyan yang juga menjadi nakhoda kapal. Secara konstruksi, KM. Karunia Illahi 7 berbahan dasar kayu dengan ukuran bangunan 16,08 × 5,52 × 1,75 m. Kapal ini memiliki berat kotor (Gross Tonnage) sebesar 27 GT, sedangkan muatan bersihnya (Netto Tonnage) adalah 9 NT. Dari segi tenaga penggerak, KM. Karunia Illahi 7 dilengkapi dengan dua mesin yaitu Mitsubishi Fuso 6D14 berkekuatan 135 PK dan Mitsubishi PS 4D33 berkekuatan 120 PK.
Sedangkan alat tangkap yang digunakan adalah mini purse seine dengan konstruksi dan ukuran sebagai berikut:
·       Kantong: panjang 60 m lebar 40 m, ukuran mesh size 2,54 cm.
·       Badan: panjang 80 m pada setiap sisi kantong, lebar 40 m pada sisi kantong dan semakin pendek ke arah sayap sampai 35 m, mesh size 2,54 cm – 3,81 cm.
·       Sayap: panjang 80 m per bagian sisi, lebar 35 m di bagian dekat badan dan semakin pendek ke bagian tepi hingga 30 m, mesh size 3,81 cm.
·       Pelampung: berjumlah 1500 buah, diameter 150 mm, panjang 20 cm, terbuat dari syntetic fiber.
·       Cincin: berbentuk lingkaran, diameter 200 mm, berjumlah 80 buah, berbahan dasar timah, berat ± 1 kg per cicin.
·       Pemberat: diameter 9,5 mm, panjang 5,5 cm, berat 400 gr per buah.
·       Tali Pelampung: panjang 360 m, diameter 10 mm, bahan dasar PE.
·       Tali Ris Atas: panjang 360 m, diameter 10 mm, dari bahan PE.
·       Tali Pemberat: panjang 360 m, diameter 10 mm, dari bahan PE.
·       Tali Cincin: panjang 380 m, diameter 15 mm, dari bahan PE.
·       Tali Kolor: panjang 510 m berbahan dasar PE.

3.     Peralatan Navigasi Kapal Mini Purse Seine

a.      Lampu navigasi

Lampu navigasi adalah lampu yang dipasang di kapal saat berlayar untuk mengetahui arah, jenis dan ukuran kapal. Lampu navigasi tidak berfungsi secara langsung terhadap operasi penangkapan, tetapi keberadaannya sangat penting untuk menunjukkan status kapal terutama berkaitan dengan faktor keselamatan. Hal ini disebabkan lampu navigasi digunakan sebagai alat komunikasi antar kapal atau antara kapal dengan pihak pelabuhan. Lampu navigasi pada KM. Karunia Illahi 7 berupa lampu LED yang berjumlah 2 buah (masing-masing 24 Watt), yaitu lampu berwarna hijau yang dipasang di sisi kanan atas dek sebelah depan, dan lampu berwarna merah yang dipasang di sisi kiri atas dek sebelah depan.

b.     Kompas

Kompas merupakan alat navigasi dasar yang digunakan untuk menentukan arah mata angin atau arah pelayaran pada kapal. Pada pelayaran yang dilakukan saat Praktek Kerja Magang, kompas disimpan oleh nakhoda kapal pada tempat penyimpanan di dalam dek dengan dibalut kain untuk mencegah pengaruh medan magnet. Nakhoda kapal menyebutkan bahwa kompas akan digunakan apabila alat Global Positioning System (GPS) mengalami gangguan, kerusakan, atau mati sehingga tidak bisa digunakan. Menurut nakhoda kapal, kompas selalu digunakan pada pelayaran di masa dahulu sebelum GPS digunakan secara umum oleh para nelayan.
Pelayaran dengan menggunakan kompas dinilai sulit dan beresiko tinggi. Sebab nelayan hanya berpatokan pada titik pemberangkatan, titik operasi penangkapan (fishing ground), dan titik pendaratan ikan. Pada saat nelayan masih menggunakan kompas sebagai satu-satunya alat navigasi utama, lokasi penangkapan (fishing ground) adalah berupa rumpon yang telah dipasang sebelumnya. Sehingga nakhoda harus pandai menentukan arah pelayaran hanya berdasarkan informasi lokasi rumpon tersebut, titik pemberangkatan dan titik pendaratan, kondisi perairan terutama arah arus dan arah angin, serta pengalaman nakhoda itu sendiri.

c.      Global Positioning System (GPS)

Global Positioning System (GPS) merupakan sebuah sistem untuk menentukan posisi suatu obyek atau tempat di permukaan bumi dengan bantuan satelit. Alat yang dipasang di kapal termasuk ke dalam segmen penerima atau receiver yang berfungsi menerima dan memproses data dari satelit untuk menghasilkan informasi yang diperlukan pengguna. Receiver pada KM. Karunia Illahi 7 adalah tipe GARMIN GPS 128i dengan dimensi 13,4 × 12,5 × 6,1 cm, berat 454 gram, lebar layar 10,8 cm (diagonal), dapat bekerja pada rentang temperatur -15°C – 70°C. Sumber tenaga yang digunakan adalah 10 – 40 vDC dengan pemakaian tenaga 2 watt maksimum pada 10 vDC.
Untuk menjaga GPS agar berfungsi secara optimal dan bisa digunakan dalam jangka waktu yang lama, GPS pada KM. Karunia Illahi 7 disimpan pada kotak kayu yang diletakkan di depan kemudi. Penempatan tersebut diterapkan untuk mempermudah juru mudi dalam mengemudikan kapal maupun mengoperasikan GPS. Apabila GPS tidak berfungsi, rusak, ataupun mati maka kompas akan dipergunakan kembali sebagai penunjuk arah pelayaran. GPS pada KM. Karunia Illahi 7 juga dilengkapi dengan sebuah antena yang dipasang di atas dek kapal, berdampingan dengan antena radio. Penempatan GPS dan antena GPS pada KM. Karunia Illahi 7 dapat dilihat pada gambar 2.

d.     Fishfinder

Fishfinder merupakan alat bantu dalam operasi penangkapan ikan yang bekerja dengan metode akustik (melepaskan gelombang suara dan menerima kembali gelombang yang dipantulkan). Pada kapal perikanan, fishfinder digunakan untuk mengetahui posisi gerombolan ikan dan kondisi di bawah permukaan perairan. Fishfinder dilengkapi dengan transducer sebagai penghasil dan penerima gelombang suara. Fishfinder yang digunakan pada KM. Karunia Illahi 7 adalah GARMIN FISHFINDER 350C yang memiliki ukuran 15,2 × 15,0 × 4,6 cm, dengan berat 499 gram, lebar layar 12,7 cm (diagonal). Frekuensi yang digunakan adalah 200/77 kHz dengan sumber tenaga: 10 – 28 V. Bekerja pada kedalaman maksimum 457,2 m di air tawar dan 182,9 m di air laut (tergantung jenis dasar dan kondisi perairan lainnya) dengan sudut gelombang: 60° atau 120° (dual beam).
Fishfinder pada KM. Karunia Illahi 7 tidak dipergunakan secara maksimal, yaitu hanya untuk mengetahui kondisi dasar perairan setelah kapal tiba di lokasi penangkapan. Informasi tersebut digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk memutuskan lokasi penangkapan yaitu apabila dasar perairan diketahui terdapat bangkai kapal atau karang maka lokasi akan dipindah. Fishfinder tidak digunakan untuk mencari gerombolan ikan karena menurut nakhoda kapal beberapa benda asing seperti sampah plastik dapat terdeteksi sebagai ikan. Fishfinder diletakkan di samping kiri kemudi secara terbuka tanpa ada pelindung. Sedangkan transducer dipasang pada tongkat di bagian buritan. Sebelum fishfinder dinyalakan, tongkat yang dipasangi transducer akan diturunkan dengan posisi sedemikian rupa hingga transducer berada di bawah air dengan posisi tegak lurus. Sedangkan sesudah fishfinder dimatikan, tongkat transducer akan diangkat dan dipasang mendatar.

e.      Radio SSB

Radio SSB merupakan radio komunikasi dua arah yang digunakan nelayan di atas kapal untuk saling berkomunikasi baik antar kapal maupun antara kapal dengan pihak pelabuhan. Nelayan menyebutkan radio SSB sebagai radio orari. Radio SSB yang digunakan pada KM. Karunia Illahi 7 adalah Icom IC-M78 yang memiliki ukuran dimensi 24,0 × 9,5 × 23,9 cm dengan berat 3,8 kg dan bekerja dengan sumber tenaga 12 VDC pada 20 A. Radio ini bekerja pada frekuensi 30 kHz – 30 MHz (penerima) dan 1,6 – 30 MHz (pemancar) dan dilengkapi dengan hand mic HM-36.
Gambar 8. Radio SSB dan Tempat Penyimpanannya. (Dokumentasi PKM, 2015).
Radio pada KM. Karunia Illahi 7 pada dasarnya tidak digunakan pada kegiatan navigasi secara langsung, tetapi memiliki fungsi yang sangat penting yaitu untuk mencari dan berbagi informasi mengenai lokasi fisihing ground yang menghasilkan tangkapan terbanyak. Hal ini disebabkan nelayan mini purse seine di Kabupaten Rembang tidak memiliki informasi lokasi tangkapan terbaik yang pasti.
Selain untuk berbagi informasi lokasi tangkapan, radio juga digunakan untuk berbagi informasi kondisi keselamatan kapal dan ABK, seperti kerusakan kapal ataupun ABK yang sakit. Adapun penyimpanan radio agar tidak rusak dan bisa digunakan secara optimal maka radio ditempatkan pada kotak kayu yang dipasang di atas kemudi dan diusahakan agar terhindar dari air.

4.     Macam-macam Kegiatan Navigasi

a.      Menentukan arah gerak kapal

Menentukan arah gerak kapal merupakan kegiatan utama dalam setiap pelayaran kapal berupa penentuan lokasi yang akan dituju, pemilihan jalur pelayaran dan pengarahan kapal melalui jalur yang dipilih tersebut. Pada KM. Karunia Illahi 7, penentuan lokasi tujuan dilakukan dengan menggunakan GPS. Informasi mengenai lokasi tujuan yang berupa titik koordinat tersebut selanjutnya dijadikan bahan pertimbangan bagi nakhoda untuk menentukan jalur pelayaran dan arah pergerakan kapal. Saat Praktek Kerja Magang dilaksanakan, pergerakan dan perpindahan lokasi pada KM. Karunia Illahi 7 dari tempat pemberangkatan hingga tempat pendaratan adalah:
1)     Minggu, 02 Agustus 2015
·  Pukul 10:40 WIB kapal bertolak dari Dermaga Bonang di titik 6° 39,377’ LS dan 111° 28,012’ BT.
2)     Senin, 03 Agustus 2015
·  Pukul 14:40 WIB kapal tiba di Fishing Ground 1 yaitu pada titik 4° 42,679’ LS dan 112° 57,554’ BT
3)     Selasa, 04 Agustus 2015
·  Pukul 04:30 – 06:00 WIB operasi penangkapan dilakukan dan diperoleh hasil tangkapan ± ¼ palka.
·  Pukul 14:50 WIB kapal pindah ke lokasi Fishing Ground 2 yaitu pada titik 4° 43,453’ LS dan 112° 37,451’ BT.
·  Pukul 18:05 WIB kapal tiba di lokasi Fishing Ground 2.
4)     Rabu, 05 Agustus 2015
·  Pukul 04:00 – 05:30 WIB operasi penangkapan dilakukan dan diperoleh hasil tangkapan ± ¾ palka.
·  Pukul 06:10 kapal pindah ke lokasi Fishing Ground 3 yaitu pada titik 4° 42,688’ LS dan 112° 21,702’ BT.
·  Pukul 09:20 kapal tiba di lokasi Fishing Ground 3.
5)     Kamis, 06 Agustus 2015
·  Pukul 04:15 – 05:30 WIB operasi penangkapan dilakukan dan diperoleh hasil tangkapan sebanyak ± 2,5 palka.
·  Pukul 05:30 WIB kapal bergeser ke lokasi Fishing Ground 4 yaitu pada titik 4° 42,882’ LS dan 112° 20,437’ BT.
·  Pukul 10:00 WIB kapal tiba di lokasi Fishing Ground 4.
6)     Jumat, 07 Agustus 2015
·  Pukul 04:15 – 05:40 WIB operasi penangkapan dilakukan dan diperoleh hasil tangkapan ± 1 palka.
·  Pukul 06:00 WIB kapal diarahkan kembali ke pelabuhan yaitu pada titik 6° 41,805’ LS dan 111° 20,302’ BT.
7)     Sabtu, 08 Agustus 2015
·       Pukul 02:15 WIB kapal tiba di PPP Tasik Agung, Rembang.
Dalam upaya pengarahan kapal tersebut, nakhoda atau juru mudi memiliki teknik tersendiri untuk menentukan arah gerak kapal berdasarkan pengalaman yang dimiliki dengan mempertimbangkan kondisi perairan. Sebagai contoh, secara sederhana apabila titik yang akan dituju berada pada arah Timur Laut sedangkan arus laut dan angin dari arah Timur maka kapal akan diarahkan ke Timur Timur Laut.

b.     Mengoperasikan GPS

GPS digunakan pada sebagian besar kegiatan navigasi di kapal sehingga memiliki fungsi yang sangat penting, karena menjadi pengganti kompas sebagai alat navigasi utama. Pengoperasian GPS yang berkaitan dengan kegiatan navigasi adalah mengarahkan kapal menuju titik yang sudah ditandai (waypoint), mengetahui atau memastikan koordinat posisi kapal, dan menandai atau menyimpan data titik koordinat suatu posisi.
Pengoperasian GPS untuk penentuan arah gerak dilakukan pada setiap pergerakan kapal. Sebagian besar lokasi yang dituju KM. Karunia Illahi 7 merupakan lokasi yang pernah dikunjungi kapal sehingga informasi titik koordinatnya sudah tersimpan di GPS. Cara pengoperasian GPS untuk mengarahkan kapal menuju titik yang tersimpan (waypoint) adalah:
1)     Tekan tombol bergambar lampu untuk menyalakan GPS lalu tekan tombol GOTO pada GPS.
2)     Halaman GOTO Waypoint akan muncul menunjukkan semua titik (waypoint) yang tersimpan dengan berurutan sesuai alfabet.
3)     Tekan tombol arah atas atau bawah untuk memilih waypoint yang diinginkan.
4)     Tekan tombol ENTER untuk mengkonfirmasi pilihan.
5)     Tekan tombol PAGE untuk menampilkan halaman Graphic Highway lalu tekan tombol ENTER lagi sebanyak dua kali untuk masuk ke tampilan kompas.
Pengoperasian GPS untuk mengetahui atau memastikan posisi kapal dilaksanakan sesudah kapal tiba di lokasi tujuan. Kegiatan ini dilakukan oleh juru mudi dengan mengubah tampilan GPS dari tampilan kompas menjadi tampilan Position Page. Cara mengubah tampilan GPS tersebut adalah:
1)     Dari tampilan kompas, tekan tombol ENTER sebanyak dua kali hingga muncul tampilan Graphic Highway.
2)     Tekan tombol QUIT, akan muncul tampilan peta (Map), lalu tekan tombol QUIT lagi sehingga akan muncul tampilan Position Page.
Apabila sebuah lokasi baru yang belum pernah dikunjungi sebelumnya menjadi lokasi tujuan kapal, maka juru mudi akan menggunakan waypoint (titik yang tersimpan) yang terdekat dengan lokasi tujuan sebagai titik panduan. Selanjutnya, informasi titik koordinat lokasi tersebut disimpan atau di tandai pada GPS. Cara menandai posisi pada GPS adalah:
1)     Pada kondisi GPS menyala, tekan tombol MARK.
2)     Tekan tombol arah bawah untuk berpindah dari bagian ‘SAVE?’ menuju ke bagian penamaan.
3)     Tekan ENTER untuk menghapus nama waypoint bawaan.
4)     Tekan dan tahan tombol arah atas untuk memilih huruf alfabet sebagai nama waypoint yang diinginkan. Tekan tombol arah ke samping untuk berpindah posisi karakter.
5)     Tekan ENTER untuk mengakhiri proses memasukkan nama waypoint.
6)     Data titik koordinat posisi akan tersimpan dengan nama sesuai yang dimasukkan.

c.      Berkomunikasi dengan nelayan lain

Kegiatan berkomunikasi dengan nelayan lain dilakukan oleh juru mudi sesudah operasi penangkapan selesai dengan menggunakan radio SSB. Tujuan dari komunikasi tersebut adalah untuk berbagi dan mencari informasi mengenai lokasi yang menghasilkan banyak ikan tangkapan. Sesudah informasi lokasi tangkapan diperoleh, selanjutnya kapal diarahkan menuju titik tersebut.

d.     Mengoperasikan fishfinder

Ketika kapal tiba pertama kali di Fishing Ground, juru mudi akan menyalakan fishfinder untuk mengetahui kondisi perairan. Tongkat transducer pada buritan diturunkan dan diposisikan secara tegak lurus sehingga transducer berada di bawah air kemudian dipasang pasak agar posisinya tidak berubah-ubah. Fishfinder akan dinyalakan hingga operasi penangkapan selesai dilakukan. Fishfinder ini hanya digunakan untuk mengetahui kondisi perairan seperti kedalaman dan kontur dasar. Informasi tersebut selanjutnya menjadi bahan pertimbangan bagi nakhoda untuk memutuskan lokasi penangkapan yaitu apabila dasar perairan diketahui terdapat bangkai kapal atau karang maka lokasi akan dipindah.

5.     Rangkaian Kegiatan Navigasi

Rangkaian kegiatan navigasi pada KM. Karunia Illahi 7 dilaksanakan mulai dari persiapan di tempat pemberangkatan hingga pembongkaran hasil tangkapan di tempat pendaratan.

a)     Persiapan dan perbekalan

Sebelum kapal berlayar untuk melakukan operasi penangkapan, nelayan mini purse seine akan melakukan persiapan baik administrasi maupun fisik. Persiapan administrasi yang dilakukan adalah pengurusan Surat Persetujuan Berlayar (SPB) ke kantor pelabuhan. Sedangkan persiapan secara fisik dilakukan dengan menyiapkan perbekalan kapal. Kedua persiapan tersebut dilakukan sehari sebelum pemberangkatan. Adapun persiapan perbekalan yang dilakukan adalah mengangkut es, bahan bakar solar, dan air ke atas kapal. Untuk pelayaran KM. Karunia Illahi 7 pada 02 – 08 Agustus 2015, perbekalan yang disiapkan adalah es sebanyak 150 balok, bahan bakar solar sebanyak 50 jerigen kapasitas 30 liter, air tawar satu palka, dan air minum sebanyak 7 galon.
Persiapan di ruang kemudi untuk keperluan navigasi hanya sebatas pemeriksaan pada alat-alat navigasi. Sedangkan penentuan fishing ground yang akan dituju dilakukan oleh nakhoda kapal atau orang kepercayaannya dengan cara berkomunikasi atau mencari informasi kepada nakhoda atau nelayan lainnya.

b)    Pemberangkatan dan pengarahan kapal

Pada saat Praktek Kerja Magang, KM. Karunia Illahi 7 berangkat melaut pada Minggu, 02 Agustus 2015. Persiapan akhir dilakukan sejak pukul 08:00 WIB hingga kapal bertolak dari pantai pada pukul 10:20 WIB. Titik pemberangkatan kapal adalah di Dermaga Bonang. Kegiatan navigasi yang dilakukan pada saat pemberangkatan dan pengarahan kapal adalah mengoperasikan GPS untuk mengarahkan kapal menuju lokasi tujuan (waypoint) dengan memilih daftar lokasi yang tersimpan kemudian tampilan GPS diubah ke tampilan kompas. Lokasi yang akan dituju untuk operasi penangkapan pertama adalah lokasi yang menghasilkan ikan tangkapan terbanyak saat operasi penangkapan sebelumnya dilakukan.

c)     Kegiatan operasi penangkapan

Begitu kapal tiba di lokasi, operasi penangkapan tidak langsung dilakukan. ABK akan melakukan beberapa persiapan terlebih dahulu, seperti penurunan rumpon (atraktan) ke dalam perairan, pemeriksaan kondisi dan instalansi listrik pada lampu atractor (lampu bangkrak), pemeriksaan posisi kapal dan kondisi perairan. Kegiatan operasi penangkapan itu sendiri akan dilaksanakan saat fajar sekitar pukul 04:00 hingga pukul 06:00 dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1)     Lampu kapal dimatikan secara berurutan mulai dari bagian depan, hanya lampu navigasi dan lampu belakang yang dinyalakan.
2)     Lampu atractor (lampu bangkrak) diturunkan dengan bantuan power block dan kapstan, diikuti 2 orang yang akan menjaga lampu dan rumpon (pecilen).
3)     Tali rumpon dilepaskan, sementara itu kapal menyusuri sambil mengangkat tali jangkar utama. Mesin kapal dinyalakan.
4)     Rumpon ditalikan pada tali ris atas oleh pecilen sehingga ketika dilakukan penarikan jaring, rumpon juga ikut tertarik.
5)     Setelah jangkar diangkat, kapal bergerak mendekati lampu dengan membentuk gerakan melingkar. Pada radius ± 10 m jaring diturunkan dengan pelampung terlebih dahulu (setting).
6)     Selanjutnya kapal bergerak melingkari lampu (surrounding) dengan kecepatan 4 – 7 knot hingga terlihat pelampung tanda. Jika sudah terlihat, mesin dimatikan dan begitu sampai, pelampung segera diangkat ke atas kapal.
7)     Sementara itu tali ris bawah dan tali kolor ditarik (pursing) dengan bantuan power block dan kapstan hingga jaring hampir membentuk lingkaran di samping kiri kapal.
8)     Selanjutnya jaring ditarik dengan tenaga manusia (hauling), begitu juga dengan tali ris atas. Sementara itu, pecilen naik ke kapal.
9)     Setelah jaring membentuk setengah lingkaran kecil di samping kiri kapal, tali ris atas ditalikan pada tali bantu untuk mempermudah dalam pengambilan ikan dengan serok maupun pengangkatan jaring beserta ikan hasil tangkapan.
10)  Serok tersebut dipergunakan untuk mengambil ikan dari dalam jaring apabila hasil tangkapan dalam jaring terlalu banyak sehingga tidak memungkinkan untuk mengangkat hasil tangkapan secara langsung.
11)  Selanjutnya ikan dimasukkan ke dalam palka bersama dengan pecahan es. Sementara ikan dimasukkan ke dalam palka, lampu atractor (lampu bangkrak) ditarik ke atas kapal.
Sesudah operasi penangkapan dilakukan, jaring akan dibersihkan dari sisa-sisa ikan yang tersangkut dengan cara dibentangkan dan dikibas-kibaskan di atas geladak kapal. Selain itu jaring juga disulam, diperbaiki, atau disambung oleh ABK ketika tidak dilakukan operasi penangkapan, yaitu pada siang atau sore hari. Jaring juga akan disimpan di atas geladak sisi kiri kapal saat tidak digunakan.
Adapun kegiatan navigasi yang dilakukan pada saat rangkaian operasi penangkapan adalah pengoperasian GPS untuk mengetahui posisi kapal, pengoperasian fishfinder untuk mengetahui kondisi perairan. Sesudah operasi penangkapan selesai, dilakukan pengoperasian radio SSB untuk berkomunikasi dengan nelayan lain, dan pengarahan kapal untuk berpindah lokasi penangkapan. Rangkaian kegiatan navigasi tersebut dilakukan kembali setiap kali kapal tiba di lokasi penangkapan (fishing ground) yang lain. Apabila lokasi penangkapan merupakan lokasi yang baru didatangi kapal, maka juru mudi menyimpan informasi titik koordinat lokasi tersebut pada GPS. Pengoperasian GPS untuk mengetahui atau memastikan posisi kapal dilakukan mengubah tampilan GPS dari tampilan kompas menjadi tampilan Position Page.

d)    Pengarahan kapal kembali ke pelabuhan dan pembongkaran

Pada hari terakhir beroperasi, begitu kegiatan penangkapan selesai nakhoda kapal akan langsung mengarahkan kapal menuju lokasi pendaratan. Saat Praktek Kerja Magang dilaksanakan, KM. Karunia Illahi 7 kembali ke pelabuhan pada hari Jumat, 07 Agustus 2015 pukul 06:00 WIB. Kapal diarahkan menuju titik pendaratan di PPP Rembang. Telah diketahui bahwa PPP Rembang dari posisi Fishing Ground 4 berada pada arah Barat Daya, karena adanya arus dan angin dari arah Timur, nakhoda kapal mengarahkan kapal pada Selatan Barat Daya. Kapal tiba di pelabuhan hari Sabtu, 08 Agustus 2015 pukul 02:15 WIB. Begitu kapal tiba di pelabuhan, nakhoda kapal akan menentukan tempat bersandar kapal dan memerintahkan juru mudi untuk mengarahkan kapal ke tempat tersebut. Proses bersandar dan menambatkan kapal selesai pada pukul 03:00 WIB.
Sementara proses bersandar dan menambatkan kapal dilaksanakan, nakhoda berkomunikasi dengan perwakilan di darat untuk memperoleh nomor antrian lelang. Sesudah nomor antrian diperoleh selanjutnya dilakukan pembongkaran ikan hasil tangkapan oleh ABK untuk ditempatkan ke dalam basket. Kemudian basket akan diangkut ke TPI Tasik Agung 1 untuk dilakukan proses lelang. Kegiatan pembongkaran dan pelelangan selesai pada pukul 10:30 WIB.

6.     Hasil Tangkapan

Hasil tangkapan yang diperoleh KM. Karunia Illahi 7 pada saat Praktek Kerja Magang adalah sebanyak ± 190 basket masing-masing basket memiliki kapasitas 45 kg, sehingga total tangkapan adalah ± 8.550 kg (8,5 ton). Jenis ikan yang tertangkap antara lain Layang (Decapterus sp.) yang merupakan ikan tangkapan utama, serta Selar (Selaroides leptolepis), Tongkol (Auxis sp.), Tenggiri (Scomberomous lineatus), Layur (Trichiurus lepturus), dan Cumi-cumi (Loligo sp) sebagai ikan tangkapan sampingan (by-catch).
Setelah diperoleh hasil pelelangan, maka dilakukan pembagian hasil. Saat kegiatan Praktek Kerja Magang dilaksanakan, ABK pada KM. Karunia Illahi 7 berjumlah 23 orang (tidak termasuk mahasiswa magang). Dari hasil pelelangan ikan diperoleh penghasilan kotor sebesar Rp 43.000.000, sedangkan biaya perbekalan kapal adalah sebesar Rp 16.000.000. Sehingga pembagian penghasilan pada KM. Karunia Illahi 7 adalah:
1.     Penghasilan Bersih
= (Rp 43.000.000 – Rp 16.000.000)/2
= Rp 27.000.000/2
= Rp 13.500.000
2.     Penghasilan ABK
= Rp 13.500.000/(9+23)
= Rp 13.500.000/32
= Rp 421.875
Jadi penghasilan yang diperoleh masing-masing ABK kurang lebih adalah sebesar Rp 421.875.
Nilai 2 digunakan sebagai ketetapan pembagian penghasilan yang memiliki arti satu bagian untuk juragan kapal dan satu bagian untuk keseluruhan ABK. Sedangkan nilai 9 merupakan bagian untuk ABK yang bekerja lebih, seperti juru mudi, juru mesin, juru masak, dan pecilen.

7.          Masalah yang Dihadapi

Beberapa permasalah mengenai sistem navigasi yang ditemui ketika Praktek Kerja Magang dilaksanakan di antaranya adalah tidak dimilikinya informasi yang pasti mengenai lokasi tangkapan terbaik yang perairannya aman dan menghasilkan banyak ikan.  Sehingga nelayan Kabupaten Rembang harus mencari sendiri informasi tersebut kepada sesama nelayan.  Menurut petugas pelabuhan, pemerintah daerah setempat memang tidak memberikan informasi mengenai titik-titik lokasi tangkapan yang terbaik.  Selain itu, dari sisi nelayan sendiri tidak dilakukan pembuatan laporan atau pencatatan kegiatan (log book) terhadap operasi penangkapan yang telah dilaksanakan.  Sehingga pelabuhan tidak memiliki data yang detail mengenai kegiatan operasi penangkapan yang dilakukan oleh nelayan saat melaut, terutama data mengenai titik-titik koordinat operasi penangkapan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan kegiatan Praktek Kerja Magang Sistem Navigasi Kapal Mini Purse Seine di Pelabuhan Perikanan Pantai Tasik Agung, Rembang dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.     Peralatan navigasi yang digunakan pada kapal mini purse seine antara lain lampu navigasi, kompas, receiver GPS, fishfinder, dan radio SSB.
2.     Kegiatan navigasi yang dilaksanakan di kapal mini purse seine antara lain adalah:
a.      Penentuan arah gerak kapal yang dilaksanakan dengan menentukan lokasi yang akan dituju, memilih jalur pelayaran, dan mengarahkan kapal melalui jalur yang dipilih tersebut.
b.     Pengoperasian GPS untuk mengarahkan kapal menuju titik yang sudah ditandai (waypoint), mengetahui atau memastikan koordinat posisi kapal, dan menandai atau menyimpan titik koordinat suatu posisi.
c.      Pelaksanaan komunikasi dengan nelayan lain dengan menggunakan radio SSB untuk berbagi dan mencari informasi mengenai lokasi tangkapan terbaik.
d.     Pengoperasian fishfinder yang dilakukan oleh juru mudi ketika kapal tiba pertama kali di Fishing Ground untuk mengetahui kondisi perairan.
3.     Rangkaian kegiatan navigasi pada kapal mini purse seine adalah:
a.      Saat persiapan dan perbekalan, dilakukan pemeriksaan kondisi alat-alat navigasi dan mencari informasi mengenai lokasi terbaik dengan nelayan yang lain.
b.     Saat pemberangkatan, dilakukan pengoperasian GPS untuk megarahkan kapal menuju lokasi penangkapan atau titik yang tersimpan (waypoint).
c.      Saat kegiatan operasi penangkapan, dilakukan pengoperasian GPS untuk mengetahui posisi kapal, mengarahkan kapal untuk berpindah lokasi fishing ground dan menyimpan titik koordinat lokasi penangkapan (waypoint) yang baru, serta dilakukan komunikasi dengan nelayan lain menggunakan radio SSB.
d.     Saat pengarahan kapal kembali ke pelabuhan, dilakukan pengoperasian GPS untuk menentukan arah pelayaran kapal. Begitu kapal tiba di pelabuhan, dilakukan penentuan lokasi untuk menambatkan kapal sambil menunggu antrian lelang.
4.     Hasil tangkapan yang diperoleh dari operasi alat tangkap mini purse seine didominasi oleh ikan Layang (Decapterus sp.) Selain itu juga diperole ikan Selar (Selaroides leptolepis)h ikan Tongkol (Auxis sp.), Tengiri (Scomberomous lineatus), Layur (Trichiurus lepturus), dan Cumi-cumi (Loligo sp.) sebagai tangkapan by-catch.

Saran

Berdasarkan masalah yang dihadapi saat Praktek Kerja Magang yang dilaksanakan, dapat disarankan bahwa sebaiknya nelayan mulai melakukan pencatatan log book operasi penangkapan yang selanjutnya bisa dilaporkan ke pihak pelabuhan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan. Sebaliknya, instansi pelabuhan juga melakukan pelatihan pencatatan log book kepada nelayan. Selain itu, instansi pelabuhan sebaiknya menyediakan informasi kepada nelayan mengenai titik-titik yang diprediksi dapat menghasilkan ikan yang banyak.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Bapak Sopyan beserta keluarga serta seluruh kru KM. Karunia Ilahi 7 kepada Bapak Sukoco, A.Pi dan Mas Anang W.A, S.St.Pi serta seluruh pegawai kantor PPP Tasik Agung, Rembang atas segala bantuan dan kerja sama yang diberikan selama Praktek Kerja Magang dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Navigasi Modul 1. http://psp.fpik.ipb.ac.id/en/practicum-material/file/140-navigasi-modul-i. Diunduh tanggal 23 Mei 2015.
Bayyinah, A.A., Ismail, dan T.D. Hapsari. 2014. Analisis Finansial Usaha Perikanan Tangkap Cantrang 30 GT di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tasik Agung, Rembang. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology, 3(3): 218-227.
Garmin. 1998. GPS 126/128 Marine Navigator: Owner’s Manual & Reference. Garmin International, Inc. Olathe, KS USA. 67 pp.
Nugraha, A., B.A. Wibowo, dan Asriyanto. 2014. Analisis Finansial Usaha Perikanan Tangkap Mini Purse Seine di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tasik Agung Kabupaten Rembang. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology, 3(4): 56-65.
PPP Tasik Agung Rembang. 2015. Laporan Tahunan PPP Tasik Agung, Rembang Tahun 2014. Rembang.
Wahab, Riva’atul Adaniah. 2012. Penggunaan Alat dan Perangkat Telekomunikasi dalam Sistem Navigasi dan Komunikasi Aktivitas Perikanan di Pelabuhan Perikanan Bitung. Buletin Pos dan Telekomunikasi, 12(4): 279-290.


[1] Student of Fisheries and Marine Resources Utilization Departemen, Fisheries and Marine Science Faculty, Brawijaya University. Contact: kang.umar93@gmail.com
[2] Lecturer of Fisheries and Marine Resources Utilization Departemen, Fisheries and Marine Science Faculty, Brawijaya University, Advisor