SISTEM NAVIGASI KAPAL MINI PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN
PANTAI (PPP) TASIK AGUNG, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH
Internship Working Practice about Navigation System of Mini Purse Seine
Fishing Vessel in Tasik Agung Coastal Fishing Port (PPP), Rembang Regency,
Central Java
ABSTRAK
Alat tangkap mini
purse seine adalah alat tangkap yang paling banyak digunakan di PPP Tasik
Agung, yaitu salah satu pelabuhan di Kabupaten Rembang. Kabupaten Rembang memiliki
jumlah produksi perikanan tangkap terbesar di Jawa Tengah tahun 2008 – 2012.
Dalam setiap operasi penangkapan, kapal mini
purse seine melaksanakan kegiatan navigasi yaitu rangkaian kegiatan untuk
mengarahkan kapal dari satu tempat ke tempat lain melalui penentuan posisi dan penetapan
jalur pelayaran. Kegiatan ini sangat penting dilaksanakan agar diperoleh jalur
pelayaran yang aman dan ekonomis. Oleh karena itu untuk mengetahui dan
mempelajari sistem navigasi pada kapal mini
purse seine secara langsung di lapang, dilaksanakan praktek kerja di kantor
PPP Tasik Agung dan di kapal mini purse
seine KM. Karunia Illahi 7 dengan menggunakan metode partisipasi aktif,
observasi, dan wawancara. Dari hasil praktek kerja diketahui bahwa peralatan
navigasi yang digunakan adalah lampu navigasi, kompas, receiver GPS, fishfinder,
dan radio SSB. Kegiatan navigasi yang dilakukan adalah menentukan arah gerak
kapal sejak pemberangkatan, perpindahan lokasi tangkapan, hingga pelayaran
kembali ke pelabuhan dengan berpedoman pada GPS sebagai alat navigasi utama.
Selain itu juga dilaksanakan komunikasi dengan nelayan lain melalui radio SSB
untuk memperoleh informasi lokasi tangkapan terbaik. Adapun jenis ikan yang
tertangkap adalah Layang (Decapterus
sp.) sebagai tangkapan utama, serta Selar (Selaroides
leptolepis), Tongkol (Auxis sp.),
Tengiri (Scomberomous lineatus),
Layur (Trichiurus lepturus), dan
Cumi-cumi (Loligo sp.) sebagai
tangkapan by-catch.
Kata Kunci: Sistem Navigasi, Kapal Mini Purse Seine, PPP Tasik Agung
ABSTRACT
Mini purse seine is the
most used fishing tools in PPP Tasik Agung, which is one of fishing ports in
Rembang Regency. Rembang Regency has the biggest total production of catching fisheries
in Central Java at 2008 – 2012. In every catching operation, mini purse seine
vessel do navigation activities which are series of activities to direct ship
from one place to another place by position and fairway determination. The activites
are very important to done so the ship will get safe and economical fairway. Therefore,
to understand and learn about navigation system in mini purse seine vessel
directly in field, the working practice is done in the Offfice of PPP Tasik
Agung and in mini purse seine vessel, KM. Karunia Illahi 7, by active
participation, observation, and interview method. From the result, we know that
the vessel use navigation lamp, compass, GPS receiver, fishfinder, and radio SSB
as navigational aids. The navigation activities on the vessel are determaining
the direction of vessel from departure, movement of operation site, until
returning to the fishing port which is guided by GPS as main navigational aids
and communicate with other fishermen to get information about the best
operation site. The fish species of obtaining yield are Layang (Decapterus sp.) as main catch, along with Selar (Selaroides leptolepis)Tongkol (Auxis sp.), Tengiri (Scomberomous lineatus), Layur (Trichiurus lepturus),
and Squid (Loligo sp.) as by-catch.
Keywords: Navigation System, Mini Purse Seine Fishing Vessel, PPP Tasik Agung
A. PENDAHULUAN
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tasik
Agung merupakan salah satu pelabuhan di Kabupaten Rembang, yaitu kabupaten
dengan jumlah produksi perikanan tangkap terbesar di Provinsi Jawa Tengah dibandingkan
dengan kabupaten lainnya, yaitu rata-rata dari tahun 2008 – 2012 sebesar 47.012
ton/tahun berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa
Tengah tahun 2014 (Bayyinah, et al. 2014).
Menurut Nugraha, et al (2014) alat
tangkap yang ada di PPP Tasik Agung, Rembang adalah purse seine, mini purse seine,
cantrang dan bottom long line. Alat
tangkap mini purse seine merupakan
alat tangkap dominan yang digunakan dengan jumlah 477 unit yang terbagi dalam
dua kelas ukuran kapal, yaitu 424 unit pada kapal berukuran 21 – 30 GT dan 53
unit pada kapal berukuran 11 – 20 GT.
Dalam setiap operasi penangkapan, kapal mini purse seine menerapkan sistem
navigasi yaitu kegiatan untuk mempelajari dan menetapkan jalur yang akan
ditempuh kapal serta mengarahkan kapal dari satu tempat ke tempat lain melalui
penentuan posisi kapal. Menurut Anggrahini (2012) dalam Wahab (2014), navigasi dapat diartikan sebagai pengetahuan
sekaligus seni memindahkan kapal dari satu tempat ke tempat lain di muka bumi
sesuai rencana. Kegiatan navigasi pada kapal penangkap ikan antara lain
penetapan rencana operasi, penentuan rute atau jalur ke daerah penangkapan,
penetapan lokasi dan pelaksanaan operasi penangkapan, penentuan rute kembali,
dan pembuatan laporan kegiatan atau pencatatan log book. Apabila rangkaian kegiatan navigasi tersebut dilaksanakan
dengan tepat dan efisien maka akan diperoleh jalur pelayaran yang aman dan
hasil tangkapan yang optimal dengan biaya operasional yang ekonomis. Hal ini
dikarenakan jalur pelayaran sangat dipengaruhi oleh kondisi laut. Sebagai
contoh, kondisi arus, angin, dan ombak dapat mempengaruhi cepat lambatnya waktu
pelayaran. Di sisi lain, waktu pelayaran juga akan mempengaruhi konsumsi bahan
bakar dan biaya perawatan kapal yang selanjutnya akan mempengaruhi biaya
operasional kapal.
Oleh karena itu, untuk mengetahui secara langsung di
lapangan mengenai bagaimana sistem navigasi dilaksanakan di kapal penangkap
ikan, penulis melaksanakan Praktek Kerja Magang di Pelabuhan Pendaratan Pantai
(PPP) Tasik Agung, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah dengan mengikuti kegiatan
operasi penangkapan ikan kapal mini purse
seine.
B. METODE PRAKTEK KERJA MAGANG
Pelaksanaan Praktek Kerja
Magang di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tasik Agung, Rembang dilakukan dalam
dua jenis kegiatan, yaitu kegiatan di kantor pelabuhan dan kegiatan di lapang.
1. Kegiatan di Kantor Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tasik Agung
Kegiatan Praktek Kerja
Magang di Kantor PPP Tasik Agung, Rembang dilaksanakan selama 12 hari dengan
waktu 9 jam per hari, yaitu dari pukul 07:00 – 16:00. Metode pelaksanaan yang
diterapkan adalah pertisipasi aktif, observasi, dan wawancara.
Metode partisipasi aktif
untuk kegiatan Praktek Kerja Magang di kantor pelabuhan dilaksanakan dengan
membantu dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di kantor pelabuhan. Sedangkan
metode observasi dilaksanakan untuk menghimpun data-data penunjang dengan obyek
observasi berupa kondisi fisik pelabuhan dan lingkungan di sekitarnya, kegiatan
perikanan yang ada di TPI dan sekitar pelabuhan, dan kapal-kapal yang berlabuh
di Pelabuhan Tasik Agung, terutama kapal mini
purse seine.
Metode wawancara dilakukan untuk
memperjelas ataupun menambah informasi yang telah diperoleh melalui metode
partisipasi aktif dan observasi. Pihak-pihak yang menjadi narasumber dalam
metode ini antara lain pegawai pelabuhan, nelayan, dan petugas di TPI. Selain
itu, wawancara juga dilakukan dengan pembimbing lapang melalui forum sharing
dan diskusi.
2. Kegiatan di Lapang
Kegiatan Praktikum Kerja
Magang yang dilaksanakan di lapang merupakan rangkaian kegiatan melaut yang
dilakukan sebanyak 11 hari, yaitu 2 hari untuk persiapan dan 2 hari untuk
kegiatan pasca melaut selama 8 jam per hari (08:00 – 16:00) serta 7 hari untuk
kegiatan melaut itu sendiri yang dilaksanakan dalam waktu 24 jam per hari. Seperti
halnya kegiatan di kantor pelabuhan, kegiatan di lapang juga menerapkan metode
partisipasi aktif, observasi, dan wawancara.
Metode partisipasi aktif
untuk kegiatan Praktek Kerja Magang di lapang dilaksanakan dengan mengikuti
kegiatan awak kapal berkaitan dengan navigasi kapal, seperti persiapan untuk
keperluan navigasi sebelum pemberangkatan kapal, penentuan lokasi penangkapan
yang akan dituju, pelaksanaan kegiatan navigasi selama kapal berlayar,
pengoperasian alat-alat navigasi, serta pencatatan laporan (log book) kegiatan.
Tahap observasi dilakukan
bersamaan dengan pelaksanaan partisipasi aktif. Hal-hal yang menjadi objek
observasi antara lain kondisi kapal dan alat tangkap secara umum, kegiatan
navigasi di kapal mini purse seine
beserta urutan kerjanya, cara penggunaan dan perawatan alat-alat navigasi,
serta jenis dan jumlah hasil tangkapan yang diperoleh.
Sedangkan metode wawancara dilakukan
untuk memperjelas informasi maupun untuk mendapatkan data atau informasi yang
belum diperoleh dari kegiatan partisipasi aktif dan observasi. Metode wawancara
dilaksanakan melalui sesi tanya jawab dengan kapten kapal, nakhoda, dan awak
kapal lainnya.
C. HASIL PRAKTEK KERJA MAGANG
1. Kondisi Pelabuhan
PPP Tasik Agung, Rembang merupakan hasil peningkatan
status dari Pangkalan Pendaratan Ikan Tasik Agung, Rembang, sesuai Keputusan
Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor 12/MEN/2004 tentang Peningkatan Status
Pangkalan Pendaratan Ikan menjadi Pelabuhan Perikanan Pantai pada Provinsi Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung.
Kawasan PPP Tasik Agung sendiri terletak di Desa
Tasikagung, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah pada
koordinat 6° 30’ - 7° 30’ LS dan 111° 00’ - 111° 30’ BT. Sedangkan kantor
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tasik Agung, Rembang terletak pada alamat Jl.
Dorang, No. 2, Desa Tasik Agung, Kabupaten Rembang pada titik koordinat 6° 42'
13” LS dan 111° 20' 14" BT. Secara geografis, wilayah PPP Tasik Agung,
Rembang berbatasan dengan:
·
Sebelah Utara: Laut Jawa
·
Sebelah Timur: Taman Wisata Dampo Awang Beach
·
Sebelah Barat: Sungai Karanggenen
·
Sebelah Selatan: Permukiman Warga Desa Sumberejo
Secara struktural, PPP Tasik Agung, Rembang dipimpin oleh
seorang Kepala Pelabuhan yang langsung membawahi Kepala Sub-Bagian Tata Usaha, Kepala
Seksi Tata Pelayanan dan Kesyahbandaran, Kepala Seksi Tata Pengusahaan, dan Kelompok
Jabatan Fungsional. Pegawai di Kantor PPP Tasik Agung, Rembang yang termasuk
dalam Kelompok Jabatan Fungsional berjumlah 10 orang, yaitu 4 orang PNS, 2
tenaga kontrak, dan 4 tenaga honorer.
PPP
Tasik Agung, Rembang memiliki fasilitas pelabuhan yang digolongkan dalam 3
kelompok, yaitu fasilitas pokok, fasilitas fungsional, dan fasilitas penunjang.
Fasilitas Pokok yang terdapat di PPP Tasik Agung, Rembang adalah tanah
pelabuhan, dermaga/jetty, kolam pelabuhan, turap, jalan komplek, dan drainase. Adapun
fasilitas fungsional di PPP Tasik Agung pada umumnya merupakan sarana dan
prasarana untuk menunjang kegiatan penangkapan, seperti kantor PPP Tasik Agung,
kompleks kantor pengawasan dan keamanan, Tempat Pelelangan Ikan (TPI), gedung Cold Storage, Stasiun Pengisian Bahan
Bakar untuk Nelayan (SPBN), instalasi listrik, dan sarana transportasi. Fasilitas
penunjang yang dimiliki PPP Tasik Agung adalah gedung Paguyuban Nelayan Mina
Barokah, gedung Pelayanan Terpadu yang digunakan untuk pelayanan SLO, SPB, POL
AIR, TNI AL, dan perhubungan laut, gedung pertokoan, warung makan, MCK, dan Mushola.
2. Kondisi Umum Kapal dan Alat Tangkap
Kapal mini purse
seine yang digunakan untuk kegiatan Praktek Kerja Magang di lapang adalah
Kapal Motor (KM) Karunia Illahi 7 dengan pemilik Bapak H. Munaji dan di bawah
tanggung jawab (kewenangan) Bapak Sopyan yang juga menjadi nakhoda kapal. Secara
konstruksi, KM. Karunia Illahi 7 berbahan dasar kayu dengan ukuran bangunan
16,08 × 5,52 × 1,75 m. Kapal ini memiliki berat kotor (Gross Tonnage) sebesar 27 GT, sedangkan muatan bersihnya (Netto Tonnage) adalah 9 NT. Dari segi
tenaga penggerak, KM. Karunia Illahi 7 dilengkapi dengan dua mesin yaitu
Mitsubishi Fuso 6D14 berkekuatan 135 PK dan Mitsubishi PS 4D33 berkekuatan 120
PK.
Sedangkan alat tangkap yang digunakan adalah mini purse seine dengan konstruksi dan
ukuran sebagai berikut:
·
Kantong: panjang 60 m lebar 40 m, ukuran mesh size 2,54 cm.
·
Badan: panjang 80 m pada setiap sisi kantong, lebar 40 m
pada sisi kantong dan semakin pendek ke arah sayap sampai 35 m, mesh size 2,54
cm – 3,81 cm.
·
Sayap: panjang 80 m per bagian sisi, lebar 35 m di bagian
dekat badan dan semakin pendek ke bagian tepi hingga 30 m, mesh size 3,81 cm.
·
Pelampung: berjumlah 1500 buah, diameter 150 mm, panjang 20
cm, terbuat dari syntetic fiber.
·
Cincin: berbentuk lingkaran, diameter 200 mm, berjumlah
80 buah, berbahan dasar timah, berat ± 1 kg per cicin.
·
Pemberat: diameter 9,5 mm, panjang 5,5 cm, berat 400 gr
per buah.
·
Tali Pelampung: panjang 360 m, diameter 10 mm, bahan
dasar PE.
·
Tali Ris Atas: panjang 360 m, diameter 10 mm, dari bahan
PE.
·
Tali Pemberat: panjang 360 m, diameter 10 mm, dari bahan
PE.
·
Tali Cincin: panjang 380 m, diameter 15 mm, dari bahan
PE.
·
Tali Kolor: panjang 510 m berbahan dasar PE.
3. Peralatan Navigasi Kapal Mini Purse Seine
a. Lampu navigasi
Lampu
navigasi adalah lampu yang dipasang di kapal saat berlayar untuk mengetahui
arah, jenis dan ukuran kapal. Lampu navigasi tidak berfungsi secara langsung
terhadap operasi penangkapan, tetapi keberadaannya sangat penting untuk
menunjukkan status kapal terutama berkaitan dengan faktor keselamatan. Hal ini
disebabkan lampu navigasi digunakan sebagai alat komunikasi antar kapal atau
antara kapal dengan pihak pelabuhan. Lampu navigasi pada KM. Karunia Illahi 7
berupa lampu LED yang berjumlah 2 buah (masing-masing 24 Watt), yaitu lampu
berwarna hijau yang dipasang di sisi kanan atas dek sebelah depan, dan lampu
berwarna merah yang dipasang di sisi kiri atas dek sebelah depan.
b. Kompas
Kompas merupakan alat navigasi dasar yang digunakan untuk
menentukan arah mata angin atau arah pelayaran pada kapal. Pada pelayaran yang
dilakukan saat Praktek Kerja Magang, kompas disimpan oleh nakhoda kapal pada
tempat penyimpanan di dalam dek dengan dibalut kain untuk mencegah pengaruh
medan magnet. Nakhoda kapal menyebutkan bahwa kompas akan digunakan apabila
alat Global Positioning System (GPS)
mengalami gangguan, kerusakan, atau mati sehingga tidak bisa digunakan. Menurut
nakhoda kapal, kompas selalu digunakan pada pelayaran di masa dahulu sebelum
GPS digunakan secara umum oleh para nelayan.
Pelayaran
dengan menggunakan kompas dinilai sulit dan beresiko tinggi. Sebab nelayan
hanya berpatokan pada titik pemberangkatan, titik operasi penangkapan (fishing ground), dan titik pendaratan
ikan. Pada saat nelayan masih menggunakan kompas sebagai satu-satunya alat
navigasi utama, lokasi penangkapan (fishing
ground) adalah berupa rumpon yang telah dipasang sebelumnya. Sehingga
nakhoda harus pandai menentukan arah pelayaran hanya berdasarkan informasi
lokasi rumpon tersebut, titik pemberangkatan dan titik pendaratan, kondisi
perairan terutama arah arus dan arah angin, serta pengalaman nakhoda itu
sendiri.
c. Global Positioning System (GPS)
Global Positioning System (GPS) merupakan sebuah
sistem untuk menentukan posisi suatu obyek atau tempat di permukaan bumi dengan
bantuan satelit. Alat yang dipasang di kapal termasuk ke dalam segmen penerima
atau receiver yang berfungsi menerima
dan memproses data dari satelit untuk menghasilkan informasi yang diperlukan
pengguna. Receiver pada KM. Karunia
Illahi 7 adalah tipe GARMIN GPS 128i dengan dimensi 13,4 × 12,5 × 6,1 cm, berat
454 gram, lebar layar 10,8 cm (diagonal), dapat bekerja pada rentang temperatur
-15°C – 70°C. Sumber tenaga yang digunakan adalah 10 – 40 vDC dengan pemakaian
tenaga 2 watt maksimum pada 10 vDC.
Untuk
menjaga GPS agar berfungsi secara optimal dan bisa digunakan dalam jangka waktu
yang lama, GPS pada KM. Karunia Illahi 7 disimpan pada kotak kayu yang
diletakkan di depan kemudi. Penempatan tersebut diterapkan untuk mempermudah
juru mudi dalam mengemudikan kapal maupun mengoperasikan GPS. Apabila GPS tidak
berfungsi, rusak, ataupun mati maka kompas akan dipergunakan kembali sebagai
penunjuk arah pelayaran. GPS pada KM. Karunia Illahi 7 juga dilengkapi dengan
sebuah antena yang dipasang di atas dek kapal, berdampingan dengan antena
radio. Penempatan GPS dan antena GPS pada KM. Karunia Illahi 7 dapat dilihat
pada gambar 2.
d. Fishfinder
Fishfinder merupakan alat bantu
dalam operasi penangkapan ikan yang bekerja dengan metode akustik (melepaskan
gelombang suara dan menerima kembali gelombang yang dipantulkan). Pada kapal
perikanan, fishfinder digunakan untuk
mengetahui posisi gerombolan ikan dan kondisi di bawah permukaan perairan. Fishfinder dilengkapi dengan transducer sebagai penghasil dan
penerima gelombang suara. Fishfinder yang digunakan pada KM. Karunia Illahi 7
adalah GARMIN FISHFINDER 350C yang memiliki ukuran 15,2 × 15,0 × 4,6 cm, dengan
berat 499 gram, lebar layar 12,7 cm (diagonal). Frekuensi yang digunakan adalah
200/77 kHz dengan sumber tenaga: 10 – 28 V. Bekerja pada kedalaman maksimum
457,2 m di air tawar dan 182,9 m di air laut (tergantung jenis dasar dan
kondisi perairan lainnya) dengan sudut gelombang: 60° atau 120° (dual beam).
Fishfinder pada KM. Karunia Illahi 7 tidak
dipergunakan secara maksimal, yaitu hanya untuk mengetahui kondisi dasar
perairan setelah kapal tiba di lokasi penangkapan. Informasi tersebut digunakan
sebagai bahan pertimbangan untuk memutuskan lokasi penangkapan yaitu apabila
dasar perairan diketahui terdapat bangkai kapal atau karang maka lokasi akan
dipindah. Fishfinder tidak digunakan
untuk mencari gerombolan ikan karena menurut nakhoda kapal beberapa benda asing
seperti sampah plastik dapat terdeteksi sebagai ikan. Fishfinder diletakkan di samping kiri kemudi secara terbuka tanpa
ada pelindung. Sedangkan transducer
dipasang pada tongkat di bagian buritan. Sebelum fishfinder dinyalakan, tongkat yang dipasangi transducer akan diturunkan dengan posisi sedemikian rupa hingga
transducer berada di bawah air dengan posisi tegak lurus. Sedangkan sesudah fishfinder dimatikan, tongkat transducer
akan diangkat dan dipasang mendatar.
e. Radio SSB
Radio SSB merupakan radio komunikasi dua arah yang
digunakan nelayan di atas kapal untuk saling berkomunikasi baik antar kapal
maupun antara kapal dengan pihak pelabuhan. Nelayan menyebutkan radio SSB
sebagai radio orari. Radio SSB yang digunakan pada KM. Karunia Illahi 7 adalah
Icom IC-M78 yang memiliki ukuran dimensi 24,0 × 9,5 × 23,9 cm dengan berat 3,8
kg dan bekerja dengan sumber tenaga 12 VDC pada 20 A. Radio ini bekerja pada
frekuensi 30 kHz – 30 MHz (penerima) dan 1,6 – 30 MHz (pemancar) dan dilengkapi
dengan hand mic HM-36.
Gambar 8. Radio SSB dan Tempat Penyimpanannya.
(Dokumentasi PKM, 2015).
Radio pada KM. Karunia Illahi 7 pada dasarnya tidak
digunakan pada kegiatan navigasi secara langsung, tetapi memiliki fungsi yang
sangat penting yaitu untuk mencari dan berbagi informasi mengenai lokasi fisihing ground yang menghasilkan
tangkapan terbanyak. Hal ini disebabkan nelayan mini purse seine di Kabupaten Rembang tidak memiliki informasi
lokasi tangkapan terbaik yang pasti.
Selain
untuk berbagi informasi lokasi tangkapan, radio juga digunakan untuk berbagi
informasi kondisi keselamatan kapal dan ABK, seperti kerusakan kapal ataupun
ABK yang sakit. Adapun penyimpanan radio agar tidak rusak dan bisa digunakan
secara optimal maka radio ditempatkan pada kotak kayu yang dipasang di atas
kemudi dan diusahakan agar terhindar dari air.
4. Macam-macam Kegiatan Navigasi
a. Menentukan arah gerak kapal
Menentukan arah gerak kapal merupakan kegiatan utama
dalam setiap pelayaran kapal berupa penentuan lokasi yang akan dituju,
pemilihan jalur pelayaran dan pengarahan kapal melalui jalur yang dipilih
tersebut. Pada KM. Karunia Illahi 7, penentuan lokasi tujuan dilakukan dengan
menggunakan GPS. Informasi mengenai lokasi tujuan yang berupa titik koordinat
tersebut selanjutnya dijadikan bahan pertimbangan bagi nakhoda untuk menentukan
jalur pelayaran dan arah pergerakan kapal. Saat Praktek Kerja Magang
dilaksanakan, pergerakan dan perpindahan lokasi pada KM. Karunia Illahi 7 dari
tempat pemberangkatan hingga tempat pendaratan adalah:
1)
Minggu, 02 Agustus 2015
·
Pukul 10:40 WIB kapal bertolak dari Dermaga Bonang di
titik 6° 39,377’ LS dan 111° 28,012’ BT.
2)
Senin, 03 Agustus 2015
·
Pukul 14:40 WIB kapal tiba di Fishing Ground 1 yaitu pada titik 4° 42,679’ LS dan 112° 57,554’ BT
3)
Selasa, 04 Agustus 2015
·
Pukul 04:30 – 06:00 WIB operasi penangkapan dilakukan dan
diperoleh hasil tangkapan ± ¼ palka.
·
Pukul 14:50 WIB kapal pindah ke lokasi Fishing Ground 2 yaitu pada titik 4°
43,453’ LS dan 112° 37,451’ BT.
·
Pukul 18:05 WIB kapal tiba di lokasi Fishing Ground 2.
4)
Rabu, 05 Agustus 2015
·
Pukul 04:00 – 05:30 WIB operasi penangkapan dilakukan dan
diperoleh hasil tangkapan ± ¾ palka.
·
Pukul 06:10 kapal pindah ke lokasi Fishing Ground 3 yaitu pada titik 4° 42,688’ LS dan 112° 21,702’
BT.
·
Pukul 09:20 kapal tiba di lokasi Fishing Ground 3.
5)
Kamis, 06 Agustus 2015
·
Pukul 04:15 – 05:30 WIB operasi penangkapan dilakukan dan
diperoleh hasil tangkapan sebanyak ± 2,5 palka.
·
Pukul 05:30 WIB kapal bergeser ke lokasi Fishing Ground 4 yaitu pada titik 4°
42,882’ LS dan 112° 20,437’ BT.
·
Pukul 10:00 WIB kapal tiba di lokasi Fishing Ground 4.
6)
Jumat, 07 Agustus 2015
·
Pukul 04:15 – 05:40 WIB operasi penangkapan dilakukan dan
diperoleh hasil tangkapan ± 1 palka.
·
Pukul 06:00 WIB kapal diarahkan kembali ke pelabuhan
yaitu pada titik 6° 41,805’ LS dan 111° 20,302’ BT.
7)
Sabtu, 08 Agustus 2015
·
Pukul 02:15 WIB kapal tiba di PPP Tasik Agung, Rembang.
Dalam
upaya pengarahan kapal tersebut, nakhoda atau juru mudi memiliki teknik
tersendiri untuk menentukan arah gerak kapal berdasarkan pengalaman yang
dimiliki dengan mempertimbangkan kondisi perairan. Sebagai contoh, secara
sederhana apabila titik yang akan dituju berada pada arah Timur Laut sedangkan
arus laut dan angin dari arah Timur maka kapal akan diarahkan ke Timur Timur
Laut.
b. Mengoperasikan GPS
GPS digunakan pada sebagian besar kegiatan navigasi di
kapal sehingga memiliki fungsi yang sangat penting, karena menjadi pengganti
kompas sebagai alat navigasi utama. Pengoperasian GPS yang berkaitan dengan
kegiatan navigasi adalah mengarahkan kapal menuju titik yang sudah ditandai (waypoint), mengetahui atau memastikan
koordinat posisi kapal, dan menandai atau menyimpan data titik koordinat suatu
posisi.
Pengoperasian GPS untuk penentuan arah gerak dilakukan
pada setiap pergerakan kapal. Sebagian besar lokasi yang dituju KM. Karunia
Illahi 7 merupakan lokasi yang pernah dikunjungi kapal sehingga informasi titik
koordinatnya sudah tersimpan di GPS. Cara pengoperasian GPS untuk mengarahkan
kapal menuju titik yang tersimpan (waypoint)
adalah:
1)
Tekan tombol bergambar lampu untuk menyalakan GPS lalu
tekan tombol GOTO pada GPS.
2)
Halaman GOTO Waypoint akan muncul menunjukkan
semua titik (waypoint) yang tersimpan
dengan berurutan sesuai alfabet.
3)
Tekan tombol arah atas atau bawah untuk memilih waypoint yang diinginkan.
4)
Tekan tombol ENTER
untuk mengkonfirmasi pilihan.
5)
Tekan tombol PAGE untuk
menampilkan halaman Graphic Highway
lalu tekan tombol ENTER lagi sebanyak
dua kali untuk masuk ke tampilan kompas.
Pengoperasian GPS untuk mengetahui atau memastikan posisi
kapal dilaksanakan sesudah kapal tiba di lokasi tujuan. Kegiatan ini dilakukan
oleh juru mudi dengan mengubah tampilan GPS dari tampilan kompas menjadi
tampilan Position Page. Cara mengubah
tampilan GPS tersebut adalah:
1)
Dari tampilan kompas, tekan tombol ENTER sebanyak dua kali hingga muncul tampilan Graphic Highway.
2)
Tekan tombol QUIT,
akan muncul tampilan peta (Map), lalu
tekan tombol QUIT lagi sehingga akan
muncul tampilan Position Page.
Apabila sebuah lokasi baru yang belum pernah dikunjungi
sebelumnya menjadi lokasi tujuan kapal, maka juru mudi akan menggunakan waypoint (titik yang tersimpan) yang
terdekat dengan lokasi tujuan sebagai titik panduan. Selanjutnya, informasi
titik koordinat lokasi tersebut disimpan atau di tandai pada GPS. Cara menandai
posisi pada GPS adalah:
1)
Pada kondisi GPS menyala, tekan tombol MARK.
2)
Tekan tombol arah bawah untuk berpindah dari bagian ‘SAVE?’ menuju ke bagian penamaan.
3)
Tekan ENTER
untuk menghapus nama waypoint bawaan.
4)
Tekan dan tahan tombol arah atas untuk memilih huruf
alfabet sebagai nama waypoint yang
diinginkan. Tekan tombol arah ke samping untuk berpindah posisi karakter.
5)
Tekan ENTER
untuk mengakhiri proses memasukkan nama waypoint.
6)
Data titik koordinat posisi akan tersimpan dengan nama
sesuai yang dimasukkan.
c. Berkomunikasi dengan nelayan lain
Kegiatan
berkomunikasi dengan nelayan lain dilakukan oleh juru mudi sesudah operasi
penangkapan selesai dengan menggunakan radio SSB. Tujuan dari komunikasi
tersebut adalah untuk berbagi dan mencari informasi mengenai lokasi yang
menghasilkan banyak ikan tangkapan. Sesudah informasi lokasi tangkapan
diperoleh, selanjutnya kapal diarahkan menuju titik tersebut.
d. Mengoperasikan fishfinder
Ketika
kapal tiba pertama kali di Fishing Ground,
juru mudi akan menyalakan fishfinder
untuk mengetahui kondisi perairan. Tongkat transducer
pada buritan diturunkan dan diposisikan secara tegak lurus sehingga transducer berada di bawah air kemudian
dipasang pasak agar posisinya tidak berubah-ubah. Fishfinder akan dinyalakan hingga operasi penangkapan selesai
dilakukan. Fishfinder ini hanya
digunakan untuk mengetahui kondisi perairan seperti kedalaman dan kontur dasar.
Informasi tersebut selanjutnya menjadi bahan pertimbangan bagi nakhoda untuk
memutuskan lokasi penangkapan yaitu apabila dasar perairan diketahui terdapat
bangkai kapal atau karang maka lokasi akan dipindah.
5. Rangkaian Kegiatan Navigasi
Rangkaian kegiatan navigasi pada KM. Karunia Illahi 7 dilaksanakan
mulai dari persiapan di tempat pemberangkatan hingga pembongkaran hasil
tangkapan di tempat pendaratan.
a) Persiapan dan perbekalan
Sebelum kapal berlayar untuk melakukan operasi
penangkapan, nelayan mini purse seine
akan melakukan persiapan baik administrasi maupun fisik. Persiapan administrasi
yang dilakukan adalah pengurusan Surat Persetujuan Berlayar (SPB) ke kantor
pelabuhan. Sedangkan persiapan secara fisik dilakukan dengan menyiapkan
perbekalan kapal. Kedua persiapan tersebut dilakukan sehari sebelum
pemberangkatan. Adapun persiapan perbekalan yang dilakukan adalah mengangkut
es, bahan bakar solar, dan air ke atas kapal. Untuk pelayaran KM. Karunia Illahi
7 pada 02 – 08 Agustus 2015, perbekalan yang disiapkan adalah es sebanyak 150
balok, bahan bakar solar sebanyak 50 jerigen kapasitas 30 liter, air tawar satu
palka, dan air minum sebanyak 7 galon.
Persiapan
di ruang kemudi untuk keperluan navigasi hanya sebatas pemeriksaan pada
alat-alat navigasi. Sedangkan penentuan fishing
ground yang akan dituju dilakukan oleh nakhoda kapal atau orang
kepercayaannya dengan cara berkomunikasi atau mencari informasi kepada nakhoda
atau nelayan lainnya.
b) Pemberangkatan dan pengarahan kapal
Pada
saat Praktek Kerja Magang, KM. Karunia Illahi 7 berangkat melaut pada Minggu,
02 Agustus 2015. Persiapan akhir dilakukan sejak pukul 08:00 WIB hingga kapal
bertolak dari pantai pada pukul 10:20 WIB. Titik pemberangkatan kapal adalah di
Dermaga Bonang. Kegiatan navigasi yang dilakukan pada saat pemberangkatan dan
pengarahan kapal adalah mengoperasikan GPS untuk mengarahkan kapal menuju
lokasi tujuan (waypoint) dengan
memilih daftar lokasi yang tersimpan kemudian tampilan GPS diubah ke tampilan
kompas. Lokasi yang akan dituju untuk operasi penangkapan pertama adalah lokasi
yang menghasilkan ikan tangkapan terbanyak saat operasi penangkapan sebelumnya
dilakukan.
c) Kegiatan operasi penangkapan
Begitu kapal tiba di lokasi, operasi penangkapan tidak
langsung dilakukan. ABK akan melakukan beberapa persiapan terlebih dahulu,
seperti penurunan rumpon (atraktan)
ke dalam perairan, pemeriksaan kondisi dan instalansi listrik pada lampu atractor (lampu bangkrak), pemeriksaan posisi kapal dan kondisi perairan. Kegiatan
operasi penangkapan itu sendiri akan dilaksanakan saat fajar sekitar pukul
04:00 hingga pukul 06:00 dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1)
Lampu kapal dimatikan secara berurutan mulai dari bagian
depan, hanya lampu navigasi dan lampu belakang yang dinyalakan.
2)
Lampu atractor
(lampu bangkrak) diturunkan dengan
bantuan power block dan kapstan, diikuti 2 orang yang akan
menjaga lampu dan rumpon (pecilen).
3)
Tali rumpon dilepaskan, sementara itu kapal menyusuri
sambil mengangkat tali jangkar utama. Mesin kapal dinyalakan.
4)
Rumpon ditalikan pada tali ris atas oleh pecilen sehingga
ketika dilakukan penarikan jaring, rumpon juga ikut tertarik.
5)
Setelah jangkar diangkat, kapal bergerak mendekati lampu
dengan membentuk gerakan melingkar. Pada radius ± 10 m jaring diturunkan dengan
pelampung terlebih dahulu (setting).
6)
Selanjutnya kapal bergerak melingkari lampu (surrounding) dengan kecepatan 4 – 7 knot
hingga terlihat pelampung tanda. Jika sudah terlihat, mesin dimatikan dan
begitu sampai, pelampung segera diangkat ke atas kapal.
7)
Sementara itu tali ris bawah dan tali kolor ditarik (pursing) dengan bantuan power block dan kapstan hingga jaring hampir membentuk lingkaran di samping kiri
kapal.
8)
Selanjutnya jaring ditarik dengan tenaga manusia (hauling), begitu juga dengan tali ris
atas. Sementara itu, pecilen naik ke
kapal.
9)
Setelah jaring membentuk setengah lingkaran kecil di
samping kiri kapal, tali ris atas ditalikan pada tali bantu untuk mempermudah
dalam pengambilan ikan dengan serok maupun pengangkatan jaring beserta ikan
hasil tangkapan.
10)
Serok tersebut dipergunakan untuk mengambil ikan dari
dalam jaring apabila hasil tangkapan dalam jaring terlalu banyak sehingga tidak
memungkinkan untuk mengangkat hasil tangkapan secara langsung.
11)
Selanjutnya ikan dimasukkan ke dalam palka bersama dengan
pecahan es. Sementara ikan dimasukkan ke dalam palka, lampu atractor (lampu
bangkrak) ditarik ke atas kapal.
Sesudah operasi penangkapan dilakukan, jaring akan
dibersihkan dari sisa-sisa ikan yang tersangkut dengan cara dibentangkan dan
dikibas-kibaskan di atas geladak kapal. Selain itu jaring juga disulam,
diperbaiki, atau disambung oleh ABK ketika tidak dilakukan operasi penangkapan,
yaitu pada siang atau sore hari. Jaring juga akan disimpan di atas geladak sisi
kiri kapal saat tidak digunakan.
Adapun
kegiatan navigasi yang dilakukan pada saat rangkaian operasi penangkapan adalah
pengoperasian GPS untuk mengetahui posisi kapal, pengoperasian fishfinder untuk mengetahui kondisi
perairan. Sesudah operasi penangkapan selesai, dilakukan pengoperasian radio
SSB untuk berkomunikasi dengan nelayan lain, dan pengarahan kapal untuk
berpindah lokasi penangkapan. Rangkaian kegiatan navigasi tersebut dilakukan
kembali setiap kali kapal tiba di lokasi penangkapan (fishing ground) yang lain. Apabila lokasi penangkapan merupakan
lokasi yang baru didatangi kapal, maka juru mudi menyimpan informasi titik
koordinat lokasi tersebut pada GPS. Pengoperasian GPS untuk mengetahui atau
memastikan posisi kapal dilakukan mengubah tampilan GPS dari tampilan kompas
menjadi tampilan Position Page.
d) Pengarahan kapal kembali ke pelabuhan dan pembongkaran
Pada hari terakhir beroperasi, begitu kegiatan
penangkapan selesai nakhoda kapal akan langsung mengarahkan kapal menuju lokasi
pendaratan. Saat Praktek Kerja Magang dilaksanakan, KM. Karunia Illahi 7
kembali ke pelabuhan pada hari Jumat, 07 Agustus 2015 pukul 06:00 WIB. Kapal
diarahkan menuju titik pendaratan di PPP Rembang. Telah diketahui bahwa PPP
Rembang dari posisi Fishing Ground 4
berada pada arah Barat Daya, karena adanya arus dan angin dari arah Timur,
nakhoda kapal mengarahkan kapal pada Selatan Barat Daya. Kapal tiba di
pelabuhan hari Sabtu, 08 Agustus 2015 pukul 02:15 WIB. Begitu kapal tiba di
pelabuhan, nakhoda kapal akan menentukan tempat bersandar kapal dan
memerintahkan juru mudi untuk mengarahkan kapal ke tempat tersebut. Proses
bersandar dan menambatkan kapal selesai pada pukul 03:00 WIB.
Sementara
proses bersandar dan menambatkan kapal dilaksanakan, nakhoda berkomunikasi
dengan perwakilan di darat untuk memperoleh nomor antrian lelang. Sesudah nomor
antrian diperoleh selanjutnya dilakukan pembongkaran ikan hasil tangkapan oleh
ABK untuk ditempatkan ke dalam basket. Kemudian basket akan diangkut ke TPI
Tasik Agung 1 untuk dilakukan proses lelang. Kegiatan pembongkaran dan
pelelangan selesai pada pukul 10:30 WIB.
6. Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan yang diperoleh KM. Karunia Illahi 7 pada
saat Praktek Kerja Magang adalah sebanyak ± 190 basket masing-masing basket
memiliki kapasitas 45 kg, sehingga total tangkapan adalah ± 8.550 kg (8,5 ton).
Jenis ikan yang tertangkap antara lain Layang (Decapterus sp.) yang merupakan ikan tangkapan utama, serta Selar (Selaroides leptolepis), Tongkol (Auxis sp.), Tenggiri (Scomberomous lineatus), Layur (Trichiurus lepturus), dan Cumi-cumi (Loligo sp) sebagai ikan tangkapan
sampingan (by-catch).
Setelah diperoleh hasil pelelangan, maka dilakukan
pembagian hasil. Saat kegiatan Praktek Kerja Magang dilaksanakan, ABK pada KM.
Karunia Illahi 7 berjumlah 23 orang (tidak termasuk mahasiswa magang). Dari
hasil pelelangan ikan diperoleh penghasilan kotor sebesar Rp 43.000.000,
sedangkan biaya perbekalan kapal adalah sebesar Rp 16.000.000. Sehingga
pembagian penghasilan pada KM. Karunia Illahi 7 adalah:
1.
Penghasilan Bersih
= (Rp 43.000.000 – Rp
16.000.000)/2
= Rp 27.000.000/2
= Rp 13.500.000
2.
Penghasilan ABK
= Rp 13.500.000/(9+23)
= Rp 13.500.000/32
= Rp 421.875
Jadi
penghasilan yang diperoleh masing-masing ABK kurang lebih adalah sebesar Rp
421.875.
Nilai 2
digunakan sebagai ketetapan pembagian penghasilan yang memiliki arti satu
bagian untuk juragan kapal dan satu bagian untuk keseluruhan ABK. Sedangkan
nilai 9 merupakan bagian untuk ABK yang bekerja lebih, seperti juru mudi, juru
mesin, juru masak, dan pecilen.
7. Masalah yang Dihadapi
Beberapa permasalah mengenai sistem navigasi yang ditemui
ketika Praktek Kerja Magang dilaksanakan di antaranya adalah tidak dimilikinya
informasi yang pasti mengenai lokasi tangkapan terbaik yang perairannya aman
dan menghasilkan banyak ikan. Sehingga
nelayan Kabupaten Rembang harus mencari sendiri informasi tersebut kepada
sesama nelayan. Menurut petugas
pelabuhan, pemerintah daerah setempat memang tidak memberikan informasi
mengenai titik-titik lokasi tangkapan yang terbaik. Selain itu, dari sisi nelayan sendiri tidak
dilakukan pembuatan laporan atau pencatatan kegiatan (log book) terhadap operasi penangkapan yang telah
dilaksanakan. Sehingga pelabuhan tidak
memiliki data yang detail mengenai kegiatan operasi penangkapan yang dilakukan
oleh nelayan saat melaut, terutama data mengenai titik-titik koordinat operasi
penangkapan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan Praktek Kerja Magang Sistem Navigasi
Kapal Mini Purse Seine di Pelabuhan Perikanan Pantai Tasik Agung, Rembang dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.
Peralatan navigasi yang digunakan pada kapal mini purse
seine antara lain lampu navigasi, kompas, receiver
GPS, fishfinder, dan radio SSB.
2.
Kegiatan navigasi yang dilaksanakan di kapal mini purse seine antara lain adalah:
a.
Penentuan arah gerak kapal yang dilaksanakan dengan
menentukan lokasi yang akan dituju, memilih jalur pelayaran, dan mengarahkan
kapal melalui jalur yang dipilih tersebut.
b.
Pengoperasian GPS untuk mengarahkan kapal menuju titik
yang sudah ditandai (waypoint), mengetahui
atau memastikan koordinat posisi kapal, dan menandai atau menyimpan titik
koordinat suatu posisi.
c.
Pelaksanaan komunikasi dengan nelayan lain dengan
menggunakan radio SSB untuk berbagi dan mencari informasi mengenai lokasi
tangkapan terbaik.
d.
Pengoperasian fishfinder
yang dilakukan oleh juru mudi ketika kapal tiba pertama kali di Fishing Ground untuk mengetahui kondisi
perairan.
3.
Rangkaian kegiatan navigasi pada kapal mini purse seine
adalah:
a.
Saat persiapan dan perbekalan, dilakukan pemeriksaan
kondisi alat-alat navigasi dan mencari informasi mengenai lokasi terbaik dengan
nelayan yang lain.
b.
Saat pemberangkatan, dilakukan pengoperasian GPS untuk
megarahkan kapal menuju lokasi penangkapan atau titik yang tersimpan (waypoint).
c.
Saat kegiatan operasi penangkapan, dilakukan
pengoperasian GPS untuk mengetahui posisi kapal, mengarahkan kapal untuk
berpindah lokasi fishing ground dan
menyimpan titik koordinat lokasi penangkapan (waypoint) yang baru, serta dilakukan komunikasi dengan nelayan lain
menggunakan radio SSB.
d.
Saat pengarahan kapal kembali ke pelabuhan, dilakukan
pengoperasian GPS untuk menentukan arah pelayaran kapal. Begitu kapal tiba di
pelabuhan, dilakukan penentuan lokasi untuk menambatkan kapal sambil menunggu
antrian lelang.
4.
Hasil tangkapan yang diperoleh dari operasi alat tangkap
mini purse seine didominasi oleh ikan Layang (Decapterus sp.) Selain itu juga diperole ikan Selar (Selaroides leptolepis)h ikan Tongkol (Auxis sp.), Tengiri (Scomberomous lineatus), Layur (Trichiurus lepturus), dan Cumi-cumi (Loligo sp.) sebagai tangkapan by-catch.
Saran
Berdasarkan
masalah yang dihadapi saat Praktek Kerja Magang yang dilaksanakan, dapat
disarankan bahwa sebaiknya nelayan mulai melakukan pencatatan log book operasi penangkapan yang
selanjutnya bisa dilaporkan ke pihak pelabuhan sebagai bahan pertimbangan dalam
membuat kebijakan. Sebaliknya, instansi pelabuhan juga melakukan pelatihan
pencatatan log book kepada nelayan. Selain
itu, instansi pelabuhan sebaiknya menyediakan informasi kepada nelayan mengenai
titik-titik yang diprediksi dapat menghasilkan ikan yang banyak.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima
kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Bapak Sopyan beserta
keluarga serta seluruh kru KM. Karunia Ilahi 7 kepada Bapak Sukoco, A.Pi dan
Mas Anang W.A, S.St.Pi serta seluruh pegawai kantor PPP Tasik Agung, Rembang
atas segala bantuan dan kerja sama yang diberikan selama Praktek Kerja Magang
dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Navigasi
Modul 1. http://psp.fpik.ipb.ac.id/en/practicum-material/file/140-navigasi-modul-i.
Diunduh tanggal 23 Mei 2015.
Bayyinah, A.A., Ismail, dan T.D. Hapsari. 2014. Analisis
Finansial Usaha Perikanan Tangkap Cantrang 30 GT di Pelabuhan Perikanan Pantai
(PPP) Tasik Agung, Rembang. Journal of
Fisheries Resources Utilization Management and Technology, 3(3): 218-227.
Garmin. 1998. GPS
126/128 Marine Navigator: Owner’s Manual & Reference. Garmin
International, Inc. Olathe, KS USA. 67 pp.
Nugraha, A., B.A. Wibowo, dan Asriyanto. 2014. Analisis
Finansial Usaha Perikanan Tangkap Mini Purse Seine di Pelabuhan Perikanan
Pantai (PPP) Tasik Agung Kabupaten Rembang. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology,
3(4): 56-65.
PPP Tasik Agung Rembang. 2015. Laporan Tahunan PPP Tasik Agung, Rembang Tahun 2014. Rembang.
Wahab, Riva’atul Adaniah. 2012. Penggunaan Alat dan
Perangkat Telekomunikasi dalam Sistem Navigasi dan Komunikasi Aktivitas
Perikanan di Pelabuhan Perikanan Bitung. Buletin
Pos dan Telekomunikasi, 12(4): 279-290.
wiih
BalasHapusTak kiro sopo
BalasHapus