Jika berbicara tentang kesehatan,
sepertinya kita harus menyamakan persepsi terlebih dahulu tentang apa itu
sehat. Sebab sampai saat ini paradigma orang tentang sehat berbeda-beda satu
sama lain. Orang awam atau masyarakat umum tentu memiliki pandangan yang
berbeda dengan ahli kesehatan. Kebanyakan masyarakat berpendapat bahwa tubuh
yang sehat adalah sekadar tidak terjangkiti penyakit tertentu dan mampu
melakukan kegiatan sehari-hari tanpa gangguan penyakit. Intinya, pandangan
orang awam terhadap sehat justru berpatokan pada kondisi tubuh yang sakit.
Hal tersebut bisa dilihat dari
kebiasaan dan pola hidup masyarakat, terutama di Indonesia, yang masih jauh
dari pola hidup sehat. Dalam kesehariannya, masyarakat baru peduli terhadap
kondisi tubuh ketika sudah mengalami sakit. Sedangkan ketika kondisi tubuh
normal, mereka kembali beraktivitas seperti biasa tanpa menghiraukan apakah
yang dilakukannya baik untuk kesehatan atau tidak. Sebagai contoh, mengkonsumsi
makanan cepat saji, menyenangi produk makanan instan, mengkonsumsi alkohol atau
bahan aditif lainnya, merokok, menggunakan bahan-bahan pengawet ataupun bahan
kimia tanpa memperhatikan dosis. Bahkan dengan kemajuan teknologi, masyarakat
senang menggunakan peralatan elektronik (ponsel, komputer, televisi) tanpa
mempedulikan batas-batas yang tidak mengganggu kesehatan. Slogan “Lebih baik
mencegah daripada mengobati” sepertinya hanya menjadi kata-kata klise yang tak
berarti apa-apa.
Sekali lagi, hal ini dikarenakan
paradigma masyarakat yang sempit dimana sehat adalah ketika tidak sakit. Memang
sehat sendiri tidak memiliki definisi yang pasti. Namun sebaiknya paradigma
masyarakat yang seperti itu dibenahi kembali. Seperti diketahui bersama bahwa
kondisi sakit sendiri ada dua macam. Pertama adalah kondisi sakit jangka pendek
yang berlangsung saat itu juga bersama gejala yang menyerang. Kedua adalah
kondisi sakit yang gejalanya membutuhkan waktu berbulan-bulan bahkan mencapai
tahunan untuk membuat tubuh sakit. Kondisi yang kedua inilah yang biasanya
lebih berbahaya dan cenderung diakibatkan oleh gaya hidup yang salah. Di sisi
lain, pengertian sehat menurut masyarakat awam sebaiknya diperluas bukan hanya
menurut kondisi fisik saja, tetapi juga mental dan sosial.
Di zaman globalisasi saat ini,
sumber daya manusia memegang peranan penting dalam pembangunan negara. Salah
satu faktor pendukungnya adalah kondisi SDM yang sehat, bukan hanya secara
fisik tetapi juga secara mental dan sosial. Sehat secara mental artinya
memiliki emosi yang stabil, kondisi kejiwaan yang normal, dan psikis yang
terkendali. Sedangkan sehat secara sosial berarti memiliki kemampuan dan
kepekaan sosial, kepedulian terhadap lingkungan sekitar, serta skill yang
mumpuni untuk diterapkan dalam masyarakat. Kondisi sehat dari ketiga aspek ini
saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Kesehatan fisik tidak hanya
dipengaruhi oleh kuman atau bibit penyakit, tetapi juga dipengaruhi oleh
pergolakan emosi, serta kondisi lingkungan secara tidak langsung seperti
lingkungan berpolusi yang diakibatkan sendiri oleh manusia.
Hal inilah yang kurang diperhatikan
di Indonsia. Kesehatan fisik hanya diperhatikan saat sakit, kesehatan mental
hanya dipandang sebelah mata, dan kesehatan sosial masyarakat semakin
terdegradasi. Jika hal ini dibiarkan berlarut-larut maka SDM Indonesia akan
tertinggal jauh. Sementara mulai tahun 2015 nanti Indonesia sudah masuk AFTA.
Sebaiknya pardigma kesehatan yang sempit dalam masyarakat ini segera
diperbaiki. Bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga menjadi
amanah bagi mereka yang memiliki kapabilitas di dalamnya. Hal yang tidak kalah
penting lagi adalah perbaikan paradigma ini sebaiknya bukan hanya menjadi
wacana saja, tapi juga dilakukan langkah-langkah nyata baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang.
Namun hal ini tentu saja kembali ke masyarakat
Indonesia. Maukah mereka berubah dan mau memperbaiki paradigmanya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar