Jumat, 14 Maret 2014

SALJU DI PADANG MIMPI

Jalan ini jalan bersalju
Menghampar sejauh mata menerawang
menembus hingga horison di depan
Memutihkan mata dan juga jiwa
Silaukan karsa ciptakan maya
Dan ini adalah jalanku
                Jalanku berselimut salju
                yang nampak putih nan suci
                seakan tiada bernoda, namun dingin
                hingga membekukan mimpi dan asa,
                yang menggunung, menutupi jalanku
Jalanku tertutup salju
Tepat di ujung jemari kakiku
hingga tiada lagi langkah tersisa
hingga tak ada lagi ranah kering
untuk kaki ini berpijak
sebab salju menghalangi langkah
                Langkahku terhalang salju
                Menutup semua pilihan dan kemungkinan
                mengurung diri dalam dingin yang sunyi
kemana lagi ku ‘kan pergi?
ke arah mana langkah kugerakkan?
                Terkobar gurun api di kananku
                dan menggunung samudera di kiriku
                sementara tak ada langkah kembali,
tanah ini sekali pijak
yang lenyap setelah melangkah
                Dan aku terkurung di sini
                Di tengah padang yang telah berhujan salju ini
                yang ‘kan dilewati badai ini
                Sementara mimpi itu kian nampak di depan sana
                Di batas horison, di padang mimpi
Jejakku kian tertutup salju
Seiring ragaku diterpa kapas-kapas putih yang kaku
                Dan angin pun tak sanggup lagi berhembus
                ia membeku di ujung-ujung lembah
Aku sungguh terjebak di sini
Di tengah padang mimpi yang kuciptakan sendiri
Padang mimpi yang kukhayalkan tak akan pernah mati
tapi ternyata kini menjadi sunyi
karena salju berderai seperti tiada akan berhenti
                Salju turun di padang mimpiku
                Menutupi jalanku
                Menghalangi langkahku
                Membekukan kehidupanku
Lalu aku mendongak,
kuteriakkan  pada Yang Di Atas sana,
“Aku tak akan berhenti di sini!
Lihatlah, aku akan menerjang semua ini!
Aku tak butuh apapun di sini!
Ini duniaku! Ini padang mimpiku!”
                Dan aku pun berlari,
                terus berlari mengoyak timbunan salju
                menerjang danau beku yang memuakkan
Lalu aku berlari tiada lagi peduli
Istana mimpiku itu tak pernah ada, ia hanya fatamorgana
Begitu tersadar, aku telah beku terkubur salju

Tidak ada komentar:

Posting Komentar