Sabtu, 03 Mei 2014

Laporan Praktikum Metode Penangkapan Ikan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Dalam upaya pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan secara optimal dan berkelanjutan di seluruh Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP-NRI), maka pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan, telah menerbitkan aturan tentang pengelompokan/pengklasifikasian alat tangkap ikan yang dapat digunakan oleh pelaku utama dan pelaku usaha bidang penangkapan ikan. Pengelompokan/pengklasifikasian alat penangkapan ikan tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor : KEP.06/MEN/2010 tentang Alat Penangkap Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP-NRI), dan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor : PER.02/MEN/2011 tentang Jalur Penangkapan Ikan, Penempatan Alat Penangkapan Ikan dan Alat Bantu Penangkapan Ikan di WPP-NRI (Pranoto, 2012).
Ada sembilan jenis peralatan dalam sensus, antara lain: purse seine, jaring insang, pukat, spear gun, jaring pukat, jaring angkat, hook (troll line, handline dan long line) dan peralatan pencengkeram. Di antara peralatan tersebut, pancing mendominasi pada kedua pantai barat dan timur. Peralatan kedua yang paling umum adalah jaring insang, di pantai barat dan pantai timur. Alat tangkap utama ketiga pada kedua pantai adalah jaring angkat, yang terdapat perbedaan besar pada kedua pantai. Pantai barat memiliki jumlah yang lebih sedikit dibanding pantai timur. Selain itu, purse seine relatif lebih umum di pantai timur dan tersebar hingga ke pantai barat. Trawl relatif merata, meskipun mereka lebih umum di pantai timur dibandingkan dengan pantai barat (David Lymer, 2009).
Volume produksi payang pada tahun 2010 menurun 23,42% dari tahun 2006. Hal ini diduga akibat dari terjadinya overfishing di Perairan Teluk Pelabuhan Ratu bagian dalam. Satu upaya untuk mengurangi tekanan eksploitasi sumberdaya ikan di dalam teluk adalah dengan mengalihkan daerah penangkapan ikan ke luar teluk. Unit penangkapan payang belum dapat beroperasi di perairan luar teluk. Oleh karena itu, perlu diadakan penggantian payang dengan unit penangkapan lain yang dapat beroperasi di luar teluk (Wulan, 2011).
1.2  MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dari pelaksanaan praktikum ini adalah untuk mengetahui jenis jenis alat tangkap ikan terutama yang biasa dipergunakan di PPN Prigi Trenggalek, Jawa Timur. Selain itu praktikan dapat melihat lokasi serta mengetahui kondisi pelabuhan secara langsung dan juga dapat bertukakar fikiran secara langsung dengan nelayan sekitar sehingga banyak ilmu yang dapat dipelajari dalam bidang penangkapan ikan.
Tujuan dari palaksanaan ini adalah agar praktikan dapat mengetahui secara langsung penggunaan  jenis jenis alat tangkap yang benar dan baik. Serta mendapatkan data yang valid dari jenis alat tangkap yang dipelajari.
1.3  WAKTU DAN TEMPAT
Praktikum pertama Metode Penangkapan Ikan dilaksanakan sebanyak dua sesi, yakni praktikum ruang dan praktikum lapang. Praktikum ruang dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 6 April 2013 pada pukul 07:00 sampai pukul 12:00 WIB. Praktikum kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 7 april 2012 pada pukul 07:00 sampai pukul 12:00 WIB.
Sedangkan Praktikum Lapang Metode Penangkapan Ikan dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi, Desa Tasikmadu, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur pada tanggal 20 April 2013. Sedangkan Praktikum Kedua dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi, Desa Tasikmadu, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur pada tanggal 27 April 2013.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  ALAT TANGKAP PURSE SEINE
2.1.1   Klasifikasi Berdasarkan FAO
Menurut klasifikasi atau penggolongan alat penangkapan ikan dunia yang distandarisasi oleh Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (Food and Agriculture Organization/FAO), purse seine termasuk kelompok jaring lingkar (surrounding net). Jaring lingkar menurut FAO terdiri dari jaring (lingkar) yang bertali kerut dan jaring (lingkar) tanpa tali kerut. Purse Seine yang disingkat PS dimasukkan ke dalam kelompok jaring lingkar bertali kerut dengan kode 01.01.00, sedangkan Lampara yang disingkat LA dimasukkan ke dalam kelompok jaringlingkar tanpa tali kerut dengan kode 01.2.0. Sebuah tinjauan purse seine terbuat dari dinding panjang jaring dibingkai dengan float line dan lead line (biasanya, dengan panjang yang sama atau lebih panjang dari mantan) dan memiliki cincin tas gantung dari tepi bawah gigi, yang berjalan melalui garis tas yang terbat dari kawat baja atau tali yang memungkinkan mengerucutkan gawang. Untuk sebagian besar situasi, itu adalah peralatan yang paling efisien untuk menangkap sepsies pelagis besar dan kecil yang shoaling (Ayodyoa, 1981 dalam Hakim, 2012.
Penanganan peralatan purse seine kecil dapat dioperasikan sepenuhnya dengan tangan pada perikanan skala kecil. Dalam perikanan umum atau semi-industri, peralatan penanganan purse seine meliputi: penggulung, sebuah gulungan tali kantong, brailer dan power block, dan pada beberapa usaha, terdpata pula drum bersih. Purse seine dalam skala industri, peralatan dasar meliputi: kotak tenaga hidrolik, winch purse seine kuat, sejumlah derek, termasuk brailer atau pompa ikan, dan derek kecil, sebuah perahu "sampan" bantu dan kadang-kadang dibantu pula dengan sebuah helicopter pengamat. Purse seine dapat digunakan pada berbagai macam ukuran kapal, mulai dari perahu terbuka dan kano hingga kapal laut yang besar.
Purse seine dapat dioperasikan dengan satu atau dua kapal. Pada umumnya purse seine dioperasikan oleh sebuah perahu tunggal, kapal purse seine, dengan atau tanpa perahu tambahan. Hal pertama yang dilakukan adalah operasi pencarian ikan untuk mengetahui agregasi ikan, kemudian memeriksa (bila mungkin) spesies ikan dan ukuran mengevaluasi school dan catch ability-nya, sebelum mengelilingi area di sekitar school sebagai bagian utama dari operasi purse seine tersebut. Selanjutnya purse seine diseting sedemikian rupa di sekitar school ikan yang terdeteksi. Setelah itu, gerombolan ikan (school) dibatasi gerakannya dengan menarik tali kantong melalui cincin (mengerucutkan) hingga membentuk kantong. Instrumen Hydroacoustic, seperti sonars merupakan alat penting untuk menemukan agregasi ikan. Selain itu umumnya juga menggunakan tanda-tanda “alami” dari agregasi ikan (sering diamati dengan teropong) untuk memulai operasi penangkapan ikan, seperti bergerombolnya burung laut yang terbang di atas permukaan air dan kehadiran kelompok-kelompok lumba-lumba. Rumpon buatan dan ringan digunakan di beberapa perikanan berkonsentrasi spesies ikan pelagis. Target spesies dari semua ukuran mulai dari ikan sarden kecil hingga tuna yang besar (Skipjack tuna, Yellowfin tuna) (Wulan, 2011).
Pada umumnya alat tangkap purse seine digunakan di perairan pesisir dan laut dalam. Sumber agregat yang paling banyak adalah ikan pelagis, tapi ikan pada kedalaman hingga 300 m dapat menjadi target. Purse seine juga digunakan di daerah pedalaman (bila ada cukup ruang untuk pengoperasian jaring besar). Karena karakteristik yang dimilikinya, pada purse seine tidak terdapat dampak terhadap habitat di bawahnya (kecuali jika kedalaman air kurang dari ketinggian seine tersebut dan selama operasi penangkapan ikan tepi bawah gigi tidak menyeka bagian bawah laut). Dampak negatif utama adalah tertangkapnya lumba-lumba secara tidak sengaja di daerah penangkapan ikan tertentu.
Teknik khusus telah dikembangkan untuk mengurangi by catch lumba-lumba; panel Madinah dan operasi "pengembalian", yang memungkinkan lumba-lumba dapat melloloskan diri hidup-hidup. Ketika purse seine pelagis kecil digunakan dengan daya tarik cahaya, mungkin ada insidental catch/bycatch (termasuk ikan terlalu kecil, remaja atau spesies yang terancam punah). Praktek semakin digunakan dari mengelilingi benda mengambang, termasuk rumpon buatan untuk meningkatkan penangkapan berukuran kecil dan belum dewasa menggabungkan sekitar perangkat tersebut (Frezeries, 2009).
2.1.2 Klasifikasi Berdasarkan Kepmen 06/Men/2010
Keputusan menteri nomor 06/men/2010 menetapkan purse seine sebagai lat penangkapan ikan di Wilayah Pengelolaan Perikananan Negara Republik Indonesia yang menurut jenisnya termasuk dalam kelompok Jaring Lingkar (surrounding nets). Kelompok jenis alat penangkapan ikan jaring lingkar adalah kelompok alat penangkapan ikan berupa jaring berbentuk empat persegi panjang yang terdiri dari sayap, badan, dilengkapi pelampung, pemberat, tali ris atas, tali ris bawah dengan atau tanpa tali kerut/pengerut dan salah satu bagiannya berfungsi sebagai kantong pengoperasiannya melingkari gerombolan ikan pelagis (SNI 7277.3:2008) (Fadel, 2010).
Jaring lingkar mempunyai jenis, sebutan, singkatan pengkodean dan gambar yang bermacam-macam yaitu Jaring Lingkar bertali kerut (With purse lines/purse seine),PS,01.1.0  yang terdiri dari pukat cincin satu kapal (one boat operated purse seine),PSI,01.1.1, dan  pukat cincin dengan dua kapal (two boat operated purse seine),PS2,01.1.2; dan jenis jaring lingkar yang kedua yaitu Jaring Lingkar tanpa tali kerut (Without Purse seine /lampara),LA,01.2.0. Pengoperasian alat penangkapan ikan jaring lingkar dilakukan dengan cara melingkar gerombolan ikan yang menjadi sasaran tangkap untuk menghadang arah renang ikan sehingga terkurung di dalam lingkaran jaring. Pengoperasian dilakukan pada permukaan sampai dengan kolom perairan yang mempunyai kedalaman yang cukup (kedalaman jaring £0,75 kedalaman perairan), umumnya untuk menagkap ikan pelagis (Mukhtar, 2010)
Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor. PER.06/MEN/2008 Tentang Penggunaan Alat Penangkap Ikan Pukat Hela Di Perairan Kalimantan Timur Bagian Utara Pukat Hela adalah semua jenis alat penangkapan ikan berbentuk jaring berkantong, berbadan dan bersayap yang dilengkapi dengan pembuka jaring yang dioperasikan dengan cara ditarik/dihela menggunakan satu kapal yang bergerak sedangkan Kapal Pukat Hela adalah kapal penangkap ikan yang menggunakan alat penangkapan ikan pukat hela (Scoriago, 2012)
2.1.3 Spesifikasi Alat Tangkap
Menurut Frezeries (2009), prinsip menangkap ikan dengan purse seine ialah dengan melingkari suatu gerombolan ikan dengan jaring, setelah itu jaring pada bagian bawah dikerucutkan, dengan demikian ikan-ikan akan terkumpul di bagian kantong. Ikan yang menjadi tujuan penangkapan dari purse seine adalah ikan-ikan yang termasuk kedalam golongan pelagic shoaling species yang berarti ikan-ikan tersebut membentuk suatu shoal (gerombolan), berada dekat dengan permukaan air (sea surface). Metode pengoperasian purse seine secara rinci yaitu dimulai kapal berangkat menuju lokasi penangkapan. Ada dua metode untuk penangkapan, yaitu dengan mengejar gerombolan ikan atau dengan menggunakan alat bantu pengumpul ikan (rumpon, lampu dan lainnya). Setelah ikan terkumpul atau terkonsentrasi pada daerah tertentu maka nelayan mulai menurunkan jaring (setting), pertama dengan menurunkan ujung jaring dengan pelampung, kemudian secara perlahan melingkari gerombolan ikan yang tekonsentrasi sampai pada ujung jaring yang pertama. Setelah itu dilakukan tahap yang berikut adalah hauling atau penarikan jaring yaitu dengan menarik tali kolor, sehingga akhirnya ikan terkumpul pada kantong. Ikan tersebut lalu dinaikkan ke kapal dan kemudian disortir, lalu di simpan dalam palka.
Spesifikasi teknis alat tangkap purse seine terdiri dari:
1.      Tali iris atas                     : Tali PE (polyethylene) atau PP(polypropylene).
2.   Ukuran mata jaring     : Untuk menangkap ikan pelagis kecil sayap dan mesh size badan berukuran >50 mm dan kantong berukuran >25 mm.
3.      Tali ris bawah                  : Tali PE, PA atau bahan lain
4.      Tali kolor                        : Tali PE, PA atau bahan lain
5.      Pelampung                      : Plastik atau styrofoam
6.      Cincin                             : Terbuat dari besi tahan karat (stainlesssteel)
7.      Alat Bantu                  : Alat bantu untuk menarik dan mengangkat jaring yatu net drum, line hauler/kapstan, winch dan power block. Alat bantu  pengumpul ikan berupa rumpon atau lampu.
Jaring purse seine terdiri dari dua bagian utama, yaitu bagian sayap dan kantong. Bagian kantong berada ditengah diapit oleh bagian sayap pada kedua sisinya. Panjang jaring 400 – 700 meter, kedalaman 40 – 70 meter dan ukuran mata jaring kantong ¾ inchi. Bahan jaring adalah nylon multifilament dengan nomor benang dan mata jaring yang berbeda. Bagian kantong menggunakan nomor benang 210d/12 dengan ukuran mata jaring 19 mm, bagian sayap menggunakan nomor benang 210 d/9 dengan ukuran mata jaring 25,4 mm. Bagian badan sayap dan bagian bawah kantong menggunakan nomor benang 210 d/6 dengan ukuran mata jaring 25,4 mm.
Purse seine atau jaring lingkar adalah jenis jaring penangkap ikan berbentuk persegi panjang atau trapesium, dilengkapi dengan tali kolor yang dilewatkan melalui cincin yang diikatkan pada bagian bawah jaring (tali ris bawah), sehingga dengan menarik tali kolor bagian bawah jaring dapat dikuncupkan sehingga gerombolan ikan terkurung dalam jaring. Hasil tangkapan utama pukat cincin (purse seine) adalah jenis-jenis ikan yang hidup bergerombol di periran permukaan (pelagis) seperti pelagis kecil (kembung, selar, lemuru dan ikan lainnya) dan perairan pertengahan pelagis besar (cakalang, tuna, dan jenis ikan lainnya).
Purse seine merupakan alat tangkap utama dalam penangkapan ikan pelagis kecil di Indonesia. Alat tangkap ini menangkap ikan-ikan yang berada pada lapisan permukaan (surface layer). Alat tangkap ini dikategorikan surrounding net atau encircling net (alat tangkap yang dioperasikan dengan cara dilingkarkan). Purse seine merupakan alat tangkap yang paling banyak digunakan untuk menangkap ikan-ikan pelagis kecil di Laut Jawa. Alat tangkap purse seine tersebut digunakan oleh nelayan-nelayan di lokasi kajian, yaitu di Indramayu, Tegal, Pekalongan, Banyuwangi, dan Bali.
Mesin yang digunakan cukup bervariasi, dengan kekuatan mesin antara 20-360 HP, tergantung dari besarnya ukuran kapal dan wilayah operasi penangkapan.  Kapal purse seine yang dioperasikan di Indramayu merupakan kapal-kapal purse seine berukuran kecil (10-30 GT), dengan kekuatan mesin sebesar 20 HP. Operasi penangkapan dilakukan secara one day fishing. Kapal purse seine yang dioperasikan di Tegal merupakan kapal-kapal purse seine berukuran sedang (30-50 GT), dengan kekuatan mesin sebesar 120 HP. Operasi penangkapan dilakukan dengan jumlah hari trip antara 7 – 20 hari per trip. Kapal purse seine yang dioperasikan di Pekalongan merupakan kapal-kapal purse seine berukuran besar (30-50 GT dan 100-130 GT), dengan kekuatan mesin sebesar 120 - 360 HP. Operasi penangkapan dilakukan dengan jumlah hari, yaitu 10 – 40 hari per trip. Sedang Kapal purse seine yang dioperasikan di Juwana Pati merupakan kapal-kapal purse seine juga berukuran besar (30 – 50 GT dan 50 - 100 GT), dengan kekuatan mesin sebesar 300 - 360 HP. Operasi penangkapan dilakukan dengan jumlah hari 10 – 40 hari per trip.
Karakteristik kapal purse seine yang beroperasi di Tegal, Pekalongan dan Pati merupakan kapal-kapal sedang dan besar sesuai dengan ukuran GT (30 – 100 GT), sedangkan kapal kapal yang beroperasi di daerah Indramayu merupakan kapal-kapal purse seine berukuran kecil (<>one day fishing). Armada perikanan purse seine yang ada di Muncar dan Pengambengan umumnya dioperasikan oleh usaha perorangan, menggunakan kasko berbahan dasar kayu. Mesin yang digunakan rata-rata mempunyai kekuatan mesin sebesar 30 HP, tergantung dari besarnya ukuran kapal dan wilayah operasi penangkapan.
Kapal purse seine yang dioperasikan di Pengambengan merupakan kapal-kapal purse seine berukuran kecil (10-30 GT), dengan kekuatan mesin sebesar 20 HP. Operasi penangkapan dilakukan secara one day fishing. Kapal purse seine yang dioperasikan di Muncar merupakan kapal-kapal purse seine berukuran kecil (10-30 GT), dengan kekuatan mesin sebesar 30 HP. Operasi penangkapan dilakukan dengan jumlah hari trip 1 hari per trip atau one day fishing. Kapal-kapal di Pengambengan dan Muncar mempunyai bentuk yang hampir sama. Pembuatan kapal-kapal tersebut dibuat di Madura, Muncar, dan Banyuwangi. Kapal-kapal purse seine ini berbeda dari kapal-kapal purse seine di Jawa. Umumnya masyarakat menyebutnya sebagai kapal Madura (Frezeries, 2009).
Seperti juga pada alat penangkapan ikan lainnya ,maka satu unit purse seine terdiri dari jaring, kapal, dan alat bantu (roller, lampu, echosounder, dan sebagainya). Pada garis besarnya jaring purse seine terdiri dari kantong (bag, bunt), badan jaring, tepi jaring, pelampung, (float, cocrk), tali pelampung (cork line, float line), sayap (wing), pemberat (singker, lead), tali penarik (purse line), tali cincin (purse line),dan selvage (Sudirman,2004).
Bagian utama dari alat tangkap purse seine adalah sayap dan badan dengan ukuran mata jaring (mesh size) 1,5 inchi yang terbuat dari bahan sintetis polyamide 210 D/6. Pelampung utama yang dipergunakan terbuat dari bola plastik berdiameter 10,5 cm yang dipasang pada tali ris atas dengan jarak 15 cm setiap pelampung. Selain itu, juga terdapat pelampung tanda berupa light buoy. Pemberat yang digunakan berbentuk cincin dari timah hitam berdiameter 11,5 cm sebagai tempat lewatnya tali kolor (purseline) sewaktu penarikan jaring. Jarak setiap pemberat 20 cm.Tali temali yang dipergunakan dalam pengoperasian mini purse seine adalah tali pelampung, tali pemberat, tali kolor, tali ris atas dan bawah. Tali pelampung, tali pemberat dan tali ris terbuat dari bahan polyethilene No. 8, sedangkan tali kolor No. 18. Panjang tali kolor ini adalah 1,5 kali panjang mini purse seine (Mukhlis, 2012).
Menurut Sudirman dan Achmar Mallawa (2002), pada umumnya Pengoperasian alat tangkap purse seine dikenal dengan dua cara yaitu dengan mengejar gerombolan ikan dan dengan menggunakan alat bantu seperti cahaya, rumpon dan fish finder.
  1. Mengejar Gerombolan Ikan
Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengetahui letak gerombolan ikan dengan ciri-ciri adanya perubahan warna air laut, ikan melompat-lompat di dekat permukaan, adanya buih-buih di dekat permukaan air laut dan burung yang menukik dan menyambar-nyambar di permukaan. Kemudia dilakukan pelingkaran jaring dengan menghadang arah ikan berenang lalu penarikan tali kolor, penarikan tubuh jaring dan yang terakhir pengambilan hasil tangkap.
  1. Menggunakan Alat Bantu Cahaya
Penangkapan ikan dengan alat bantu cahaya biasa dilakukan pada malam hari. Pertama lampus dinyalakan, biasanya ada kapal atau perahu khusus yang membawa lampu. Jika hari mulai gelap maka lampu yang berada pada perahu lampu dinyalakan sambil melakukan labuh lingkar. Sekitar 4-5 jam lampu dinyalakan atau pada saat ikan sudah banyak yang bergerombol operasi pelingkaran siap dilakukan dan bersamaan dengan itu penarikan jangkar atau perahu lampu dilakukan.
  1. Menggunakan Alat Bantu Rumpon
Menggunakan rumpon tidak perlu mencari gerobolan ikan karena ikan diharapkan berkumpul disekitar rumpon. Pertama-tama dilepaskan tali rumpon dan diikatkan pelampung agar rumpon hanyut searah dengan arus permukaan air. Kemudian melihat arah dan kecepatan arus untuk mengetahui kecepatan dan arah rumpon yang telah dilepas tadi. Lalu melingkari gerombolan ikan yang berada idibawah rumpon dan yang terakhir menarik tali kolor dari jaring.
  1. Menggunakan Echosounder
Penangkapan dengan menggunakan alat bantu echosounder tidak jauh bereda dengan menggunakan alat bantu lainnya. Perbedaannya hanya terletak pada pencarian gerombolan ikannya. Dengan menggunakan echosounder, setiap saat dapat dimonitor ada tidaknya gerombolan ikan disuatu perairan dan pada kedalaman tertentu. Dan bahkan densitas dari gerobolan juga dapat diprediksi. Dengan begitu alat bantu ini dapat digunakan pada siang ataupun malam hari. Sedangkan untuk proses peangkapannya sama dengan mengejar gerombolan ikan.
2.1.4 Metode dan Teknik Pengoperasian Alat Tangkap
Pada umumnya dalam pengoperasian Purse seine dikenal dua cara yaitu (1) purse seine dioperasikan dengan mengejar  gerombolan ikan dan biasanya dilakukan pada siang hari; (2) menggunakan alat bantu penangkapan seperti rumpon,cahaya,fish finder,Hal ini dapat dilakukan  pada siang hari dan malam hari. Pertama-tama haruslah diketemukan gerombolan ikan terlebih dahulu. Ini dapat dilakukan berdasarkan pengalaman-pengalaman, seperti adanya perubahan warna permukaan air laut karena gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan air, ikan-ikan yang melompat di permukaan terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan berenang dekat permukaan. Buih-buih di permukaan laut akibat udara-udara yang dikeluarkan ikan, burung-burung yang menukik dan menyambar-nyambar permukaan laut dan sebagainya. Hal-hal tersebut diatas biasanya terjadi pada dini hari sebelum matahari keluar atau senja hari setelah matahari terbenam disaat-saat mana gerombolan ikan-ikan teraktif untuk naik ke permukaan laut. Tetapi dewasa ini dengan adanya berbagai alat bantu (fish finder, dll) waktu operasinya pun tidak lagi terbatas pada dini hari atau senja hari, siang haripun jika gerombolan ikan diketemukan segera jaring dipasang.
Pada operasi malam hari, mengumpulkan/menaikkan ikan ke permukaan laut dilakukan dengan menggunakan cahaya. Biasanya dengan fish finder bisa diketahui depth dari gerombolan ikan, juga besar dan densitasnya. Setelah posisi ini tertentu barulah lampu dinyalakan (ligth intesity) yang digunakan berbeda-beda tergantung pada besarnya kapal, kapasitas sumber cahaya. Juga pada sifat photoatxis-nya ikan yang menjadi tujuan penangkapan.
Setelah fishing shoal diketemukan perlu diketahui pula swimming direction, swimming speed, density; hal-hal ini perlu dipertimbangkan lalu diperhitungkan pula arah, kekuatan, kecepatan angin, dan arus, sesudah hal-hal diatas diperhitungkan barulah jaring dipasang. Penentuan keputusan ini harus dengan cepat, mengingat bahwa ikan yang menjadi tujuan terus dalam keadaan bergerak, baik oleh kehendaknya sendiri maupun akibat dari bunyi-bunyi kapal, jaring yang dijatuhkan dan lain sebagainya. Tidak boleh luput pula dari perhitungan ialah keadaan dasar perairan, dengan dugaan bahwa ikan-ikan yang terkepung berusaha melarikan diri mencari tempat aman (pada umumnya tempat dengan depth yang lebih besar) yang dengan demikian arah perentangan jaring harus pula menghadang ikan-ikan yang terkepung dalam keadaan kemungkinan ikan-ikan tersebut melarikan diri ke depth lebih dalam.
Dalam waktu melingkari gerombolan ikan, kapal dijalankan cepat dengan tujuan supaya gerombolan ikan segera terkepung. Setelah selesai mulailah purse seine ditarik yang dengan demikian bagian bawah jaring akan tertutup. Melingkari gerombolan ikan dengan jaring adalah dengan tujuan supaya ikan-ikan jangan dapat melarikan diri dalam arah horisontal. Sedang dengan menarik purse line adalah untuk  mencegah ikan-ikan supaya ikan-ikan jangan dapat  melarikan diri ke bawah. Antara dua tepi jaring sering tidak dapat tertutup rapat, sehingga memungkinkan menjadi tempat ikan untuk melarikan diri. Untuk mencegah hal ini, dipakailah galah, memukul-mukul permukaan air dan lain sebagainya. Setelah purse line selesai ditarik, barulah float line serta tubuh jaring (wing) dan ikan-ikan yang terkumpul diserok / disedot ke atas kapal (Sudirman, 2004).
Pada umumnya, pengoperasian purse seine dibagi menjadi dua cara, yakni dengan satu kapal (one boat system) dan dua kapal (two boat system). Menurut Sudirman dan Malawa (2004) dalam Scoriago (2012), one Boat system, dibandingkan dengan two boat system, cara operasi lebih mudah (tidak terlalu compicated). Pada operasi malam hari, lebih mungkin menggunakan lampu untuk two boat system lebih cenderung hanya untuk menangkap jenis-jenis ikan yang bergerak (mobile) dengan pergerakan yang cepat pada siang hari. Memungkinkan pemakaian kapal yang lebih besar, dengan demikian area operasi akan menjadi lebih luas. Pengaruh cuaca relatif kecil (lebih dapat dikuasai), dengan demikian jumlah operasi akan lebih banyak. Menarik jaring, mengangkat jaring, mengangkat ikan, dan lain-lain pekerjaan di dek memungkinkan dimekanisir, dengan demikian kerja akan lebih efisien.
Two Boat System, teoretis waktu yang diperlukan untuk melingkari gerombolan ikan akan menjadi sekitar seperdua dari waktu yang diperlukan oleh one boat system. Oleh karena gerombolan ikan mudah dilingkari dan dapat dilakukan dengan cepat, diharapkan akan mengakibatkan catch yang besar. Sifat-sifat ikan, kondisi fishing ground (angin, arus, gelombang, dan lain sebagainya), kondisi saat operasi, dan sebagainya akan mempengaruhi penentuan system yang akan dipakai. Dalam hal-hal tertentu, two boat terkadang mendapatkan catch yang lebih besar. Meskipun telah kita coba membandingkan antara one boat system dengan two boat system, dalam pemilihan type mana yang akan dipakai, masihlah banyak hal-hal yang diperhitungkan. Kondisi  fishing ground, jumlah crew, skill dari crew, dan lain-lain sebagainya, akan memberikan pengaruh.  Tidaklah dapat dikatakan mutlak bahwa one boat systtem akan unggul dibandingkan dengan two boat system, karena faktor ekonomi dan sosial akan menjadi penentu terakhir.
Gambar 1.  Alat Tangkap Purse Seine (Google images, 2013)

Alat tangkap Purse Seine dikenal juga sebagai Pukat Cincin atau Pukat Lingkar. Alat tangkap ini berbentuk persegi panjang dengan pelampung (Floats) di bagian atas dan pemberat (Sinkers) serta cincin besi (Rings) di bagian bawah. Pada saat dioperasikan, kapal yang membawa alat tangkap ini melingkari sekawanan ikan yang telah dikumpulkan dengan pemikat rumpon dan lampu berkekuatan tinggi. Setelah lingkaran terbentuk sempurna maka tali kolor (Purse Line) yang terdapat di bagian bawah akan ditarik melewati cincin-cincin besi yang bergelantungan di bagian bawah jaring sehingga alat tangkap ini akan mengerucut dan berbentuk seperti mangkok dengan segerombolan ikan yang terkurung di dalamnya. Selanjutnya seluruh jaring akan ditarik ke sisi kapal dan ikan yang tertangkap akan terkumpul di bagian kantong jaring secara otomatis (M. Indera, 2010).
Untuk mengoperasikan alat tangkap mini purse seine yang pertama yaitu melakukan tahap persiapan  yang meliputi persipan konsumsi (ransum), bahan bakar dan air tawar yang dilakukan di darat, sedangkan pemeriksaan kapal, alat tangkap dan alat bantu dilakukan di atas kapal. Susunan alat tangkap sangat penting untuk keberhasilan pengoperasian mini purse seine. Kedua yaitu tahap pelayaran, pelayaran menuju fishing ground dilakukan pada jam 15:00. Kecepatan kapal saat menuju fishing ground 7 knot. Setelah ± 2 jam, kapal tiba di fishing ground yang telah ditentukan. Perahu lampu yang pertama kemudian dilepas dan kapal kembali berlayar mencari posisi penempatan untuk perahu lampu kedua. Jarak antara perahu lampu pertama dengan kedua ±1 km, sedangkan jarak antara perahu lampu kedua dengan perahu induk ± 500 m.
Seterusnya yaitu tahap penyalaan lampu. Penyalaan lampu dilakukan sekitar pukul 18.00. Pada awalnya, seluruh lampu dinyalakan untuk kemudian dimatikan secara bertahap satu demi satu setelah diperkirakan ikan-ikan telah banyak bergerombol dan terkonsentrasi. Selanjutnya tahap setting (penurunan jaring). Setting pertama dilakukan sekitar jam 21.30 setelah lampu yang menyala pada perahu lampu kedua tinggal satu buah. Setting kedua dilakukan sekitar jam 23.00 pada perahu lampu pertama. Setting dimulai dengan melakukan pelemparan pelampung tanda kemudian tali selambar pertama di lambung kanan kapal. Pada saat itu, juru mudi melakukan pelingkaran ke arah kiri kapal dengan kecepatan tinggi (± 9 knot). Setelah itu dilakukan penurunan pelampung utama, jaring dan pemberat.
Kapal bergerak kembali dalam arah melingkar mendekati pelampung tanda sambil menurunkan tali selambar kedua. Kecepatan kapal dikurangi untuk mengambil dan menaikkan pelampung tanda ke dek kapal dan kedua tali selambar dihubungkan dengan roller untuk menarik jaring. Tahap selanjutnya yaitu yahap hauling (penarikan jaring). Penarikan jaring dilakukan dengan menarik tali kolor kemudian badan jaring dan pemberat. Hal ini dimaksudkan agar bagian bawah jaring mengkerut dan membentuk kantong. Penarikan jaring ini melibatkan hampir seluruh ABK. Tahap pengangkatan hasil tangkapan. Pada saat pengangkatan badan jaring, terdapat sisa sebagian badan jaring yang dibiarkan di atas permukaan laut. Hasil tangkapan diangkat dengan bantuan serok dan diletakkan di atas dek kapal untuk kemudian disortir berdasarkan ukuran dan jenis hasil tangkapan. Hasil tangkapan ini kemudian diletakkan dalam keranjang bamboo (Mukhlis, 2012).
Menurut Baskoro (2002) alat tangkap purse seine dioperasikan  cara melingkari gerombolan ikan baik dengan menggunakan satu kapal ataupun dua unit kapal. Setelah gerombolan ikan terkurung, kemudian bagian bawah jarring dikerutkan hingga tertutup dengan menarik tali kerut yang dipasang sepanjang bagian bawah melalui cincin. Alat penangkapan ini ditujukan untuk menangkap gerombolan ikan permukaan (pelagis fish). Tujuan penangkapan purse seine adalah schooling ikan, yang artinya bahwa ikan yang akan ditangkap tersebut biasanya hidup bergerombol (schooling), berada dekat permukaan air (sea surface) dan diharapkan dalam suatu densitasschoolling yang besar. Jika ikan belum terkumpul dalam suatu area penangkapan (catchable area), atau berada diluar kemampuan perangkap jaring, maka harus diusahakan agar ikan berkumpul ke suatu area penangkapan. Hal ini ditempuh misalnya dengan penggunaan cahaya dan rumpon.
Cara pengoperasian alat tangkap purse seine adalah dengan melingkari dan menutupi bagian bawah jaring. Setelah jaring dilingkarkan dan tali kolor ditarik maka alat ini akan membentuk kantong besar sehingga ikan-ikan yang terkurung didalamnya tidak dapat meloloskan diri. Penangkapan ikan dapat dilakukan dengan satu kapal (one boat system) atau dengan dua kapal (two boat system). Secara prinsip penangkapan dengan alat tangkap purse seine dapat dilakukan sebagai berikut. Pertama-tama kapal menuju ke tempat rumpon yang telah ditanam sebelumnya, dan setelah rumpon ditemukan rumpon diangkat ke atas kapal dan mulai diturunkan perahu dari kapal. Kemudian kapal mulai melingkari ikan sambil menjatuhkan pelampung. Jika proses pelingkaran sudah selesai kemudian diangkat pelampung keatas kapal dan purse seine mulai ditarik dengan bantuan winch sampai purse seine ring berhasil naik keatas kapal. Kemudia badan jaring mulai ditarik keatas dengan bantuan anak buah kapal. Ikan-ikan yang tertangkap dibiarkan dulu didalam air dan diambil dengan menggunakan keranjang. Setelah selesai barulah jaring bagian kantong diangkat keatas kapal (Baskoro et all, 2010).




Gambar 2. Metode Pengoperasian Purse Seine (Google images, 2013)
2.1.5 Alat Bantu Penangkapan
Alat bantu yang dipergunakan dalam pengoperasian mini purse seine di Kabupaten Jeneponto adalah lampu petromaks sebanyak 8-12 buah yang diletakkan di atas perahu. Jumlah perahu lampu untuk setiap unit penangkapan adalah 2 (dua) unit dengan ukuran panjang 3,5 meter, lebar 0,5 meter dan tinggi 0,75 meter serta dilengkapi cadik pada salah satu sisi perahu sebagai pengimbang (Mukhlis, 2005).
Gambar 3. Lampu Petromak (Google images, 2013)

Menurut Fiqrin (2008), alat bantu penangkapan pada purse seine ada 2, yaitu:
a.    Lampu
Fungsi lampu untuk penangkapan adalah untuk mengumpulkan kawanan ikan kemudian dilakukan operasi penangkapan dengan menggunakan berbagai alat tangkap seperti purse seine. Jenis lampu yang digunakan bermacam-macam, seperti oncor (obor), petromaks, lampu listrik (penggunaan masih sangat terbatas hanya untuk penangkapan usaha sebagian dari perikanan industri).
Gambar 4. Obor (Google images, 2013)
b.    Rumpon
Rumpon merupakan suatu bangunan (benda) menyerupai pepohonan yang dipasang (ditanam) di suatu tempat tengah laut. Pada prinsipnya rumpon terdiri dari empat komponen utama, yaitu : pelampung (float), tali panjang (rope) dan atraktor (pemikat) dan pemberat (sinkers/anchor) (Fiqrin, 2008).
Gambar 5. Rumpon (Google images, 2013)
Rumpon biasa juga disebut dengan Fish Agregation Device (FAD), yaitu suatu alat bantu penangkapan yang berfungsi untuk memikat ikan agar berkumpul dalam suatu catchable area. Ada beberapa prediksi mengapa ikan senang berada di sekitar rumpon:
1)  Rumpon tempat berkumpulnya plankton dan ikan-ikan kecil lainnya, sehingga mengundang ikan-ikan yang lebih besar untuk tujuan feeding;
2)     Merupakan suatu tingkah laku dari berbagai  jenis ikan untuk berkelompok di sekitar kayu terapung (seperti jenis-jenis tuna dan cakalang). Dengan demikian, tingkah laku ikan ini dimanfaatkan untuk tujuan penangkapan.
Kepadatan gerombolan ikan pada rumpon diketahui oleh nelayan berdasarkan buih atau gelembung-gelembung udara yang timbul di permukaan air, warna air yang gelap karena pengaruh gerombolan ikan atau banyaknya ikan-ikan kecil yang bergerak di sekitar rumpon. Penggunaan rumpon secara tradisional di Indonesia telah lama dilakukan terutama para nelayan di Mamuju, Sulawesi dan Jawa Timur, sedangkan penggunaan rumpon secara modern baru dimulai pada tahun 1980 oleh Lembaga Penelitian Perikanan Laut (Sudirman, 2004).
1.1.6   Hasil Tangkapan Alat Tangkap
Ikan yang menjadi tujuan utama penangkapan dari purse seine adalah ikan-ikan yang “Pelagic Schoaling Species”, yang berarti ikan-ikan tersebut haruslah membentuk shoal (gerombolan), berada dekat dengan permukaan air (sea surface) dan sangatlah diharapkan pula agar densitas shoal itu tinggi, yang berarti jarak antara ikan dengan individu ikan lainnya haruslah sedekat mungkin. Dengan kata lain dapat juga dikatakan per satuan volume hendaklah jumlah individu ikan sebanyak mungkin. Hal ini dipikirkan sehubungan dengan volume yang terbentuk oleh jaring (panjang dan lebar) yang dipergunakan. Jenis ikan yang ditangkap dengan purse seine terutama di daerah Jawa dan sekitarnya adalah : Layang (Decapterus spp), bentang, kembung (Rastrehinger, spp),lemuru (Sardinella spp), slengseng, cumi-cumi, dll (Fiqrin, 2008).
Keberadaan dan dominasi kelompok jenis ikan layang (Decapterus spp) sebagai tujuan penagkapan armada pukat cincin. D. macrosoma berada di bagian Timur Laut Jawa dan Selat Makassar terjadi pada bulan September-Februari sedangkan D. russelli memperlihatkan sebaliknya banyak ditemukan ukuran besar di Perairan bagian Barat Laut Jawa. Dari hasil perhitungan rata-rata ukuran panjang D. macrosoma dapat diketahui ukuran ikan menurut daerah penangkapan, diperoleh hasil ternyata semakin kearah timur ikan semakin besar (Ambar, 2004).
Ikan yang menjadi tujuan penangkapan dari purse seine adalah ikan-ikan “pelagic shoaling species” yang berarti ikan-ikan tersebut haruslah membentuk shoal (gerombolan), berada dekat dengan permukaan air (sea surface) dan sangatlah diharapkan pula densitas shoal tersebut tinggi, yang berarti jarak ikan dengan ikan lainnya haruslah sedekat mungkin (Sudirman, 2004).
1.1.6.1       Klasifikasi Ikan Beserta Gambar Ikan
a.    Ikan Layang
Menurut Muspirahdjalal (2011), klasifikasi ikan Layang sebagai berikut:
Filum          : Chordata
Subfilum     : Vertebrata
Kelas          : Actinopterygii
Ordo           : Perciformes
SubOrdo     : Percoidei
Famili          : Carangidae
Genus         : Decapterus
Spesies       : Decapterus russelli
b.    Ikan Lemuru
Menurut Hanggar (2010), klasifikasi ikan Lemuru sebagai berikut:
Phylum          : Chordata
Sub phylum   : Vertebrata
Class             : Pisces
Sub Class      : Teleostei
Ordo             : Clupeiformes
Family           : Clupeidae
Genus            : Sardinella
Species          : Sardinella spp
c.    Cumi-cumi
Menurut Wicaksono (2009), klasifikasi cumi-cumi sebagai berikut:

Kingdom       : Animalia
Phylum          : Mollusca
Class             : Chepalopoda
Sub class       : Coloidea
Super ordo    : Decapodiformes
Ordo             : Decapoda
Family           : Loliginidae
Genus            : Loligo
Species          : Loligo indica

2.2  ALAT TANGKAP PAYANG
2.2.1 Klasifikasi Berdasarkan FAO
Menurut Frezeries (2009), payang terbuat dari bahan jaring yang konstruksinya terdiri dari kantong, badan dan sayap, serta dilengkapi dengan pelampung dan pembertat serta tali penarik (selambar). Berdasarkan klasifikasi dari FAO, alat tangkap ini digolongkan sebagai jarring lingkar. Struktur alat tangkap ini adalah sebagai berikut:
a.         Sayap terdiri atas dua bagian sayap, yaitu sayap kiri dan kanan
b.        Badan terdiri atas 6 bagian, yaitu:
a.       Kantong (cod end) adalah merupakan tempat berkumpulnya ikan yang terjaring;
b.      Tali ris atas;
c.       Tali ris bawah;
d.      Tali penarik (selambar);
e.       Pelampung;
f.       Pemberat, terbuat dari bahan timah dan batu.
Gambar 8. Konstruksi Payang (Google images, 2013)


Berdasarkan SNI yang dikeluarkan oleh BSN, alat tangkap aying baik yang berbadan panjang maupun pendek termasuk dalam klasifikasi aying lingkar (surrounding nets) tanpa tali kerut, sesuai dengan International Standard Statistical Classification Fishing Gear-FAO, menggunakan singkatan LA dan berkode ISSCFG.01.2.0 (Wulan, 2011).
Berdasarkan klasifikasi standar alat tangkap Internasioal FAO (1990), aying termasuk jenis “Beich Seine” yang bagian-bagiannya terdiri dari dua sayap, badan jarring dan kantong yang dalam pengoperasiannya menggunakan sebuah kapal, dan ditarik melalui dua tali selambar yang panjang (Sutono, 2003 dalam Scoriago, 2011).
2.2.2 Klasifikasi Berdasarkan Kepmen 06/Men/2010
Dalam Keputusan Menteri KP Nomor : KEP.06/MEN/2010 ditetapkan 10 (sepuluh) kelompok alat penangkap ikan. Penjelasan singkat untuk memudahkan pemahaman terhadap masing-masing kelompok alat tangkap dapat dijelaskan bagaimana uraian pada Bab III, mulai pasal 6 sampai dengan pasal 16 Peraturan Menteri KP Nomor PER.02/MEN/2011, sebagai berikut:
a.       Jaring lingkar (surrounding nets)
b.      Pukat tarik (seine nets)
c.       Pukat hela (trawls)
d.      Penggaruk (dredges)
e.       Jaring angkat (lift nets)
f.       Alat yang dijatuhkan (falling gears)
g.      Jaring insang (gill nets and entangling nets)
h.      Perangkap (traps)
i.        Pancing (hooks and lines)
j.        Alat penjepit dan melukai (grappling and wounding)
Menurut Pranoto (2012), payang termasuk dalam pukat tarik berkapal (seine nets). Alat penangkapan ikan di WPP-NRI menurut jenisnya terdiri dari 10 (sepuluh) kelompok, yaitu:
                 a. jaring lingkar (surrounding nets);
                 b. pukat tarik (seine nets);
                 c. pukat hela (trawls);
                 d. penggaruk (dredges);
                 e. jaring angkat (lift nets);
                 f. alat yang dijatuhkan (falling gears);
                g. jaring insang (gillnets and entangling nets);
                h. perangkap (traps);
                i. pancing (hooks and lines); dan
                 j. alat penjepit dan melukai (grappling and wounding).
Menurut Fadel (2011), alat penangkapan ikan pukat tarik (seine nets), sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b, terdiri dari:
a. pukat tarik pantai (beach seines); dan
b. pukat tarik berkapal (boat or vessel seines).
      Pukat tarik berkapal (boat or vessel seines) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari:
a.    dogol (dainess seines);
b.    scottish seines;
c.    pair seines;
d.   payang;
e.    cantrang; dan
f.     lampara dasar.
2.2.3 Spesifikasi Alat Tangkap
Payang adalah pukat kantong yang digunakan untuk menangkap gerombolan ikan permukaan (pelagic fish). Secara garis besar payang terdiri dari bagian kantong (bag), badan/perut (body) dan kaki/sayap (leg/wing). Bagian kantong umumnya terdiri dari bagian-bagian kecil yang tiap bagiannya memiliki nama sendiri-sendiri. Besarnya mata jaring mulai dari ujung kantong sampai dengan ujung kaki berbeda-beda, mulai dari 1 cm (atau kurang) sampai ±40 cm. Bagian mulut bawah jaring lebih panjang dari bagian mulut atas jaring, karena jenis ikan pelagis yang biasanya hidup di bagian atas air memiliki sifat cenderung lari lapisan bawah bila terkurung jaring (Nugroho Ardi Cahyono, 2011).
Menurut Diktat Manajemen Penangkapan Ikan (2004), alat tangkap payang terbuat dari berbagai bahan, jaring berbahan PVC (Polyvinileclorine), pelampungnya adalah plastik berbentuk bola dan pemberatnya adalah batu.
a.       Bagian Kantong
-          Panjang : 5-6 meter
-          Mesh size : 0,3-0,6 cm
-          Bahan : PVC ( Polyvinileclorine )
-          Warna : Hijau
b.      Bagian Badan
-          Panjang : 25 meter
-          Mesh size : 1,6-8 cm
-          Bahan : PE (Polyethilene)
-          Warna : Coklat
c.       Bagian Sayap
-          Panjang : 90 meter
-          Mesh size : 10-30 cm
-          Bahan : PE (Polyethilene)
-          Nomor benang : 400 D/15
d.      Pelampung
-          Berat : 2 ons
-          Diameter : 15 cm
-          Bahan : Plastik berbentuk bola
-          Jumlah : 12 buah per sayap
-          Jarak antar pelampung : 1,5 meter
e.       Pemberat
-          Bahan : Batu
-          Berat : 2 kg
-          Jumlah : 10 buah per sayap
-          Jarak antar pemberat : 8 meter
Alat tangkap ini terdiri dari dua sayap. Biasanya terbuat dari jaring yang bahannya dari bahan sintetis jenis nylon multifilament. Sebagai contoh, alat tangkap payang yang dioperasikan di Teluk Mandar, mesh size sayapnya masing-masing berukuran 80, 50, 30, dan 20 cm. Ukuran sayap semakin kecil kea rah kantong. Untuk memberikan daya apung maka pada bagian sayap diberikan pelampung. Supaya sayap tersebut terentang dalam air makan diberikan pemberat. Fungsi sayap adalah menakut-nakuti ikan agar masuk ke dalam kantong.
Panjang jaring keseluruhan bervariasi dari puluhan meter sampai ratusan meter. Mesh size pada kantong berkisar 1,5-5 cm. Ujung kedua sayap dihubungkan dengan tali penarik, pada bagian sebelah kanan diberi pelampung tanda, sedangkan pada tali penarik lainnya diikatkan di kapal (Sudirman, 2004).
2.2.4 Metode dan Teknik Pengoperasian Alat Tangkap
Cara pengoperasian payang yaitu dengan melingkari gerombolan ikan dan kemudian pukat kantong tersebut ditarik ke arah kapal. Kedua sayap yang terdapat di kanan dan kiri badan jaring berguna untuk menakut – nakuti atau mengejutkan serta menggiring ikan agar masuk sedalam kantong jaring. Penangkapan dengan payang dapat dilakukan baik dengan perahu layar maupun dengan kapal motor. Penggunaan tenaga berkisar antara enam orang untuk payang berukuran kecil dan enam belas orang untuk payang berukuran besar (Nugroho Ardi Cahyono, 2011).
Prinsip pengoperasian alat tangkap payang adalah melingkari gerombolan ikan. Pada saat terdapat gerombolan ikan yang terlihat, kapal mendekati gerombolan ikan tersebut dan kemudian menurunkan jaring pada jarak dan waktu yang tepat sehingga pada waktu jaring melewati gerombolan ikan, jaring dapat membuka dengan maksimal sehingga kemungkinan ikan untuk lolos kecil. Pada saat setelah jaring diturunkan, tali selambar/ tali hela ditarik sehingga jaring tertarik kearah gerombolan ikan. Hasil penangkapan dapat dipengaruhi oleh kecepatan membuka jaring, timing pelepasan jaring dan kondisi laut saat pelepasan jaring (Diktat Manajemen Penangkapan Ikan, 2004).
Setelah alat tangkap ini telah tersusun dengan baik diatas kapal maka tiba di fishing ground. Jika menggunakan alat bantu rumpon, terlebih dahulu harus ditangani dengan memperhatikan arah arus, karena arah ikan pada rumpon akan berlawanan dengan arah arus. Jika arah arus dari barat, maka posisi ikan berada pada sisi timur rumpon.
Setelah itu, jaring diturunkan yang dimulai dengan menurunkan pelampung tanda, mengelilingi rumpon, penauran jaring dilakukan sampai semua jaring turun ke laut dan selanjutnya mengambil kedua tali sayap, kemudian jaring ditarik ke atas perahu. Sebagian awak kapal tetap bertugas pada rumpon sehingga tetap seperti semula. Operasi penangkapan dianggap selesai jika kantong jaring telah tiba di atas perahu (Sudirman, 2004).
2.2.5 Alat Bantu Penangkapan
Penangkapan dengan menggunakan payang dapat dilakukan baik pada malam ataupun siang hari. Untuk malam hari terutama pada hari-hari gelap dapat dengan alat bantu lampu petromaks untuk mengetahui letak ikan berkupul serta menarik perhatian ikan. Sedangkan penangkapan pada siang hari dapat menggunakan alat bantu rumpon/ payaos untuk memancing perhatian ikan agar ikan berkumpul disekitar rumpon. Pengguna rumpon sebagai alat bantu penangkapan dengan payang meliputi 95% lebih (Nugroho Ardi Cahyono, 2011).
Pengoperasian alat tangkap payang dapat menggunakan alat bantu berupa lampu petromaks yang digunakan pada malam hari dan alat bantu rumpon untuk pengumpul ikan. Pada malam hari penggunaan lampu petromaks dapat menarik ikan supaya menggerombol disekitar lampu sehingga alat tangkap payang dapat digunakan secara efisien. Beguti juga dengan rumpon yang banyak digunakan oleh nelayan-nelayan Indonesia. Pengguna rumpon sebagai alat bantu penangkapan dengan payang meliputi 95% lebih (Diktat Manajemen Penangkapan Ikan).
Dalam operasi penangkapannya banyak dilakukan dengan menggunakan alat bantu rumpon, dimana ikan-ikan yang ada pada rumpon digiring masuk ke dalam kantong payang walaupun dalam operasi penangkapannya tidak selalu menggunakan rumpon. Alat bantu tangkap ini banyak digunakan di Perairan Selat Makassar, terutama di Teluk Mandar (Sudirman, 2004).
2.2.6 Hasil Tangkapan Alat Tangkap
Daerah penangkapan untuk alat tangkap payang ini pada perairan yang tidak jauh dari daerah pantai atau daerah yang subur yang tidak terdapat karang. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh komposisi hasil tangkapan payang yaitu ikan Ayam-ayam (Aluterus monoceros) 88%, ikan Tongkol (Auxis sp.) 3.80%, ikan Teri (Stolephorus sp.) 2.60%, ikan Kembung (Rastrelliger sp.) 25%, Cumi-cumi (Loligo sp.) 1.70%, ikan Selar (Caranx sp.) 1.50% dan ikan Bawal Hitam (Formio niger) 0.40% (Intan Herwindra, 2010).
Hasil tangkap dari alat tangkap payang adalah ikan-ikan permukaan. Terutama ikan-ikan pelagis kecil, yaitu ikan Layang, Selar, Kembung, Lemuru, Tembang, Japuh dan lain-lain. Hasil tangkapan alat tangkap payang untuk tahun 1986 berjumlah 152. 782 ton, sedang produksi perikanan laut secara nasional sebanyak 1. 922.781 ton (Diktat Manajemen Penangkapan Ikan, 2004).
Jenis-jenis ikan yang tertangkap dengan alat tangkap payang adalah Layang (Decapterus sp), Kembung (Rastralliger sp), Sunglir (Eeuthynnus sp), Selar (Caranx sp), Sunglir (Elagatis sp), Bawal Hitam (Formio sp). Jadi, umumnya yang tertangkap adalah ikan-ikan yang senang berada di daerah rumpon. Ikan laying merupakan hasil tangkapan yang dominan (Sudirman, 2004).
2.2.6.1 Klasifikasi Ikan Beserta Gambar Ikan
a. Ikan Ayam-ayam
Kingdom      : Animalia
Phylum         : Chordata
Class             : Actinopterygii
Order            : Tetraodontiformes
Family           : Monacanthidae
Genus           : Aluterus
Species          : Aluterus Monoceros
b. Ikan Tongkol
Kingdom       : Animalia
Phylum          : Chordata
Class             : Actinopterygii
Order            : Perciformes
Family           : Scombridae
Subfamily     : Scombrinae
Tribe              : Thunnini
Genus            : Auxis
Spesies          : Auxis thazard thazard
    c. Ikan Teri
Kingdom       : Animalia
Phylum          : Chordata
Class             : Actinopterygii
Order            : Clupeiformes
Family           : Engraulidae
Genus            : Stolephorus
Spesies          : Stolephorus sp.
   d. Ikan Kembung
Kingdom         : Animalia
Phylum          : Chordata
Class             : Actinopterygii
Order            : Perciformes
Family           : Scombridae
Genus            : Rastrelliger
Spesies          : Rastrelliger sp.

2.3 ALAT TANGKAP PANCING
2.3.1 Klasifikasi Berdasarkan FAO
Menurut Ayodyoa (1981) dalam Hakim (2012), pancing tonda adalah alat penangkap ikan yang terdiri dari seutas tali panjang, mata pancing, dan umpan serta tidak menggunakan pemberat. Pancing ditarik di belakang perahu motor atau kapal yang sedang bergerak. Umpan yang dipakai adalah umpan buatan. Pancing tonda termasuk ke dalam alat penangkap ikan pancing.
Menurut Amri et. al (2009), hook and line (pancing) merupakan alat penangkapan ikan yang mempunyai prinsip penangkapan dengan memancing ikan target sehingga terkait dengan mata pancing yang dirangkai dengan tali menggunakan atau tanpa umpan. Desain dan konstruksi pancing disesuaikan dengan target ikan tangkapan yang dikehendaki, sehingga terdapat berbagai bentuk dan ukuran pancing serta sarana apung maupun alat bantu penangkapan ikan yang digunakan. Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap hooks and lines ini terdiri dari:
·         Handlines and pole-lines (hand operated)
·         Handlines and pole-lines (mechanized)
·         Set longlines
·         Drifting longlines
·         Longlines (not specified)
·         Trolling lines
·         Hook and lines (not specified)
Menurut Mukhtar (2008), menurut ISSCFG (Internasional Standart Statistical Clasification Fishing Gear) alat tangkap pancing dibagi menjadi 6 kelompok dengan kode yaitu:
1.      Pancing ulur dan pancing berjoran biasa (09.1.0)
2.      Pancing ulur dan pancing berjoran dimekanisasi (09.2.0)
3.      Rawai menetap (09.3.0)
4.      Rawai hanyut (09.4.0)
5.      Rawai lainnya (09.5.0)
6.      Tonda (09.6.0)
2.3.2 Klasifikasi Berdasarkan Kepmen 06/Men/2010
Kelompok jenis alat penangkapan ikan pancing adalah kelompok alat penangkapan ikan yang terdiri dari tali dan mata pancing dan atau sejenisnya (SNI 7277.4:2008). Dilengkapi dengan umpan alami, umpan buatan atau tanpa umpan (Fadel Kepmen, 2010).
Menurut Mukhtar (2008), berdasarkan Statistik Perikanan Indonesia alat tangkap pancing dibagi menjadi 6 kelompok yaitu:
1.         Rawai Tuna
2.         Rawai Hanyut lainnya, selain
3.         Rawai tuna
4.         Rawai Tetap
5.         Huhate
6.         Pancing dengan joran lainnya
7.         Pancing Tonda
Menurut Fadel Kepmen (2010), jenis alat tangkap pancing dibagi menjadi 6 kelompok beserta kodenya yaitu:
1.      Handlines and pole-lines/hand operated, LHP, 09.1.0:
a.       Pancing ulur, LHP-PU, 09.1.0.1
b.      Pancing berjoran, LHP-PJ, 09.1.0.2
c.       Huhate, LHP-PH, 09.1.0.3
d.      Squid angling , LHP-SA, 09.1.0.4
2.      Handlines and pole-lines/mechanized, LHM, 09.2.0:
a.       Squid jigging; LHM-PC, 09.2.0.1
b.      Huhate mekanis, LHM-HM, 09.2.0.2
3.      Rawai dasar (Set long lines), LLS, 09.3.0
4.      Rawai hanyut (Drifting long lines), LLD, 09.4.0:
a.       Rawai tuna, LLD-RT, 09.4.0.1
b.      Rawai cucut, LLD-RC, 09.4.0.2
5.      Tonda (Trolling lines), LTL, 09.6.0
6.      Pancing layang-layang, LX-LY, 09.9.0.1
2.3.3 Spesifikasi Alat Tangkap
Pancing tonda untuk ikan karang yang biasa di sebur kedo-kedo merupakan alat pancing yang terdiri dari kawat stainless (antikarat) lentur yang dihubungkan dengan tali senar dengan diujungnya kemudian ditarik oleh kapal atau perahu yang bergerak. Umpannya adalah ikan hidup seperti ikan tembang dan ikan-ikan kecil sebelumnya (Yusuf et.al. 2011).
Pancing tonda terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu (1) tali pancing yang terbuat dari polyamide monofilament no.60 dengan panjang antar 50-100 m. (2) mata pancing bisa tunggal atau ganda tetapi ada juga yang memakai mata pancing sebanyak tiga buah yang diikat menjadi satu memakai simpul double sheet band yang berfungsi untuk menjerat ikan. (3) Penggulung tali dari bahan plastik dan kayu waru (4) kili-kili (swivel) yang dipakai agar tali tidak terbelit. Menurut kelompok sepuluh, parameter utama pancing tonda adalah banyaknya mata pancing yang digunakan (Satria, 2010)
Gambar 15. Pancing Tonda (Google images, 2013)
Pancing adalah salah satu alat tangkap yang terdiri dari dua komponen utama, yaitu tali (line) dan mata pancing (hook). Tali pancing dapat dibuat dari bahan benang katun, nilon, polyethylin dan plastik (senar). Mata pancing dibuat dari kawat baja, kuningan atau bahan lain yang tahan karat. Jumlah mata pancing yang terdapat pada setiap perangkat (satuan) pancing itu dapat tunggal maupun ganda (dua - tiga buah) bahkan banyak sekali (ratusan sampai ribuan) tergantung dari jenis pancingnya. Ukuran mata pancingnya bervariasi, disesuaikan dengan besar kecilnya ikan yang akan ditangkap (dipancing) (Aprilia 2011).
2.3.4 Metode Dan Teknik Pengoperasian Alat Tangkap
Pengoperasian pancing ini memerlukan perahu atau kapal bermotor yang selalu bergerak yang bisa dioperasikan satu orang atau lebih. Pengoperasian pancing kedo-kedo dilakukan dengan cara pancing di turunkan ke dalam air hingga mata kail melayang dekat dasar perairan, ditarik-tarik agar umpan bergerak-gerak sehingga menarik perhatian ikan target. Jika umpan sudah termakan ikan , maka kecepatan perahu ditambah beberapa saat agar ikan terkait dengan kuat. Setelah itu perahu dihentikan kawat pancing ditarik pelan-pelan kearah perahu. Kemudian ikan di naikan ke atas dek kapal dan melepaskan kait dari mulut ikan (Yusuf et.al, 2011).
Pengoperasian pancing tonda dapat dilakukan pada siang hari, kegiatan penangkapan bisa menggunakan perahu layar atau kapal motor. Biasanya tiap perahu membawa lebihdari dua buah pancing yang ditonda sekaligus. Penondaan dilakukan dengan mengulur ± dua per tiga dari seluruh panjang tali pancing yang disediakan (Widyastuti, 2001).
Setelah terlihat tanda-tanda ikan, kecepatan perahu diturunkan, lalu menurunkan pancing secara perlahan. Nelayan yang berada di haluan perahu menggunakan kait yang telah terpasang di bagian belakang perahu untuk memasang pancing. Pancing tonda dioperasikan dengan cara menggerak-gerakkan tali pancing dan menarik-nariknya sambil mengejar ke arah gerombolan ikan dengan perahu layar maupun kapal motor secara horizontal menelusuri lapisan permukaan air, lapisan dalam maupun menelusuri dasar perairan (Nugroho, 2002).
2.3.5 Alat Bantu Penangkapan
Rumpon merupakan alat bantu penangkapan ikan (fish agregating device) yang terdiri dari pelampung, tali panjang, pemikat atau atraktor, dan pemberat. Alat gantu rumpon prinsipnya adalah mengumpulkan ikan agar mudah tertangkap hongga pengoperasian pancing tonda lebih evektif dan evisien (Handriana, 2007).
Alat bantu yang dipergunakan dalam pengoperasian rawai tuna adalah lampu apung atau radio apung yang berfungsi sebagai pendeteksi keberadaan atau posisi alat tangkap. Selain itu juga umumnya dilengkapi dengan line hauler, line thrower, belt conveyor, penggulung tali cabang dan peralatan oceanografi (Nautika, 2011).
Umpan yang digunakan pada alat tangkap pancing yaitu umpan mati, umpan hidup dan umpan tiruan. Umpan tiruan merupakan umpan palsu yang dapat menarik perhatian ikan. Ikan yang tertangkap pada pancing biasanya terkait di bagian mulutnya. Hal ini terjadi karena ikan terangsang dan tertarik pada umpan,kemudian berusaha menyambarnya yang pada akhirnya terkait (Aprilia,, 2011).
2.3.6 Hasil Tangkapan Alat Tangkap
Alat tangkap ini menangkap jeni-jenis ikan kualitas tinggi misal ikan tuna, cakalang (Katsuwonus pelamis), tongkol (Euthynrus affinis), tenggiri (Scomberomeus commersinii), dan ikan pelagis lainnya (Nugroho, 2002).
Menurut Gunarso (1989) dalam Satria (2010), Hasil tangkapan utama pancing tarik adalah ikan tongkol (Auxis sp.), ikan cakalang (Katsuwonus pelamis), ikan tenggiri (Scomberomorus spp.), Pari (Dahsyatis sp.), cucut botol (carcharinus sp.), madidihang (Thunnus albacora), tuna mata besar (Thunnus obsesus), tunas sirip biru(Thunnus maccoyii), ikan pedang (Xipias gladias), setuhuk hitam (Makaira indica), setuhuk putih (Makaira masara).

2.3.6.1 Klasifikasi Ikan Beserta Gambar Ikan
a. Ikan Tuna
Klasifikasi ikan Tuna menurut Saanin (1984) dalam  Handriana (2007):
Phylum          : Chordata
Sub Phylum  : Vertebrata
Class             : Pisces
Sub Class      : Actinopterygii
Order            : Perciformes
Sub Order     : Scombroidei
Family           : Scombridae
SubFamily     : Scombrinae
Genus            : Thunnus
Species          : Thunnus albacares   
Thunnus obesus
Thunnus alalunga
Thunnus thynnus
b.    Ikan Cakalang
Klasifikasi ikan Cakalang menurut Saanin (1984) dalam Handriana (2007) :
Phylum          : Chordata
SubPhylum   : Vertebrata
Class             : Pisces
SubClass       : Actinopterygii
Order            : Perciformes
SubOrder      : Scombroidea
Famili            : Scombridae
SubFamily     : Scombrinae
Genus            : Katsuwonus
Species          : Katsuwonus pelamis
c.       Ikan Tongkol
Klasifikasi Tongkol menurut Saanin (1984) dalam Handriana (2007):
Phylum          : Chordata
SubPhylum   : Vertebrata
Class             : Pisces
SubClass       : Actinopterygii
Order            : Perciformes
Famili            : Scombridae
Genus  : Euthynnus
Species          : Euthynnus affinis

 BAB III
METODOLOGI

3.1  ALAT PRAKTIKUM DAN FUNGSINYA
3.1.1 Alat Tangkap Payang
Alat-alat yang digunakan untuk melakukan identifikasi payang antara lain:
a.    Roll meteran 3-5 meter               : untuk mengukur panjang tali pada alat tangkap.
b.    Jangka sorong (vernier calliper)  : untuk mengukur ketebalan tali pada alat tangkap.
c.    Tali urai           : sebagai tanda jumlah hitungan.
d.   Counter point  : sebagai alat pengukur jumlah hitungan.
e.    Net gauge       : sebagai alat pengukur mata jaring.
f.     Buku Catatan  : untuk mencatat hasil pengamatan.
3.1.2 Alat Tangkap Pancing Ulur
Alat-alat yang digunakan untuk melakukan identifikasi payang antara lain:
a.    Roll meteran 3-5 meter               : untuk mengukur panjang tali pada alat tangkap.
b.    Jangka sorong (vernier calliper)  : untuk mengukur ketebalan tali pada alat tangkap.
c.    Buku Catatan                              : untuk mencatat hasil pengamatan.
3.1.3 Alat Tangkap Purse Seine
Alat-alat yang digunakan untuk melakukan identifikasi payang antara lain:
a.    Roll meteran 3-5 meter :untuk mengukur panjang tali pada alat tangkap.
b.    Jangka sorong (vernier calliper)  :untuk mengukur ketebalan tali pada alat tangkap.
c.    Counter point                : sebagai alat pengukur jumlah hitungan.
d.   Buku Catatan                : untuk mencatat hasil pengamatan.

3.2 METODE PENGAMBILAN DATA
3.2.1  Wawancara
Menurut Moleong (2004) dalam Ernams (2008), wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara, sebagai orang yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai, sebagai orang yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek penelitian. Dengan kemajuan teknologi informasi seperti saat ini, wawancara bisa saja dilakukan tanpa tatap muka, yakni melalui media telekomunikasi. Pada hakikatnya wawancara merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang sebuah isu atau tema yang diangkat dalam penelitian. Atau, merupakan proses pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang telah diperoleh lewat teknik yang lain sebelumnya. (Rahardjo, 2011)
3.2.2  Observasi
Menurut Rahardjo (2011), observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan menggunakan pancaindera, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu, dan perasaan emosi seseorang. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian.
Pada dasarnya observasi bertujuan untuk mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dan perspektif mereka terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut. Deskripsi harus kuat, faktual, sekaligus teliti tanpa harus dipenuhi berbagai hal yang tidak relevan (Rahayu dan Ardani, 2004 dalam Tarmudi, 2010).
3.2.3  Dokumentasi
Selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga bisa diperoleh lewat fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat, cenderamata, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data berupa dokumen seperti ini bisa dipakai untuk menggali infromasi yang terjadi di masa silam. Peneliti perlu memiliki kepekaan teoretik untuk memaknai semua dokumen tersebut sehingga tidak sekadar barang yang tidak bermakna (Rahardjo, 2011).
3.3 JENIS DATA
            Menurut Suryana (2010), data penelitian berdasarkan sumbernya dapat dikelompokkan dalam dua jenis yaitu data primer dan data sekunder.
1.    Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Untuk mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara langsung. Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer antara lain observasi, wawancara, diskusi terfokus (focus grup discussion – FGD) dan penyebaran kuesioner.
2.    Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro Pusat Statistik (BPS), buku, laporan, jurnal, dan lain-lain.
            Berdasarkan bentuk dan sifatnya, data penelitian dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu data kualitatif (yang berbentuk kata-kata/kalimat) dan data kuantitatif (yang berbentuk angka). Data kuantitatif dapat dikelompokkan berdasarkan cara mendapatkannya yaitu data diskrit dan data kontinum. Berdasarkan sifatnya, data kuantitatif terdiri atas data nominal, data ordinal, data interval dan data rasio.
1.    Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data misalnya wawancara, analisis dokumen, diskusi terfokus, atau observasi yang telah dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip). Bentuk lain data kualitatif adalah gambar yang diperoleh melalui pemotretan atau rekaman video.
2.     Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan. Sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis menggunakan teknik perhitungan matematika atau statistika.
Menurut jenis data dan analisisnya (Kamboja, 2010), penelitian dibedakan menjadi:
1.    Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang datanya adalah data kualitatif sehingga analisisnya juga analisis kualitatif (deskriptif). Data kualitatif adalah data dalam bentuk kata, kalimat, dan gambar. Data kualitatif dapat diubah menjadi data kuantitatif dengan jalan diskoring. Contoh data kualitatif adalah manis, pahit, rusak, gagal, baik sekali, balk, kurang balk, tidak balk, atau sangat setuju, setujuh, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju, selalu, sering, kadang-kadang, jarang, dan tidak pernah.
2.    Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang datanya adalah data kuantitatif sehingga analisis datanya menggunakan analisis kuantitatif (inferensi). Data kuantitatif adalah dalam bentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan seperti 1, 2, 3, 4, … dst, atau skor 5 = selalu, skor 4 = sering, skor 3 = kadang-kadang, skor 2 = jarang, dan skor 1 = tidak pernah. Data kuantitatif dibedakan menjadi data diskrit atau nominal dan data kontinum. Data nominal adalah data dalam bentuk kategori atau diskrit.
3.    Penelitian gabungan kualitatif dan kuantitatif adalah penelitian yang datanya terdiri clan data kualitatif dan data kuantitatif sehingga analisis datanya pun menggunakan analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif.


BAB IV
HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN

4.1       DATA HASIL PRAKTIKUM
Tabel 1.  Alat Tangkap Purse Seine
a. Tali-Temali Jaring
Nilon
1)   Tali Pelampung

a)      Diameter
10-12 mm
b)      Panjang
600 m


2) Tali-Ris Atas

a)      Diameter
2 mm
b)      Panjang
600 m


3) Tali Pemberat

a)      Diameter
8 mm
b)      Panjang
600   m


4)   Tali-Ris Bawah

a)      Diameter
2 mm
b)      Panjang
600 m




b. Pelampung dalam 1 unit
150
1)   Bahan
Gabus Campur Karet
2)   Bentuk
Ellips
3)   Ukuran per buah

a)      Diameter Lubang
18,6 mm
b)      Diameter (Tebal)
84,7 mm
c)      Panjang
130 mm
4)   Jarak antar Pelampung
7-8 cm
5)   Jumlah
900 buah




c. Pelampung tambahan dalam 1 unit/Pelampung tengah
Tidak ada
1)   Bahan
Gabus Campur Karet
2)   Bentuk
Ellips
3)   Ukuran per buah

a)      Diameter Lubang
13,1 mm
b)      Diameter (Tebal)
33 mm
c)      Panjang
160 mm
4)   Jarak antar Pelampung
52 cm




d. Pemberat pada jaring purse seine
Seluruh Pemberat 4 Kwintal 1 Pemberat 2 Ons
1)Bahan
Timah
2)Ukuran per buah

a)      Diameter Lubang
0,1 mm
b)      Diameter (Tebal)
0,1 mm
c)      Panjang
5.5 cm
d)     Berat
165 gram
3)Jarak antar Pemberat
8 cm
4)Jumlah
2000 buah


e.Jaring
Nilon
1)Penguat Atas

a)      Diameter Benang (untuk Monofilament)
0.2 mm
b)      Ukuran Mata Jaring (Mesh Size/MS)
120 mm
c)      Ukuran jarng

1)      Jumlah Mata-Jaring ke arah Panjang (Mesh Length/ML)
1000 #
2)      Jumlah Mata-Jaring ke arah Arah (Mesh Depth/MD)
4000#
2)Tubuh Jaring Lapis

a)      Bahan dan Diameter Benang ( untuk Monofilament)
9 mm
b)      Ukuran Mata Jaring (Mesh Size/MS)
5,8 mm
c)      Ukuran jarring

·         Jumlah Mata-Jaring ke arah Panjang (Mesh Length/ML)
1000 #
·         Jumlah Mata-Jaring ke arah Lebar (Mesh Depth/MD)
4000 #




f. Sarana Apung

1)Jenis
Kapal Motor
2)Nama dan Alamat

a)      Nama Kapal dan Tanda Selar
Mutiara, Bendera Merah Putih
b)      Nama Pemilik
Pak Rohman
c)      Alamat Pemilik
Dprigi Sumber Rt.06/Rw.10
d)     Nama Nahkoda
Pak Agus Salim
e)      Alamat Nahkoda
Desa Trenggalek
3)Bahan
Kayu
4)Ukuran

a)      Panjang
20 m
b)      Lebar
5 m
c)      Tinggi / Dalam
2,5 m
d)     Donase
16 Gross Tonnage

Trenggalek, 27 April 2013
Petugas Yang Memberi Keterangan



Rahman
Tabel 2.  Alat Tangkap Payang
a.
Tali-Temali Jaring

1
Tali Sayap Jaring


a)      Bahan
Arnet

b)      Diameter
4 mm

c)      Panjang
150 m
2
Tali Pada Mulut Payang


a)      Bahan
Arnet

b)      Diameter
4 mm

c)      Panjang
50 m



b.
Pelampung dalam 1 unit
14 buah
1
Bahan
Plastik
2
Bentuk
Bola
3
Ukuran perbuah


a)      Diameter Lubang
-

b)      Diameter (Tebal)
8 mm

c)      Panjang
8 mm

d)     Daya Apung
-

Jarak antar Pelampung
7 cm

Jumlah
14 buah



c.
Pelampung tambahan dalam 1 unit
1
1
Bahan
 Plastik
2
Bentuk
Silinder
3
Ukuran per buah


a)      Diameter Lubang

b)      Diameter (Tebal)
-

c)      Panjang
-
4
Jarak antar Pelampung
7 cm
5
Jumlah
1 buah



d.
Pemberat

1
Bahan
Batu
2
Bentuk
Bola
3
Ukuran per buah


a)      Diameter Lubang
20 mm

b)      Diameter (Tebar)
13 mm

c)      Panjang
13 cm

d)     Berat
2 kg
4
Jarak antar pemberat
7 m
5
Jumlah
24 buah



e.
Jaring

1
Jaring pada sayap


a)      Bahan
Monofilament

b)      Diameter Benang (Monofilament)
4 mm

c)      Ukuran Mata Jaring
30 cm

d)     Ukuran Jaring


(1)   Jumlah mata jarring ke arah panjang (ML)
200 #

(2)   Jumlah mata jarring ke arah panjang (MD)
15 #
2
Badan Jaring


a)      Diameter benang (untuk monofilament)
2 mm

b)      Ukuran Mata Jaring (MS)
1-2,5 mm

c)      Ukuran jarring
(1)   Jumlah Mata-Jaring kea rah Panjang (Mesh Length/ML)
2500 #

(2)   Jumlah mata jarring ke arah lebar (Mesh Depth/MD)
700 #
3
Kantong


a)      Bahan dan diameter benang (untuk monofilament)
Rafia atau Paralon

b)      Ukuran Mata Jaring (Mesh Size/Ms)
1-2,5 mm

c)      Ukuran jarring :


(1)   Jumlah mata jarring kearah panjang (Mesh Length/ML)
200 #

(2)   Jumlah Mata-Jaring ke arah lebar (Mesh Depth/MD)
100 #



f.
Sarana apung

1
Jenis
Kapal Motor
2
Nama dan alamat


a)      Nama Kapal dan Tanda Selar
Bintang Anugrah

b)      Nama Pemilik
Pak Dulbahri

c)      Nama Nahkoda
Pak Dulbahri
3
Bahan
Kayu
5
Ukuran


a)      Panjang
8 m

b)      Lebar
3 m

c)      Tinggi/Dalam
3,5 m

d)     Tonase
10 Gross Tonnag (GT)
5
Anak Buah Kapal (ABK/Nelayan)
9-10 Orang

Trenggalek, 27 April 2013
Petugas Yang Memberi Keterangan



Bapak Dul Bahri
Tabel 3.  Alat Tangkap Pancing
a.
Tali-Temali

1)
Tali Utama Pancing


     a) Bahan
Senar Merk Damil

     b) Diameter :
·         Choping
·         Umbaran
·         Rentak
·         Tonda
·         Layang-layang
·         Batu

1,3 mm
2,4 mm
1,4 mm
2,45 mm
2,45 mm
2,4 mm

     c) Panjang
·         Choping
·         Umbaran
·         Rentak
·         Tonda
·         Layang-layang
·         Batu

75 m
200 m
75 m
200 m
200 m
200 m
2)
Tali Cabang (Branch Line)


     a) Bahan
Senar Mark Damil

     b) Diameter
·         Choping
·         Umbaran
·         Rentak
·         Tonda
·         Layang-layang
·         Batu

1,5 mm
1,2 mm
1,4 mm
1,25 mm
1,2 mm
1,05 mm

     c) Panjang
·         Choping
·         Umbaran
·         Rentak
·         Tonda
·         Layang-layang
·         Batu

7 m
25 m
0,5 m
5 m
7 m
25 m



b.
Pemberat

1)
Bahan
Timah dan/atau Batu
2)
Ukuran per Buah


a)      Diameter (Tebar)
26,05 mm

b)      Panjang
14 m

c)      Berat
·      Choping
·      Umbaran
·      Rentak
·      Tonda
·      Layang-layang
·      Batu

0,5 kg
1 kg
2 kg
-
-
1 Kg
3)
Jumlah
·      Choping
·      Umbaran
·      Rentak
·      Tonda
·      Layang-layang
·      Batu

1
1
-
-
-
1

c.     Sarana Apung


1) Jenis
Kapal Motor

2) Nama dan Alamat


     a. Nama kapal dan tanda selar
Tirta Mina dan J107 No.502/PT

     b. Nama pemilik
Pak Agung

     c. Nama Nahkoda
Pak Taufiq

3) Bahan
Kayu

4) Ukuran


     a. Panjang
17 m

     b. Lebar
3,5 m

     c. Tinggi/ Dalam
1,5 m

     d. Tonase
5 Gross Tonnag (GT)

5) Anak Buah Kapal (ABK)/ Nelayan
5Orang

Trenggalek, 20 April 2013
Petugas Yang Memberi Keterangan



Suji
4.2   PEMBAHASAN
4.2.1 Alat tangkap dan Metode Penangkapan Ikan di PPN Prigi- Trenggalek
Pada pelaksanaan praktikum Metode Penangkapan Ikan yang dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Prigi, didapatkan hasil observasi sebagai berikut. Alat tangkap pancing yang secara umum digunakan oleh nelayan di Desa/Kelurahan Tasikmadu, Kecamatan Prigi, Kab.Trenggalek terdiri atas 6 jenis, diantaranya adalah pancing umbaran, pancing rentak, pancing layang-layang, pancing tonda, pancing choping dan pancing batu. Masing-masing alat tangkap tersebut digunakan sesuai dengan spesifikasi alat tangkap yang dipunyai oleh setiap pancing.
Metode penangkapan ikan yang digunakan adalah dengan metode penggiringan, dimana metode ini digunakan untuk memaksimalkan hasil tangkapan. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan menggunakan rumpon. Untuk penggunaan rumpon sendiri, disesuaikan dengan wilayah dari penangkaan tersebut, untuk selanjutnya rumpon diletakkan di daerah karang.Sedangkan untuk jarak pantai menuju ke fishing ground sekitar 70-175 mil.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pengoperasian pancing adalah arus, dimana saat nelayan memutuskan untuk setting alat tangkap, pergerakan arus harus diperhatikan, hal tersebut terkait dengan peletakan rumpon. Arus dapat membuat letak rumpon tergeser, sehingga rumpon dapat berpindah dari tempat penangkapan yang strategis menuju ke tempat yang kurang strategis, tanpa diketahui oleh para nelayan. Sehingga hal tersebut tentu saja dapat menimbulkan kerugian bagi nelayan.
Untuk pengoperasian pancing tonda sendiri mulai dioperasionalkan pukul 4 pagi sampai dengan pukul 6 pagi untuk jenis pancing rentaan. Pancing tonda terdiri atas 25-100 pancing. Dalam setiap pancing biasanya memang terdiri atas beberapa mata pancing hal ini sesuai dengan pernyataan Subanni dan Barus (1989)  dalam Aprilia (2011), pancing adalah salah satu alat tangkap yang terdiri dari dua komponen utama, yaitu tali (line) dan mata pancing (hook). Tali pancing dapat dibuat dari bahan benang katun, nilon, polyethylin dan plastik (senar). Mata pancing dibuat dari kawat baja, kuningan atau bahan lain yang tahan karat. Jumlah mata pancing yang terdapat pada setiap perangkat (satuan) pancing itu dapat tunggal maupun ganda (dua-tiga buah) bahkan banyak sekali (ratusan sampai ribuan) tergantung dari jenis pancingnya. Ukuran mata pancingnya bervariasi, disesuaikan dengan besar kecilnya ikan yang akan ditangkap (dipancing).
Sedangkan untuk pengoperasian pancing layang dilakukan dengan menggunakan metode ulur, pada pengoperaian dengan menggunakan pancing layang ini dilengkapi dengan penggunaan jurigen.Hal ini dimaksudkan untuk menyimpan umpan hidup berupa ikan tuna. Sehingga apabila umpan hidup diletakkan pada jurigen, diharapkan umpan dapat bertahan selam 1 – 1,5 jam.
Dilihat dari cara pengoperasiannya, pancing dapat dilabuh (pancing ladung, rawai biasa dan rawai cucut), ditarik di belakang perahu/kapal yang sedang dalam keadaan berjalan (trolling) baik menelusuri lapisan permukaan air, lapisan tengah (pancing cumi-cumi) maupun di dasar perairan (pancing garit) dan dihanyutkan (rawai tuna, tuna longline). Penangkapan dengan pancing dapat dilakukan baik pada siang maupun malam hari dan dapat digunakan sepanjang tahun tanpa mengenal musim (Subani & Barus, 1989 dalam Aprilia 2011).
4.2.2 Analisa Ekonomi
Salah satu yang dipertimbangkan dalam mengevaluasi suatu usaha adalah aspek finansial. Aspek finansial berkaitan dengan usaha mempertimbangkan modal usaha tersebut, dalam usaha perikanan Pancing Tonda di perairan Pulau Barang Cadi memerlukan biaya-biaya yang bervariasi baik itu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap dalam usaha perikanan Pancing Tonda yaitu biaya investasi yang nantinya akan mengalami penyusutan sehingga menjadi biaya penyusutan sedangkan biaya variabel terdiri dari biaya operasional dan biaya perawatan.
1.           Investasi
Modal investasi yang dimaksud dalam penelitian Pancing Tonda ialah seluruh biaya yang ditanamkan dalam pembuatan kapal, pembelian mesin, alat tangkap serta alat bantu penangkapan. Besarnya rata-rata biaya investasi yang ditanamkan pada usaha perikanan Pancing Tonda sebesar Rp.12.062.500 untuk perincian modal investasi satu unit pancing tonda.

2.      Biaya Tetap dan Biaya Variabel
Biaya tetap meliputi biaya penyusutan karena jumlahnya relatif tetap dan terus dikeluarkan meskipun jumlah produksi bertambah atau berkurang. Biaya penyusutan merupakan perbandingan antara nilai investasi dan lamanya alat digunakan. Besarnya biaya penyusutan tergantung pada nilai awal dan lama modal tetap (investasi) tersebut digunakan, atau dengan kata lain daya tahan alat dapat berkurang karena pengaruh umur ataupun karena pemakaian alat tersebut sehingga mempengaruhi nilai awal dari modal tetap yang akan menyusut selama pemakaian. Apabila nilai investasi tinggi sedangkan masa pemakaian singkat, maka biaya penyusutan relatif besar sebaliknya bila nilai investasi tidak terlalu tinggi dan masa pemakaian cukup lama, maka biaya penyusutan relatif lebih kecil.
Rata-rata biaya penyusutan usaha perikanan Pancing Tonda sebesar Rp. 1.516.000,-. Sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang tidak tetap jumlahnya karena dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah produksi yang diperoleh.Biaya variabel meliputi biaya perawatan dan biaya operasional.
Biaya perawatan diperlukan untuk memelihara kelangsungan kerja semua unit penangkapan agar penangkapan dapat dilakukan tanpa memenuhi hambatan apapun besarnya biaya perawatan tergantung pada keadaan kapal mesin ataupun alat tangkap pada unit usaha perikanan Pancing Tonda. Besarnya rata-rata biaya perawatan yang dikeluarkan sebesar Rp.984.400,-.
Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan aktivitas operasional penangkapan ikan.Komponen biaya operasional meliputi pembelian bahan bakar (bensin), konsumsi, rokok, dan oli. Besarnya biaya rata-rata operasional pertahun Pancing Tonda sebesarRp. 11.116.600,-.

Tabel 4. Biaya Operasional Per Tahun Pancing Tonda
Musim
Biaya Operasional
Puncak
3.559.700
Biasa
4.512.200
Paceklik
3.066.300
Total
11.138.200

Besarnya biaya variabel yang terdiri atas biaya perawatan dan biaya operasional. Rata-rata total biaya variabel pada usaha perikanan Pancing Tonda pertahun sebesar  Rp. 14.091.400,-.
Tabel 5. Biaya Variabel Per Tahun Pancing Tonda
Musim
Biaya Variabel
Puncak
4.544.100
   Biasa
5.496.600
Paceklik
4.050.700
Total
14.091.400

Total biaya yang dikeluarkan pada unit usaha perikanan Pancing Tonda diperairan Pulau Barrang Caddi diperoleh dengan menjumlahkan biaya variabel dengan biaya tetap sehingga diperoleh rata-rata total biaya pada usaha perikanan Pancing Tonda pertahun sebesar  Rp. 18.552.400,-
Tabel 6. Total Biaya Per Tahun Pancing Tonda
Musim
Total Biaya
Puncak
6060100
Biasa
7012600
Paceklik
5479700
Total
18.552.400


3.       Analisa Usaha
Berdasarkan data-data yang telah diperoleh pada perhitungan sebelumnya, maka dapat dilakukan analisis R/C yang dikemukakan oleh Soekartawi (1995) dalam Wulandari, 2007 yaitu perbandingan antara penerimaan total dengan biaya total, dimana bila nilai R/C=1, maka usaha bersifat tidak mendapatkan laba dan tidak pula mengalami kerugian. Jika R/C>1, maka hasil yang diperoleh lebih besar daripada biaya total sehingga usaha mendapatkan laba dan layak untuk dilaksanakan. Sedangkan jika R/C<1, maka hasil yang diperoleh lebih kecil daripada biaya total usaha, sehingga usaha mengalami kerugian dan tidak layak untuk dilaksanakan.Semakin tinggi R/C maka semakin tinggi prioritas yang dapat diberikan pada usaha tersebut.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terhadap unit usaha perikanan Pancing Tonda disekitar perairan pulau Barrang Caddi diketahui bahwa semua kapal yang menjadi objek penelitian baik itu pada musim puncak, biasa maupun paceklik dapat melanjutkan atau mengembangkan usahanya karena nilai R/C diatas 1 atau R/C>1 dimana pada musim puncak R/C sebesar 4.1, pada musim biasa sebesar R/C 2.9 dan pada musim paceklik R/C sebesar 1.2. Pada umumnya pengoperasian Pancing Tonda layak dan dapat melanjutkan usahanya ini dikarenakan R/C diatas 1 atau R/C>1 hal ini sesuai dengan penelitian Nurhadi (2002) dalam Wulandari, 2007 pengoperasian Pancing Tonda di perairan Banda Neira berdasarkan hasil analisa didapatkan bahwa R/C sebesar 1,12 (>1) maka dapat dikatakan usaha perikanan Pancing Tonda di perairan Banda Neira layak untuk dikembangkan.
4.      Pendapatan Keuntungan
Pendapatan usaha diperoleh dari total penjualan hasil tangkapan. Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa rata-rata pendapatan usaha perikanan Pancing Tonda pertahun sebesar  Rp. 33.450.160,-
Tabel 7. Pendapatan Per Tahun Pancing Tonda
Musim
Pendapatan keuntungan
Puncak
18.700.670
Biasa
13.583.310
Paceklik
1.166.180
Total
33.450.160

5.      Pay Back of Period (PBP)
Untuk analisis Pay Back of Period (PBP) pada Pancing Tonda dapat dilihat sebagai berikut:
                                       =   4.3 bulan
            Ini berarti bahwa investasi yang ditanamkan akan kembali setelah usaha tersebut berlangsung selama 4.3 bulan. Menurut Riyanto (1983) dalam Wulandari, 2007 Pay Back of Period (jangka waktu pengembalian) merupakan suatu periode yang diperlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran modal investasi dan semakin kecil nilai PBP maka usaha tersebut semakin layak.



BAB V
PENUTUP

5.1     KESIMPULAN
Dari praktikum Metode Penangkapan Ikan yang telah kami laksanakan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi, Trengggalek dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      Kegiatan penangkapan ikan merupakan salah satu dari bidang ilmu perikanan, yaitu perikanan tangkap. Kegiatan tersebut tidak lepas dari alat tangkap ikan serta kapal penangkapan ikan.
2.      Luas perairan pantai selatan Kabupaten Trenggalek termasuk perairan ZEE kurang lebih 17.000 km² dengan potensi lestari sebesar 48. 110 ton yang meliputi ikan pelagis dan ikan demersal.
3.      Metode yang digunakan dalam praktikum  Metode Penangkapan ikan adalah metode observasi, wawancara, dan dokumentasi.
4.      Ukuran setiap komponen pada setiap alat tangkap sangat menentukan hasil tangkapan yang akan diperoleh baik dari segi ukuran, jenis dan kandungan dari ikan.
5.      Ada tiga alat tangkap utama yang dioperasikan di PPN Prigi, yakni Purse Seine, Payang, dan Pancing. Dari ketiga alat yang sering digunakan di Prigi tersebut, alat yang paling banyak mendapatkan hasil adalah purse seine.
6.      Konstruksi purse seine adalah: bagian jaring (utama, kantong, sayap), selvedge, tali temali, pelampung, pemberat, cincin.
7.      Konstruksi utama payang adalah: tali temali, pelampung, pemberat, bagian jaring (sayap, badan, kantong), sarana apung.
8.      Konstruksi utama pancing adalah: tali temali yang berupa senar, pemberat, sarana apung.



5.2 SARAN
Dari segi peralatan, agar diperbanyak, agar antar kelompok dapat melakukan percobaan dengan peralatan yang diperuntukkan untuk kelompok itu sendiri. Untuk ke depannya lebih ditingkatkan lagi kedisiplinan waktu sehingga tidak ada waktu yang molor.



DAFTAR PUSTAKA

Ambar, 2004. Jurnal Analisis Tampilan Biologis Ikan Layang (Decapterus sp) Hasil Tangkapan Purse Seine yang didaratkan di PPN Pekalongan. Pekalongan
Amri, Khairul., Tadjuddah Muslim, dan Komala Ratna. 2009. Kajian Keramahan Lingkungan Alat Tangkap Menurut Klasifikasi Statistik Internasional Standar FAO. http://tadjuddahmuslim.wordpress.com/category/html. Diakses pada tanggal 6 Mei 2013 pukul 20.00 WIB.
Cahyono, Nugroho Ardi, 2011. Alat Tangkap Payang. http://perpustakaandinaskelautandanperikanan.blogspot.com. Diakses pada tanggal 06 Mei 2013 , 21:13 WIB
Diktat Manajemen Penangkapan Ikan. Payang. 2004. Hal. 33 – 44
Ernams. 2008. Teknik Wawancara. Tersedia pada http://ernams.wordpress.com . Diakses pada tanggal 06 Mei 2013 , 15:30 WIB
Fadel, 2011. Peraturan Menteri Perikanan dan Kelautan Republik Indonesia Nomor PER.02/MEN/2011
Fiqrin, 2008. Artikel Tentang Ikan: Purse Seine. http://fiqrin.wordpress.com/artikel-tentang-ikan/purse-seine/. Diakses pada tanggal 06 Mei 2013 , 21:09 WIB
Frezeries, 2009.Karakteristik Teknik Alat Tangkap Purse Seine. http://frezeries.blogspot.com/2009/11/karakteristik-teknis-alat-tangkap-purse.html. Diakses pada tanggal 06 Mei 2013 , 21:00 WIB
Hakim, Tegar. 2012. Definisi Pancing Tonda. http://tegarhakim.blogspot.com/definisi-pancing-tonda.html. Diakses pada tanggal 6 Mei 2013 pukul 20.00 WIB.
Handriana Jualina, 2007. Pengoperasian Pancing Tonda pada Rumpon di Selatan Perairan Teluk Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. (Skripsi). Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Institut Pertanian Bogor.
Hanggar,  2010. Deskripsi, Spesifikasi, Habitat, dan Distribusi Ikan Lemuru di Perairan Selatan Jawa. http://hanggarprasetio.wordpress.com/2010/05/30/deskripsi-spesifikasi-habitat-dan-distribusi-ikan-lemuru-di-perairan-selatan-jawa/. Diakses pada tanggal 06 Mei 2013 , 01:29 WIB
Herwindra, Intan. 2010. Analisis Hasil Tangkapan Payang di Perairan Kabupaten Kendal. http://pptawang-kendal.blogspot.com . Diakses pada tanggal 06 Mei 2012 , 21:08 WIB
Kepmen, 2010. Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Kep.06/Men/2010 Tentang Alat Penangkapan Ikan Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia. Menteri Kelautan Dan Perikanan R.I. Jakarta.
Lymer, David. 2009. The Fishing Fleet In Aceh Province, Indonesia. FAO Regional Office for Asia and The Pacific. Bangkok. Thailand. RAP Publication 2009/09, 39 pp.
Mous, Peter J. 1996. Resource Utilization In and Around Komodo National Park. YayasanPusaka Alam Nusantara. Jakarta
Mukhtar. 2008. Klasifikasi Alat Penangkapan Ikan. http://mukhtar-api.blogspot.com/2008/09/klasifikasi-alat-penangkapan-ikan.html. Diakses pada tanggal 6 Mei 2013 pukul 20.00 WIB.
Mukhlis, 2005. http://www.damandiri.or.id/file/mukhlisaipbbab4.pdf. Diakses pada tanggal 06 Mei 2012, 20:55 WIB
Muspirahdjalal, 2011. Ikan Layang (Decapteris ruselli). http://muspirahdjalal.blogspot.com/2011/11/ikan-layang-decapterus-russelli.html. Diakses pada tanggal 06 Mei 2012 , 00:28 WIB
Nautika, 2011. Rawai Tuna: Nautika Perikanan Laut. http://npl-vedca.blogspot.com/html. Diakses pada tanggal 6 Mei 2013 pukul 20.00 WIB.
Nugroho, Prasetyo. 2002. Pengaruh Perbedaan Ukuran Mata Pancing Terhadap hasil Tangkapan Pancing Tonda di Perairan Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi. Bogor : Institut Petanian Bogor, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.
Pelabuhan Ratu Wulan, 2011. Jurnal Penilaian Penggantian Unit Penangkapan Payang di PPN. Bogor
Pranoto,2012. Alat Penangkapan Ikan di WPP-NRI.  http://www.bppp-tegal.com/v1/index.php?option=com_content&view=article&id=159:alat-penangkapan-ikan-di-wpp-nri&catid=44:artikel&Itemid=85. Diakses pada tanggal 06 Mei 2013, 20:03 WIB
Rahardjo,Mudjia. 2011. Metode Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif. Tersedia pada http://mudjiarahardjo.uin-malang.ac.id. Diakses pada tanggal 06 Mei 2013 ,  19:30 WIB
Samsudin. 2011. Purse Seine. http://purseseine.blogspot.com/2011/02/purse-seine.html. Diakses pada 12 Mei 2013, 05:53 WIB
Satria, 2010. Pancing Dan Sejenisnya (Hook And Line And Their Kinds) Pancing Tonda. http://satriaafnan.blogspot.com/pancing-tonda-api.html. Diakses pada tanggal 06 Mei 2013 pukul 23.00 WIB
Scoriago, Dedy. 2012. Metode Penangkapan Ikan. http://dedyscoriago.blogspot.com/2012/09/metode-penangkapan-ikan.html. Diakses pada 12 Mei 2013, 08:44 WIB
Siska,  Aprilia.  2011. Trofik Level Hasil Tangkapan Berdasarkan Alat Tangkap Yang Digunakan Nelayan Di Bojonegara, Kabupaten Serang, Banten. Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Institut Pertanian Bogor.
Sudirman, 2004. Teknik Penangkapan Ikan. Rineka Cipta: Jakarta
Suryana, cahya. 2010. Data dan Jenis Data Penelitian. Tersedia pada http://csuryana.wordpress.com/2010/03/25/data-dan-jenis-data-penelitian./. Diakses pada tanggal 06Mei 2013,  19:35 WIB
Tarmudi. 2010. Pengertian Observasi. http://mastarmudi.blogspot.com/2010/07/pengertian-observasi.html. Diakses pada 13 Mei 2013, 06:22 WIB.
Wicaksono, 2009. Laporan Praktikum Biologi, Klasifikasi. http://asatrio.blogspot.com/2009/11/laporan-prakikum-biologi-klasifikasi.html. Diakses pada tanggal 06 Mei2012, 01:43 WIB
Widyastuti, Santi. 2001. Studi Perikanan Pancing Mili-Mili (Troll Lines) yang Berbasis di PPI Lempasing Bandar Lampung. Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Institut Pertanian Bogor.
Wulan, 2011. Jurnal Penilaian Penggantian Unit Penangkapan Payang di PPN Pelabuhan Ratu. Bogor
Wulandari, Desi, Nadjamuddin, P. Mahfud. 2011. Studi Kelayakan Usaha Penangkapan Ikan Cendro dengan Pancing Tonda di Perairan Pulau Barrang Caddi Sulawesi Selatan. http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/140.Diakses tanggal 4 Mei 2013, pukul 13.27 WIB.
Yusuf, Chandhika, Sugiyanta, dan Habibi Abdullah. 2011. Perikanan Kerapu Dan Kakap-Panduan penangkapan dan penanganan.Versi 1, Oktober 2011. WWF. Indonesia.
Zipcodezoo, 2012. Taxonomy. www.zipcodezoo.com. Diakses pada tanggal 06 Mei 2012 , 20:50 WIB